Setelah menginap selama dua hari, Fariz diantar pulang oleh Fiore dan Rexton. Tidak ingin bertemu Diorna, keduanya mengantar Fariz hanya sampai halaman rumah susuh. Fiore memberikan uang dan makanan untuk adiknya. Tidak lupa membeli beberapa setel pakaian, tas, serta sandal.
"Kalau kangen sama kakak, kirim pesan atau telepon. Nanti kakak datang kalau bisa."
"Iya, Kak."
"Kalau ada yang sakit, entah badan atau kaki juga harus ngomong. Bulan depan kaka jemput buat periksa ke dokter, sudah lama kamu nggak terapi."
Fariz mengangguk, menatap Fiore yang merapikan barang-barang untuknya. Seorang satpam akan membantu membawa barang-barangnya ke atas. Rexton muncul, memberikan satu kotak berisik cokelat dan permen.
"Fariz, kakak sudah bayar kedai yang di sini untuk kamu makan sehari tiga kali sehari selama satu bulan. Nanti kalau sudah habis, kakak bayar lagi."
Tanpa diduga Fariz memeluk Rexton. Melingkarkan tangannya yang kurus dan kecil ke pinggang Rexton.
"Kakak, terima kasih sudah baik sama aku dan Kak Fiore."
Rexton mengusap kepala Fariz dengan haru. "Sama-sama Fariz. Semoga kita bisa main lagi."
Fiore tercekat, menahan tangis saat harus melepas adiknya. Ia sengaja tidak memberi uang yang banyak karena pasti diambil Diorna. Sebagai gantinya ia menitip pesan pada pemilik warung kelontong, untuk memberikan apa pun yang diminta adiknya dan akan dibayar lewat tranfer. Soal makan dan kebutuhan sehari-hari selama satu bulan ke depan sudah beres, sekarang tinggal satu hal yang diharapkan Fiore adalah adiknya tetap sehat dan tidak mengalami penyiksaan.
"Ayo, kita pulang. Aku antar kamu ke kampus."
Keduanya berjalan baru mencapai setengah halaman saat terdengar teriakan keras.
"Fiore, berhenti. Gue mau ngomong!"
Fiore menoleh dan terbelalak melihat Diorna. Serasa melihat hantu, ia meraih jemari Rexton dan berlari ke arah mobil.
"Aku nggak mau ngomong sama dia."
"Larii!"
Keduanya bergandengan dan tidak saling melepaskan genggaman hingga tiba di mobil. Rexton menyalakan mobil dan keluar dari parkiran bertepatan dengan Dornia yang mencapai tempat mereka, da tigga laki-laki tua bersamanya.
"SUNDAL KURANG AJAR! BISA-BISANYA KABUR! FIORE, TURUUN! GUE MAU NGOMONG!"
Mobil melewati mereka, tiga laki-laki yang semula berniat menggertak dengan menghadang, terpaksa melompat minggir karena Rexton tidak menghentikan kendaraan. Setelah keluar dari lingkungan rumah susun, Fiore bernapas lega.
"Syukurlah, dia nggak ngejar. Pasti Fariz akan diintrograsi nanti."
"Fariz belum paham alamat'kan?" tanya Rexton dari balik kemudi.
"Paham harusnya tapi aku yakin Fariz nggak akan ngomong apa-apa ke perempuan itu. Kasihan, terjebak di rumah neraka. Semoga Fariz kuat sampai aku punya cukup uang."
"Fiore, kapan tes di Genaro Group?"
"Lusa, kemarin Tim HRD yang mengabari."
"Semoga kamu lolos."
"Amin, aku juga berharap begitu. Besok ada bazar di kampus. Kamu tahu bukan?"
Rexton mengangguk. "Bazar untuk kegiatan amal. Kamu jual apa sama kelompokmu?"
"Makanan traditional sama kerajinan tangan dari sulam menyulam. Jangan lupa datang kalau kamu ada waktu."
"Tentu saja aku datang. Nggak akan melewatkan bazzar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Killing Me Softly
Storie d'amoreKisah cinta segitiga antara Rexton, Fiore, dan Anne.