Alat tani diletakkan. Sore hari seperti ini biasa Jeno habiskan dengan berdiam diri di tepi sungai. Duduk di atas rerumputan kering di bawah sebuah pohon rindang. Merasakan ketenangan hidup dengan terpaan angin halus di sore hari. Diam menonton matahari tenggelam ke balik senja merah di Barat. Usianya baru 28 tahun namun ia sudah merasakan bagaimana rasanya pensiun. Apa gunanya hidup di dunia jika tidak tenang? Persetan Utara maupun Selatan, Jeno hidup di pihaknya sendiri. Apabila pada akhirnya wilayah sepi ini tersisir oleh Kerajaan, Jeno hanya perlu pindah ke wilayah tak tersentuh lainnya.
Rambut hitamnya basah oleh keringat. Jeno berkeinginan untuk mandi namun urung. Matanya memicing saat mendapati air sungai menjadi merah. Sungai itu selebar lima jangkah dengan aliran yang lumayan tenang namun memiliki kedalaman dua kali tinggi manusia. Jika jernih airnya sampai tergantikan oleh merah, dapat dipastikan pula bahwa penyebabnya tumpah ruah.
Perut Jeno seketika terasa terpelintir mendapati pangkal lengan manusia hanyut. Darah bercucuran deras sampai mengubah warna sungai. Warna merah tergelapnya berasal dari potongan itu, melintas begitu santainya di depan Jeno yang tadinya duduk tenang di bawah pohon.
Potongan lengan itu disusul oleh sepatu boat yang sama berdarah-darahnya. Jeno bertanya-tanya makhluk macam apa yang memutulasi manusia kemudian menghanyutkannya ke sungai? Sepatu itu bukan akhirnya. Ketika Jeno berdiri, banyak potongan tubuh manusia lain yang berdarah-darah hanyut di sungai. Mulai dari tangan, potongan siku, lutut kaki, bola mata tidak genap, bahkan kepala seseorang. Terlihat seperti bunga yang gugur hanyut. Jumlahnya sangat banyak seperti tidak memiliki akhir.
Jeno mengedarkan pandangan ke sekeliling. Tidak ada orang maupun pasukan. Ia ingat kembali bahwa hulu sungai ini berada di tempat kelahirannya, di kota Sharoun. Pembantaian ini pasti terjadi di sana. Jeno harus memastikan bahwa wilayah ini aman. Pria itu berniat pergi ke bukit untuk melihat sekitar dari ketinggian. Namun niatnya urung saat mendapati satu tubuh utuh manusia hanyut di sungai diantara potongan bagian tubuh manusia yang lain.
Sesosok wajah mengapung di air. Wajah itu tidak terguling seperti potongan kepala yang hanyut terbawa arus. Tetap menengadah ke atas dengan kedua bahu yang setengahnya tidak tertelan air. Posisinya seperti orang yang bertahan hidup dari tsunami, berusaha mengapung agar selamat. Dia sedang berjuang atas hidupnya namun barangkali kelelahan. Kedua mata itu mengatup sayu, dengan lemah melirik ke tepi sungai tempat dimana Jeno berada. Tangan yang sebelumnya terombang-ambing air terulur ke atas mengisyaratkan permintaan tolong. Hanya beberapa detik bertahan kemudian jatuh lagi ke dalam air bersamaan dengan kedua mata yang terpejam. Dia hilang kesadaran.
Jeno panik saat suara jatuhnya lengan itu kembali ke dalam sungai mengejutkannya. Tubuhnya bergerak reflek masuk ke dalam air. Berenang menghampiri seseorang yang sebentar lagi bisa-bisa mati tenggelam. Dengan segenap kekuatan Jeno menarik tubuh tidak berdaya itu, membawanya ke tepian keluar dari sungai. Jeno menekan dada orang itu berkali-kali untuk mengeluarkan air dari dalam parunya mengingat orang itu tadi sempat tenggelam. Ia terbatuk kemudian, matanya terbuka kembali namun sebentar.
Sekali lagi orang itu hilang kesadaran. Bukan karena dirinya ditelan oleh air, melainkan karena orang itu telah kehilangan banyak darah. Jeno sadari pakaiannya ikut ternoda merah. Sebuah belati kecil masih menancap pada perut pemuda tersebut. Wajahnya terlihat masih sangat muda dengan rambut sewarna emas dan kulit merona merah. Paha kirinya pun mengeluarkan darah dari lubang kecil tembusan timah panas. Itu luka yang biasa diterima oleh seorang prajurit. Bodohnya Jeno baru menyadari bahwa pemuda ini adalah seorang prajurit. Seharusnya sejak awal Jeno sadar dari warna seragam yang melekat pada potongan lengan pertama yang dilihatnya hanyut di sungai. Warna hijau gelap yang padam oleh darah. Tentara Zirax, musuh para pribumi seperti Jeno.
Seumur hidup Jeno menyesali keputusan yang baru saja ia ambil dengan menarik orang itu dari sungai. Jika Jeno tau bahwa pemuda ini adalah orang Utara, ia akan berpura-pura buta dan berjalan pulang. Sayangnya kebodohan itu menyertainya.
Kini nuraninya berperang, antara menyelamatkan pemuda Utara ini atau menghanyutkannya kembali ke sungai.
Tidak, ia tidak setega itu. Dia bukanlah seorang prajurit yang terlatih untuk menanggalkan kemanusiaan demi kemenangan. Jeno hanyalah orang biasa yang selama ini seringnya mengobati manusia, bukan membunuhya. []
.
.
ZIRAX: Nordlander hanya tersedia di Karyakarsa [tidak ada ebook]. Link Karyakarsa ada pada profil wattpad. Atau bagi kalian yang lebih suka buku fisik, bisa kunjungi shopee Sadentells.
| Karyakarsa 60K | | Buku fisik 99K |
[] [] []
KARYAKARSA:
Cerita Zirax lengkap 30 chapter.Spesifikasi buku:
Ukuran: 21 x 15 cm
Halaman: 400+ halaman
Cover: softcover
Isi: Cerita Zirax lengkap 30 chapter.Informasi lebih lanjut kunjungi instagram sadentells.
Thanks for all the support!
Wait for the another book to be published y'all~
[pict from syndratheresh on tumblr]
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIRAX - NOMIN [✅]
Fiksi PenggemarNoMin | NCT DREAM WARNING! ⚠️war conflict, violence, nudity, colonization, semi-gore Seseorang hanyut terbawa arus sungai. Keputusan bodoh yang Jeno ambil adalah menarik orang itu ke tepi. Lebih baik ia biarkan hanyut saja jika mengetahui bahwa oran...