Adam terbangun dari tidur lelapnya, badannya masih terasa lelah setelah malam yang panjang. Ia meraba sisi ranjang yang dingin dan kosong, merasa ada sesuatu yang hilang. Sara tidak ada di sana. Perasaan cemas langsung merayap naik. Bangkit, ia meraih ponselnya, menemukan notifikasi pesan dari nomor sang kekasih.
I'm not leaving. Just give me some time.
Kata-kata itu seperti tamparan di wajah. "Damn it," tangan kirinya memijat pelipis, mencoba meredakan pening yang mulai datang. Apa yang telah ia lakukan? Mengapa ia tak bisa mengendalikan diri?
Adam berdiri dan melangkah ke dressing room. Matanya tertumbuk pada deretan pakaian Sara yang masih tergantung rapi di sana, aroma parfum khasnya samar tercium di udara. Ia mengingat kembali kejadian semalam, kata-kata yang diucapkan, tindakan yang mungkin membuat Sara merasa tertekan. Seharusnya ia bisa lebih sabar, lebih peka. Tapi kini semua sudah terlambat. Adam menyisir rambut ke belakang, pening sendiri.
"Sara dimana Mbak?" tanyanya pada Mbak Eti setelah bersiap diri untuk berangkat kerja. Ia duduk di kursi makan, hendak menyantap telur rebus yang disajikan di atas muffin Inggris dengan saus hollandaise meski tak mampu membangkitkan selera makannya.
"Saya belum lihat dari tadi," jawab Mbak Eti.
Perasaan cemas kian membuncah di dada Adam. Ia segera menelepon Pak Sardi, yang berada di luar rumah. Namun, seperti dugaan awalnya, Sara juga tak terlihat di mana pun. "Tolong tanyakan security depan pak. Dan cek CCTV. Kabari saya secepatnya."
"Siap," jawab Pak Sardi.
Setelah menyelesaikan kegiatan pagi, Adam menaiki S-Class yang dikemudikan Pak Sardi, berangkat menuju hotel.
"Saya sudah hubungi security, kemungkinan Non Sara tadi keluar setelah subuh karena ada taksi keluar di jam itu di CCTV," lapor Pak Sardi.
Sial, Adam makin khawatir. Di mobil dengan orang asing pada pagi yang masih gelap. Saat seperti ini apa ia perlu meminta orang untuk mencari dan mengikuti kekasihnya? Dengan daerah tak terlalu luas ini pasti lebih mudah. Sekaligus memastikan Sara tak pergi dari sini. Akankah keterlaluan?
Tapi Sara sudah mengatakan tak pergi, hanya butuh waktu. Lantas Adam menyalakan ponsel, mengetik di sana.
Share your live location?
Just want to make sure you're safe.Hingga tak lama pria itu sampai di hotel. Di tengah peak season yang penuh kesibukan, rutinitas sehari Adam akhirnya lebih berfokus pada eksekusi dan kontrol operasional. Dengan rencana yang telah disusun dengan matang, hari-hari selanjutnya lebih terfokus pada pemantauan dan penyempurnaan detail. Ia langsung saja memulai hari dengan memeriksa laporan harian dari malam sebelumnya, memastikan bahwa semua kamar telah dipersiapkan dengan sempurna dan memantau tingkat kepuasan tamu. Setelah itu, memeriksa jadwal kerja staf dan memastikan bahwa semua shift berjalan sesuai rencana. Pukul 8 pagi, Adam memimpin briefing pagi dengan tim manajer departemen. Fokusnya adalah pada eksekusi rencana yang telah disusun sebelumnya—mengkoordinasikan tim housekeeping untuk memastikan semua kamar bersih dan siap, memverifikasi bahwa tim restoran mengikuti standar layanan yang tinggi, dan memastikan bahwa tim front desk siap untuk menangani lonjakan tamu.
Sementara itu, di sebuah restoran di atas bukit yang menawarkan pemandangan laut yang menakjubkan dan rumah-rumah kecil di bawah yang terlihat seperti mainan dari ketinggian, datang perempuan dengan crew tee bertuliskan aksara Thailand Chan Mai Kin Phen, yang punya arti I can't eat spicy.
Di lehernya terbalut syal lembut warna cream yang menari-nari disambut oleh angin segar pagi yang membawa aroma laut. Bergaya santai dengan huarache sandal. Sara akan sarapan dulu di sini sebelum nanti lunch bersama Debbi di pantai untuk memberikan keperluannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Sweeter Place
RomanceAdam Wisnuthama Wardana, General Manager salah satu hotel dan resor prestisius di Indonesia, The Eden. Dikenal sebagai pria charming pewaris imperium bisnis real estate dengan hobi melancong ke negeri orang. Bertemu banyak mata namun tak ada yang ia...