Selamat membaca...
Sorry kalo ada typo...--------------------------------
Jika pada umumnya yang merasakan ngidam adalah perempuan, maka kali ini Aditya juga merasakan hal yang sama. Lelaki yang sebentar lagi akan mempunyai dua orang anak itu sekarang sudah berada di depan kamar Axel. Ya, Aditya berniat membangunkan anak itu untuk mengabulkan ngidamnya.
"Axel, buka pintunya" ketuk Aditya seraya berteriak kencang.
"Axel!"
Tak lama, pintu terbuka dan menampilkan wajah bantal Axel yang menandakan jika lelaki itu baru saja terbangun dari tidurnya.
"Apa sih, pi? Gak tau apa sekarang udah tengah malam begini" kesal Axel karena tidur nyenyak nya di ganggu.
"Masakin papi nasi goreng sekarang. Papi lagi ngidam masakan kamu."
Mata Axel yang tadi masih sedikit mengantuk dan sesekali menguap, langsung terbuka dengan lebar ketika mendengar ucapan dari papi nya. "Masak? Yang benar aja deh, pi? Aku mana bisa masak. Bukannya masak malah bikin heboh gara-gara kebakaran nanti. Suruh mami atau gak bibi aja lah, pi."
Aditya berdecak. "Papi mau nya kamu yang masak, gak mau yang lain. Lagian kamu berani banget nyuruh-nyuruh mami masak. Papi aja gak izinin mami kamu masak."
"Ya udah, suruh bibi aja lah, pi. Aku beneran gak bisa masak elah" dumel Axel. Jangankan memasak nasi goreng, masak mie saja dia kelembekan.
"Ada apa sih? Kok ribut banget tengah malam begini?"
Aditya dan Axel sontak menolehkan kepala mereka ketika mendengar suara yang sangat mereka kenal.
"Kenapa bangun, sweety?" tanya Aditya dan merangkul pinggang sang istri mesra. Axel yang melihat itu memutar bola matanya malas.
"Kalian ribut banget loh, makanya aku kebangun. Kenapa?" sahut Agatha seraya menatap suami dan sang anak bergantian.
"Ini loh si papi, mi. Ada-ada aja emang. Masa nyuruh aku masak nasi goreng tengah malam begini. Kalau aja aku yang bisa masak, lah ini masak pun gak bisa" adu Axel.
Agatha mengerutkan keningnya heran. "Kamu ngidam, mas?"
Aditya mengangguk mengiyakan. "Iya, sweety. Saya lagi ingin makan nasi goreng buatan Axel."
Agatha bingung sekarang. Axel, anaknya tidak bisa memasak sama sekali. Bahkan, pernah saat itu Agatha meminta tolong untuk di masakkan telur ceplok, dapur miliknya malah di penuhi dengan asap berwarna hitam karena telur ceplok yang ada di atas wajan itu di tinggalkan pemiliknya tidur. Iya, tidur. Ajaib sekali, bukan? Bisa-bisanya dia tidur di saat sedang memasak seperti itu.
"Ayo ke bawah sekarang, El" ajak Aditya.
"Mi ..." melas Axel sambil menatap perempuan di samping papi nya.
"Kamu masakin deh nasi goreng papi, nanti mami bantuin" ucap Agatha.
"Bener ya, mami bantuin?" sahut Axel.
Agatha mengangguk. "Ayo cepetan."
*****
Keadaan dapur saat ini benar-benar kacau. Bagaimana tidak? Sayur, nasi dan juga kecap berhamburan ke sana ke mari. Bahkan, teriakan Axel menggema di dapur tersebut. Agatha benar-benar pusing melihat keadaan dapurnya sekarang. Padahal, dia sedari tadi dengan benar memberi arahan. Namun, memang pada dasarnya si Axel bebal, dia malah mengikuti insting gilanya itu. Lihat saja sekarang, nasi goreng itu penuh dengan banyak sayur dan warnanya hitam pekat karna kebanyakan kecap. Melihatnya saja membuat Agatha tidak berselera memakan nasi goreng yang tak layak di sebut nasi goreng itu.
"Udah siap belum, El?" tanya Aditya yang menghampiri anak dan juga istrinya di dapur.
