Hanny terlihat berjalan mondar mandir ke seberang pintu gerbang kampus tempat Jansen berkuliah. Radja juga masih setia menemani Hanny sembari duduk di atas motor sportnya.
Mereka berdua memang sedang menunggu Jansen keluar dari pintu gerbang di seberang sana. Tapi, mereka berdua juga tidak memberi kabar apa pun pada pria tidak ramah lingkungan itu karena mereka tidak ingin mengganggu Jansen yang sedang melakukan pendaftaran untuk Yudisiumnya.
Karena mulai merasa kesal dengan tingkah Hanny, akhirnya Radja memutuskan untuk turun dari motornya seraya menghampiri sahabatnya tersebut.
“Tenanglah!” tegas Radja sembari memegang kedua bahu Hanny. “Pendaftaran Yudisium gak akan lama. Sebentar lagi, kakak saya pasti keluar!”
Hanny hanya menatap Radja tanpa bersuara. Radja sendiri memang mengerti dengan perasaan Hanny yang sudah sangat menggebu pada kakaknya.
Sebenarnya, Jansen sudah melarang Radja untuk tidak memberitahu Hanny perihal dirinya yang sudah berpindah keyakinan. Jansen meminta itu karena ia ingin memperdalam ilmu agamanya dulu sebelum ia memberitahu Hanny.
Namun, Radja berpikiran lain tentang semua itu. Jika Jansen terus menyembunyikannya, itu hanya akan menimbulkan masalah yang lain.
Radja adalah orang yang paling mengetahui, bagaimana sifat Hanny. Untuk itu, Radja melakukan semua ini. Jika ia tidak memberitahu Hanny, itu hanya akan membuat gadis tangguh itu semakin menjauh dari kakaknya.
Beberapa saat kemudian, Hanny dan Radja melihat mobil Jansen yang baru akan keluar pintu gerbang kampus. Hanny lantas mengarahkan pandangannya dengan begitu lekat pada pria yang sedari tadi sudah ia tunggu itu.
Jansen sendiri tampak memandang ke arah Hanny dan Radja seraya menghentikan mobilnya setelah ia keluar dari pintu gerbang. Jansen lantas keluar dari dalam mobil, kemudian ia segera menyeberang untuk menghampiri Hanny dan Radja.
“Kenapa kalian ada di sini?”
Namun, Radja tidak sempat menjawab apa pun karena Hanny langsung menyambar tubuh Jansen dengan sebuah dekapan yang begitu erat. Jansen tampak terkejut, ia mulai mengarahkan pandangannya pada Radja untuk meminta penjelasan.
Radja hanya merespon dengan mengedikkan bahunya sekilas karena ia juga tidak menyangka jika Hanny akan mendekap tubuh kakaknya.
Sementara itu, Hanny tampak mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah sang mantan kekasih. Jika diperhatikan, sudah beberapa hari ini Hanny memang tidak melihat Jansen mengenakan kalung berliontin salibnya.
“Ada masalah apa lagi, hm?” tanya Jansen sembari menerima pelukan Hanny.
Hanny masih enggan untuk menjawab. Ia hanya kembali mempererat dekapannya sembari menyelundupkan wajahnya pada dada bidang Jansen.
Radja yang melihatnya, lantas melambaikan tangannya pada Jansen. Mungkin, ia harus meninggalkan sahabat dan kakaknya itu berduaan saja agar mereka bisa menuntaskan masalah mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOULMATE : Our Story
RomanceDeskripsi nyusul, yaa.. intinya ini kisah nyata dan aku berkolaborasi dengan adik iparku.