Part 36 [Rebutan Gengsi]

3.2K 327 24
                                    

Happy Reading, sorry for typo.

Kabar kehamilanku sudah tersebar luas di kalangan kelas atas, awalnya kabar kehamilanku hanya tersebar di antara teman Mama yang menjalin hubungan kerja sama untuk mendirikan yayasan, lalu mulai tersebar ke peserta yayasan yang berasal dari banyak...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabar kehamilanku sudah tersebar luas di kalangan kelas atas, awalnya kabar kehamilanku hanya tersebar di antara teman Mama yang menjalin hubungan kerja sama untuk mendirikan yayasan, lalu mulai tersebar ke peserta yayasan yang berasal dari banyak kalangan. Jika sudah seperti itu, tak heran jika semua orang kalangan atas sudah mengetahuinya.

Tentu kabar ini menjadi obrolan hangat, cicit pertama Pramadana akan lahir. Banyak yang memberikan selamat, saat kami sedang berada di sebuah acara.

Perutku juga sudah terlihat membesar, di usia kandunganku yang sudah menginjak lima bulan ini.

Sejauh ini aku menikmati masa kehamilanku, aku sangat bersyukur karena aku adalah salah satu wanita beruntung yang tidak mendapatkan banyak perubahan selama mengandung trimester pertama. Hampir semuanya, Sakha yang merasakan. Untungnya berangsur-angsur Sakha mulai kembali seperti biasa setelah aku menginjak trimester kedua, tidak morning sickness lagi dan nafsu makannya juga kembali semula.

"Menurut kamu, aku pake tas yang mana. Putih atau hitam?"

Aku berdiri di depan Sakha yang sedang duduk di sofa sedang menatap ponselnya, Sakha mendongak menatapku.

"Kamu mau pake baju itu?" bukannya menjawab opsi yang aku tanyakan, Sakha malah balik bertanya.

Aku menatap tubuhku yang mengenakan strapless dress berwarna beige sepanjang panjang lutut yang memiliki model bahu terbuka, menampilkan kulit leher dan bahuku.

"Kenapa emang?"

"Acaranya di dalam ruangan, Gempita. Dingin di sana."

"Aku pake blazer, Sakha."

Aku menunjuk tweed blazer berwarna beige yang tergeletak di atas ranjang. Sakha pun mengangguk, tak lagi protes.

"Jadi yang mana, putih atau hitam?" aku kembali bertanya soal tas.

"Hitam."

"Oke," aku langsung meletakan tas putih yang tak akan aku kenakan.

Hari ini aku sedang bersiap untuk datang ke acara lelang yang di gelar oleh yayasan, acara ini penting untuk Mama sehingga aku dan Sakha harus menghadiri acara lelang ini.

Banyak orang dari kalangan atas akan hadir di acara badan amal ini, karena itu aku harus berpenampilan sempurna agar tidak ada kesempatan untuk orang lain mencelaku.

Setelah memilih tas dan sepatu, aku kembali duduk di kursi meja rias untuk merias rambutku, wajahku sudah cantik dengan sentuhan make up.

Aku memilih untuk mengikat setengah rambut panjangku yang bawahnya aku buat keriting, memakai hiasan rambut dari brand perhiasan terkenal untuk menutupi ikat rambutku. Sebagai sentuhan terakhir, aku menyemprotkan hair sprayer.

"You look stunning," tiba-tiba Sakha berdiri di belakangku, tangannya mengusap kulit bahuku.

"Thank you."

Flawless WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang