Sesuai janjinya pada Nadia, Shakila bersama dengan Mbak Erika menghampiri Papa yang sedang berada di salah satu meja dengan beberapa kolega yang tidak ia kenal. Papa lalu segera berdiri dan memeluk hangat Shakila.
Meskipun sudah lumayan sering berbicara di telepon (atau lebih tepatnya sang Papa yang meneror Erika untuk menyambungkan telepon dengan Shakila), ini adalah pertemuan pertamanya dengan Papa setelah Shakila pindah ke Chicago tahun lalu.
Karena tamu-tamu yang berada di sekeliling mereka, tidak banyak hal yang diobrolkan. Hanya sekedar tentang sekolah, teman-temannya. Sang Papa pun menceritakan tentang rumah barunya, dan mengajak Shakila untuk sesekali mengunjunginya disana.
"Pak Hadi, ada telepon dari client." Sekretaris kantor yang Shakila kenal itu menghampiri mereka.
Hadi terlihat marah karena obrolannya dengan Shakila terganggu, "Gak bisa kamu handle dulu?"
"Ini telpon dari Pak Wisnu..."
"Papa, angkat telponnya aja. Shakila udah ditungguin sama teman-teman."
"Oh, Sama Luna dan Jayden ya, dek?"
"Nanti Shakila telpon Papa, beneran aku bukan Mbak Erika." Shakila tidak menjawab pertanyaan itu.
"Gak apa-apa kalo lupa, tapi kalo Papa telepon diangkat ya dek?"
"Iya, Pah."
Shakila tidak ingin langsung bergabung dengan teman-temannya, dia membutuhkan waktu sejenak, dan di balkon ini lah Shakila berada untuk menghindari keramaian ballroom. Mencari udara segar sambil menikmati pemandangan malam hari di kota Jakarta.
Namun, Shakila tidak berlama-lama sendirian karena Calvin tiba-tiba menghampirinya, "Sha, belum ke atas?"
"Loh, kok Lo masih disini?"
"Sama nyokap disuruh main satu lagu nanti, jadi daripada bolak-balik mending disini dulu deh."
Shakila kemudian hanya bergumam pelan, lalu kembali memandang jauh lampu-lampu kota yang kedap-kedip. Calvin melepaskan jasnya yang ditaruh di pundak Shakila, melindungi gadis itu dari angin malam.
"Gue baru aja ketemu Papa, untuk yang pertama kalinya setelah gue balik."
"How do you feel?"
"Sejujurnya, gak tau. Gue marah karena dia ninggalin Mama, ninggalin gue....." Shakila bercerita, "Tadi pas Papa peluk gue, gak bisa bohong kalo gue juga sekangen itu sama Papa."
"Adult relationships are hard." Calvin menimpali.
"I know, right? Dan gue juga kaget pas mama bilang kalo papa di undang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Highschool Society
General FictionSiapa bilang jadi seorang "teenager" itu mudah? Banyak sekali yang harus dihadapi oleh mereka; sekolah, boys, social agenda, masa depan, dan segunung permasalahan lainnya! Written in: Bahasa Indonesia.