Chapter 22

105 16 2
                                    

Happy Reading ✨


"Aku percaya Isagi"

Pernyataan yang tiba-tiba terlontar dari bibir adam bersurai salju disampingnya mau tak mau membuat (Name) menatapnya dengan tatapan sulit untuk mempercayai apa yang barusan ia dengar.

"Bisa kau ulangi?" pinta sang hawa.

"Aku percaya pada Isagi" ucap Nagi, tatapan matanya terlihat teguh pada ucapannya.

(Name) menghela nafas dan memijat pelipisnya. Ada sedikit rasa lega karena hanya ada ia ditempat itu berdua dengan Nagi. Bila Shidou atau Aiku mendengar ucapan Nagi, mungkin ia sudah babak belur atau yang lebih buruk dianggap sebagai pengkhiat yang berkomplot dengan Isagi.

"Aku tidak tahu soal Kaiser dan yang lain, tapi Isagi bukan orang yang akan melakukan hal seperti itu. Apalagi membahayakanmu, orang yang paling ingin ia lindungi"

Nagi menerawang, melihat ke arah istana yang jauh disana, membuat sang hawa mengikuti, menatap ke arah yang sama.

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin?" tanya sang hawa, masih dipenuhi rasa ragu.

"Dulu, saat istana diserang. Aku melihatnya, menerjang maju ke ruangan calon saintess yang baru. Dia maju tanpa rasa takut menghadapi iblis-iblis yang jumlahnya sangat banyak. Aku dan Reo berada dibelakangnya, tidak banyak bantuan yang bisa kami berikan. Dan saat itu, aku melihatnya, Isagi mengorbankan hampir sebagian kekuatan cahaya miliknya untuk menyelamatkanmu, memindahkanmu ke bumi"

(Name) diam sejenak, memproses informasi yang baru saja ia dengar. Tubuhnya bergetar, kepalanya mendadak pusing. Irisnya melebar.

"T-tunggu..... Kamu barusan..... Kamu tahu kalau aku adalah calon saintess itu sendiri? Bukan hanya seseorang yang mirip? Yang kebetulan memiliki kekuatan yang sama?"

Nagi tersenyum, hal yang sangat jarang muncul di wajahnya yang hampir selalu mengantuk. "Tidak mungkin aku tidak tahu, kalau Isagi menatapmu dengan tatapan yang sama dengan yang ia tujukan pada calon saintess kami dulu"

"Lalu, kamu bilang Isagi mengorbankan hampir sebagian kekuatan cahaya miliknya..... Tapi seharusnya kekuatan miliknya tidak selemah sekarang kan? Kurasa harusnya ia masih berada setidaknya di level yang seimbang dengan Shidou atau Kaiser"

"Itu karena-"

"Apa yang sedang kalian bicarakan?"

Belum sempat Nagi menjelaskan lebih lanjut, ketiga orang yang sedang mencari jalur teraman untuk menuju istana kembali. Nagi langsung menutup mulutnya, ekspresinya pun kembali menjadi Nagi yang biasanya, mengantuk.

"Bukan hal yang penting kok, haha" (Name) tertawa canggung menjawab pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan.

"Bagaimana, kalian menemukan sesuatu?" tanya (Name) berusaha mengalihkan perhatian ketiganya begitu Shidou menatapnya dengan kecurigaan.

"Aku menemukan satu jalan yang tidak terkena efek kegelapan, bahkan tidak ada satupun iblis disana. Hanya saja, jalan itu tertutup bongkahan batu besar dan sudah berlumut. Mungkin jalur lama yang tidak lagi terpakai" jawab Reo.

"Bagus, aku akan mengurus soal batunya. Ayo kita bergegas sekarang" ucap Aiku sedikit bersemangat.

"Ayo, kita harus bergegas sebelum iblis-iblis itu keluar dari wilayah istana dan menyebar ke area lain. Kita harus membereskan mereka dan secepatnya menangkap Isagi dan Kaiser" Shidou bergegas berjalan mendahului, membuat (Name) dan ketiga pria yang lain buru-buru menyusul langkahnya.

Butuh waktu cukup lama untuk menemukan jalan yang dimaksud oleh Reo yang ternyata merupakan sebuah gua yang ada tepat dibelakang istana. Aiku menggunakan sihirnya untuk meratakan batu besar yang menghalangi pintu gua. Lalu Shidou menggunakan sihir cahaya untuk membuat penerangan yang terbang seperti kunang-kunang dalam ukuran yang lebih besar untuk menerangi jalan mereka. Mereka terus menyusuri gua tersebut lebih dalam dan menemukan sebuah pintu yang terbuat dari besi. Ada ukiran saintess dalam legenda, saintess yang pertama muncul di dunia mereka. Sama seperti yang pernah (Name) temukan.

Tanpa sadar, seolah sesuatu menuntunnya, tangannya terulur dan menyentuh ukiran pada pintu itu. Pintu tersebut bersinar terang dan perlahan terbuka. Menampilkan lorong gelap, lorong bawah tanah yang sama seperti yang pernah (Name) temukan sebelumnya.

"Tempat apa ini, aku tidak tahu kalau istana memiliki tempat seperti ini" ucap Reo.

"Apa kita bisa benar-benar bisa masuk ke istana lewat sini?" tanya Nagi penasaran.

"Ini lorong bawah tanah istana. Ada pintu lain di dalam istana" jawab Shidou yang langsung berjalan mendahului mereka. Seolah ia tahu kemana mereka harus pergi.

'Ada yang aneh' batin (Name).

Ia berjalan dengan langkah was-was. Begitu juga dengan Nagi yang berjalan di sebelahnya, yang ternyata sejak awal memperhatikan wajahnya. Mengamati setiap perubahan ekspresi yang ia buat.

sring, trang

Suara adu pedang memecah lamunan (Name), di hadapannya Shidou sedang menahan pedang Kaiser yang mengarah pada pria berkulit gelap tersebut.

"Kaiser! Apa yang kamu lakukan?" tanya (Name) khawatir.

"Menjauh (Name)! Shidou adalah pengkhianat! Dia yang bersekutu dengan para iblis itu dan memanggil mereka! Dia bahkan hampir membunuh Isagi!" teriak Kaiser yang masih beradu pedang dengan Shidou.

"Apa??" (Name) terdiam, lagi-lagi dihadapkan dengan informasi yang membuatnya terguncang. Kini tak tahu, siapa diantara mereka yang sebenarnya berkhianat.

Reo dan Nagi berdiri disamping kiri dan kanannya, memasang kuda-kuda siaga. Mewaspadai Shidou dan Kaiser sekaligus. Nagi memasang pelindung mengelilingi mereka bertiga. Dan Aiku, ia menggenggam erat pedangnya bersiap jika ada serangan yang mengarah pada satu-satunya hawa diantara mereka.

"Bagus, sekarang siapa yang harus kita percayai" Reo mendengus dan mengacak surainya frustasi.

Netra (Name) membelalak, menyadari sesuatu.
"Isagi! Dimana dia?" tanyanya.

"Disini"

Semua orang, selain Shidou dan Kaiser yang masih bertarung menoleh ke asal suara. Muncul Isagi yang berjalan tertatih dengan luka parah di sekujur tubuhnya dari lorong lain di belakang mereka.

bersambung~

Substitute Queen | Bluelock x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang