Epilog

485 42 11
                                    

Renjun meninggalkan ruangan ramai penuh dengan orang-orang yang tengah menangis pilu. Lelaki Maret itu tidak kuat lagi. Dirinya bahkan sudah menangis ketika film garapan Karina baru saja dimulai.

Hari ini, Renjun dengan terpaksa menghadiri undangan Gala Premiere film yang Karina berikan. Karina berkata, "Aku persembahkan film ini untukmu dan Jeno, Renjun. Pastikan kamu hadir, hingga press conference berakhir."

Jangankan hingga press conference berakhir, Renjun bahkan sudah tidak mampu menahan Kenangan-kenangan yang terus memenuhi otaknya sejak awal. Hanya dengan melihat karakter dalam film, Renjun dapat membayangkan bagaimana jika dirinya dan Jeno yang menjadi lakon di dalamnya.

Pada duapuluh menit pertama, semuanya masih terasa indah. Kenangan-kenangan yang Renjun ceritakan pada Karina dalam film, hampir sama persis seperti apa yang terjadi di kehidupan nyata.

Renjun masih mencoba bertahan, meski air matanya tak pernah terhenti. Hingga puncaknya, Renjun pergi begitu saja, ketika film memutar kenangan pada saat di mana Jeno mengetahui kebohongan yang Renjun lakukan.

Renjun pergi, bersama sesak yang ia miliki.

Pada saat-saat seperti ini, Renjun akan menemui Jeno. Pergi menumpahkan segala rasa yang ia punya, dan terus menerus mengucap rindu. Sayangnya, seberapa seringpun Renjun mengungkapkan rasa, Jeno tidak akan pernah bisa kembali. Jeno tetap pergi, meninggalkan dirinya sendiri.

"Sudah ku duga, dirimu akan pergi ke pemakaman Jeno bahkan sebelum filmku selesai." Karina tersenyum sendu melihat Renjun yang menangis sembari mengusap nisan bertuliskan nama "Lee Jeno" dengan pelan.

Karina tidak pernah tega melihat Renjun seperti ini. Dulu, ketika Renjun terus mengabaikan dirinya hanya karna Jeno, Karina merasa marah. Karina hanya membutuhkan afeksi, setidaknya melalui pesan-pesan singkat yang Renjun berikan. Terasa ada sesuatu yang kosong ketika teman yang ia cintai, tiba-tiba berubah hanya karna temannya telah mencintai orang lain.

Rasa tak terima membuat Karina menjadi egois. Berfikir, tidak seharusnya Renjun bersama Jeno di saat dirinya menemani Si Lelaki dari awal. Karina terus mencari validasi dari Renjun setiap harinya. Bertanya tentang perasaan Renjun terhadapnya, dan siapa Jeno bagi Renjun.

Mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, Karina tau jika Renjun sedang berbohong. Hanya saja, Karina menyukai kebohongan itu. Bagi Karina, selagi Renjun mengatakan jika dirinya mencintai Karina, itu sudah cukup. Karina sungguh tidak masalah jika itu hanya suatu kebohongan.

Hingga pada suatu hari, Karina merasakan ada yang tidak beres ketika dirinya melihat Renjun yang berantakan. Sangat-sangat berantakan. Karina bertanya, mendesak Renjun. Sedangkan Si Lelaki hanya diam, tidak pernah menjawab. Sebelum akhirnya Karina menebak, "Apa semua ini karna Jeno?"

Kala itu Renjun yang baru saja berhenti menangis, kembali meteskan air matanya ketika nama Jeno terucap. Membuat Karina mengetahui sebesar apa perasaan Renjun untuk Si Lelaki April.

Sembari sesenggukan, Renjun berkata, "Dia pergi, Karina. Dia pergi.. Dia pergi meninggalkanku selamanya, tanpa membiarkanku mengucapkan kata maaf." Renjun terbatuk, lantas kembali berkata, "Tolong.. Tolong bawa dia kembali."

Karina tercekat mendengar penuturan Renjun. Lelaki di hadapannya ini begitu mencintai Jeno, namun dengan egoisnya Karina seakan mengekang Renjun untuk terus bersamanya.

Ada sesak di hati, meski rasa bersalah lebih mendominasi. Terlebih ketika beberapa bulan telah berlalu, Renjun berani menceritakan apa yang terjadi pada Jeno. Karina benar-benar merasa egois. Karina merasa buruk. Mengingat tatapan penuh rasa sakit dari Jeno ketika Si Lelaki mengetahui kebenaran yang ada, membuat Karina menjadi manusia terburuk sepanjang masa.

He's A Liar [Renno] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang