Seraphina terbangun dengan perasaan campur aduk. Mimpi tentang Alaric masih segar di benaknya, seakan mimpi itu lebih nyata daripada kenyataan. Dalam mimpi itu, Alaric menawarkan pengetahuan yang begitu mendalam tentang sihir, hal-hal yang tidak pernah diajarkan di sekolah sihir tempatnya belajar. Ada sesuatu dalam tatapan mata Alaric yang membuatnya merasa tergugah dan penasaran.
Hari itu, Seraphina memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Alaric. Dia bertanya pada para guru dan teman-temannya, tapi informasi yang dia dapatkan sangat terbatas. Alaric adalah sosok misterius yang jarang terlihat, meskipun namanya selalu disebut-sebut sebagai salah satu penyihir terkuat. Desas-desus mengatakan bahwa dia lebih suka menyendiri dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
Namun, Seraphina tidak menyerah. Dia mulai mencari di perpustakaan kuno, menggali setiap buku yang mungkin menyebutkan tentang Alaric. Di sana, dia menemukan fragmen-fragmen cerita yang mengisahkan tentang pencapaian Alaric, tetapi tidak ada yang benar-benar memuaskan rasa penasarannya.
Sementara itu, Alaric terus mengamati Seraphina. Dia menyadari bahwa gadis itu mulai tertarik padanya, mulai mencari jejak-jejak keberadaannya. Ini adalah bagian dari rencananya, membuat Seraphina mendekat dengan keinginan sendiri. Dengan hati-hati, Alaric menyiapkan langkah berikutnya.
Pada suatu malam, ketika Seraphina sedang duduk di tepi danau, merenungkan semua yang dia temukan tentang Alaric, tiba-tiba angin berbisik lembut di telinganya. Sebuah suara yang dalam dan menenangkan, suara yang dikenalnya dari mimpi, memanggil namanya. "Seraphina..."
Dia terkejut dan melihat sekeliling, tapi tidak ada siapa-siapa. Namun, suara itu terus berbisik, membawanya menuju bagian hutan yang lebih dalam. Seraphina merasa tertarik, seperti ada kekuatan yang tak terlihat menariknya. Dia berjalan mengikuti suara itu, semakin dalam ke dalam hutan, hingga tiba di sebuah tempat yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Di sana, di tengah hutan, berdiri sebuah menara kuno yang megah. Menara itu tertutup lumut dan tampak telah ditinggalkan selama berabad-abad. Namun, ada sesuatu yang memancar dari dalamnya, sebuah aura sihir yang kuat dan memikat. Seraphina melangkah masuk, merasa seolah-olah dia telah ditakdirkan untuk berada di tempat itu.
Di dalam menara, Alaric menunggunya. Dia berdiri di tengah ruangan yang luas, dikelilingi oleh buku-buku tua dan artefak sihir. Tatapan matanya lembut namun penuh misteri. "Selamat datang, Seraphina," katanya dengan suara yang dalam dan menenangkan.
Seraphina merasa jantungnya berdegup kencang. "Alaric... Aku merasa seperti aku mengenalmu dari mimpi."
Alaric tersenyum tipis. "Itu karena kita memang bertemu di dalam mimpi. Aku telah memperkenalkan diriku padamu melalui sihir, karena aku melihat potensi besar dalam dirimu. Kau istimewa, Seraphina. Dan aku ingin membantumu mencapai potensi penuhmu."
Seraphina merasa tersanjung dan sedikit ragu. "Kenapa aku? Ada banyak penyihir yang lebih kuat dan lebih berpengalaman."
Alaric mendekat, menatap matanya dalam-dalam. "Karena kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Kau memiliki hati yang murni dan semangat yang tak tergoyahkan. Itulah yang membuatmu istimewa. Bersama-sama, kita bisa mencapai hal-hal besar."
Dengan kata-kata itu, Alaric mulai mengajarkan Seraphina sihir tingkat tinggi yang belum pernah dia pelajari sebelumnya. Setiap hari, mereka berlatih bersama, dan setiap hari Seraphina semakin terpesona oleh kekuatan dan kebijaksanaan Alaric. Dia mulai merasakan ikatan yang kuat dengan penyihir misterius itu, ikatan yang lebih dari sekadar guru dan murid.
Namun, di balik segala kehebatan dan perhatian yang Alaric tunjukkan, ada sesuatu yang gelap dan mengerikan. Seraphina mulai merasakan bayangan-bayangan gelap di sudut-sudut pikirannya, perasaan takut yang tak bisa dijelaskan. Tapi setiap kali dia merasakannya, Alaric ada di sana untuk menenangkannya, membuatnya merasa aman dan dilindungi.
Tanpa disadari, Seraphina semakin dalam terjerat dalam jaring sihir Alaric. Obsesinya pada Seraphina bukan sekadar keinginan untuk mengajar, tapi juga untuk menguasai. Alaric tahu bahwa Seraphina adalah kunci untuk mencapai kekuatan yang lebih besar, dan dia tidak akan membiarkan apa pun menghalanginya.
Di tengah kegelapan malam, ketika Seraphina tertidur lelap, Alaric berdiri di samping ranjangnya, mengamati wajah tenangnya. Dia mengulurkan tangan, menyentuh lembut rambutnya. "Kau akan menjadi milikku, Seraphina. Kekuatan kita akan menyatu, dan kita akan menjadi tak terkalahkan."
Dan dengan bisikan sihir yang halus, Alaric memastikan bahwa mimpi-mimpi Seraphina terus dipenuhi dengan kehadirannya, menjadikannya semakin terikat dan bergantung padanya. Rencana Alaric berjalan sempurna, tapi di balik senyum lembutnya, tersimpan ambisi gelap yang siap menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalannya.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyihir apa yang mengintai ku?
FantasiaTentang seorang gadis yang tiba-tiba di sukai oleh seorang penyihir dengan tingkat SSR yang terkenal kejam dan dingin.