Dengan tersenyum bangga, Axel memamerkan nasi goreng buatannya di hadapan Aditya. "This is eat, nasi goreng buatan Chef Axelio Gautama sudah selesai...."
Aditya yang melihat tampilan nasi goreng di hadapannya terdiam. Apa benar ini nasi goreng pikirnya. Bahkan, nasinya saja tidak terlihat. Dia hanya melihat berbagai macam sayuran di piring besar yang di tampilkan oleh anaknya. Keinginannya yang tadi begitu besar untuk memakan nasi goreng buatan sang anak begitu saja hilang. Sekarang, dia sudah tidak berselera lagi rasanya. Aditya pun menatap Axel dengan tatapan yang sulit. "El, bukan maksud papi tidak ingin makan nasi goreng buatan kamu, tapi sekarang papi sudah tidak berselera lagi. Maaf ya, El. Nasi gorengnya kamu saja yang makan."
"Pi? Yang benar aja?" melas Axel. Dia sudah bersusah payah bereksperimen membuat nasi goreng untuk papinya, tapi apa? Papinya sudah tidak berselera lagi. Axel lelah, letih, lesu.
"Maaf ya, El. Dari pada nasi goreng yang kamu buat itu jadinya mubazir, lebih baik kamu makan sendiri ya? Sehat itu nasi goreng kamu banyak sayurnya" ucap Aditya.
"Habisin tuh nasi goreng buatan kamu. Mami mau tidur aja, ngantuk. Jangan lupa di beresin dapurnya" sahut Agatha dan kemudian pergi meninggalkan dapur yang dalam keadaan kacau itu.
"Papi mau nyusul mami kamu. Jangan lupa di makan nasi gorengnya" setelah mengatakan itu, Aditya tanpa berdosa meninggalkan Axel yang termenung menatap nasi goreng buatannya.
"Padahal penampilan nih nasi goreng udah eksotis banget, sayang banget gak di makan. Tenang aja, lo bakal gue makan kok" gumam Axel menatap prihatin nasi gorengnya.
Dengan langkah malasnya, Axel berjalan ke arah meja makan dan meletakkan nasi goreng itu di sana. "Saatnya pembuktian. Gue yakin, pasti ini enak."
Axel sekarang benar-benar percaya diri. Tanpa ragu dia menyendok penuh nasi goreng--- ralat sayuran dengan sedikit nasi itu ke dalam mulutnya. Baru sekali menguyah, Axel langsung berhenti. "Bangsat! manis banget. Sehat sih sehat banyak sayurnya, tapi manis banget anjing! Pantesan aja tuh orang tua gak bernafsu lihat nasi goreng gue. Anjir lah kata gue."
Di sisi lain, di kamar Aditya dan juga Agatha keduanya sudah berada di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuh mereka. Iya, mereka sudah bersiap hendak tidur kembali.
"Mas, menurut kamu, El bakal makan gak masakannya itu?" tanya Agatha ragu.
"El pasti makan. Anak itu pasti penasaran bagaimana rasanya" jawab Aditya yakin.
Agatha bergidik ngeri membayangkan nasi goreng yang tak pantas di sebut nasi goreng itu. "Aku yakin, itu pasti bakal manis banget. Kamu tau, El masukin kecapnya setengah botol yang besar itu loh. Belum lagi dia buat gula ke sana. Lagian ya, sejak kapan nasi goreng pakai gula? Aneh banget tuh anak."
Aditya bersyukur, dia tidak jadi memakan nasi goreng buatan anaknya tersebut. Dia tidak dapat membayangkan rasa manis yang tercipta karena kolaborasi kecap setengah botol besar di tambah dengan gula. Membayangkannya saja sudah membuat dia mual. Cukup terakhir ini dia membuat Axel memasak. Jangan sampai ada yang kedua ataupun ketiga kalinya.
-bersambung-
Axel said :
KAMU SEDANG MEMBACA
PAMAN SAHABATKU || END
Romance"Akhirnya, setelah sekian lama saya menemukan kamu, sweety." Tubuh Agatha seketika menegang ketika mendengar suara yang sangat dia kenal. Suara yang bertahun-tahun tidak pernah dia dengar, kini kembali mengalun dengan lembut di telinganya. Dia tau s...