Part 37 [Childish Clara]

3.2K 334 29
                                    

Selamat membaca, sorry for typo.
Mau minta tolong dong, penuhi komentar kalian di setiap paragraf ya. Biar saya makin semangat update.

Jangan lupa vote 💖

Note : picture di atas adalah ilustrasi karya Gempita ya kurang lebihnya, yg saya ambil dari Pinterest.

Aku menatap mini city builds yang terlapisi kaca di pajang di ruang tamu rumah kami, baru tadi pagi barang itu di kirim setelah Sakha membayar lunas sesuai yang di tawarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap mini city builds yang terlapisi kaca di pajang di ruang tamu rumah kami, baru tadi pagi barang itu di kirim setelah Sakha membayar lunas sesuai yang di tawarkan.

Jika berakhir di rumah ini, untuk apa capek-capek membayar kurir untuk mengantar yang ujung-ujungnya kembali ke rumah. Sekali lagi, aku tak mengerti dengan pemikiran orang kaya.

Setelah acara kemarin, aku bertanya pada mertua dan iparku kenapa mereka mau menawarkan harga yang tinggi hanya untuk mendapatkan miniatur.

"Gue sih sengaja, jarang banget gue lihat Sakha punya ambisi," jawab Sakti yang kelewat santai.

"Papa tertarik untuk pajang buatan kamu di kantor ruangan Papa," jawab Papa yang masuk di akal.

"Mama sengaja biar Sakha keluarin banyak uang buat yayasan, Mama tahu Sakha gak akan lepasin gitu aja sama barang yang dia incar," jawab Mama yang membuatku tertawa kaku.

Permainan dan isengnya orang kaya memang berbeda, ini menyangkut uang ratusan dolar lho. Mereka mengeluarkan uang milyaran rupiah seperti melempar uang recehan.

Awalnya aku mengira Sakha sengaja menawarkan harga tinggi agar aku tak rendah diri karena aku hanya menyumbangkan miniatur yang tak akan di nilai berharga oleh semua orang, walaupun aku sangat bekerja keras untuk membuatnya.

Namun ternyata setelah acara selesai, banyak orang yang bertanya padaku apakah aku tertarik merancang miniatur yang baru dan menjualnya pada mereka. bahkan ada pula yang ingin merekrutku sebagai desain arsitektur di perusahaan mereka.

Tak kusangka ternyata mereka menyukai rancanganku dan mengakui keahlianku.

Sakha sengaja langsung melontarkan harga tinggi agar tidak ada orang yang memiliki rancangan miniatur yang aku buat, aku sempat salah mengartikan tindakannya saat itu.

Aku tidak tertarik menjual belikan rancangan miniaturku, tapi aku sudah berjanji akan membuatkannya satu lagi untuk Papa karena beliau memang menyukainya.

Di hari libur ini, aku akan menemani Sakha bermain tenis bersama Papa dan Sakti. Mama juga ikut untuk menemani Papa, karena itu aku pun memilih ikut bersama Sakha dari pada berdiam diri di rumah.

Meski aku tidak akan ikut serta bermain tenis, aku tetap mengenakan outfit olahraga. Aku memakai polo shirt berwarna baby blue yang menonjolkan perutku, di padukan dengan rok rample sepaha berwarna putih, tak lupa aku mengenakan sepatu dan topi yang juga berwarna putih.

Aku sudah siap lebih dulu dari Sakha, karena sebelum mandi Sakha mendapatkan panggilan penting dari asistennya sehingga aku memiliki waktu untuk bersiap lebih dulu.

Flawless WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang