Malam itu, setelah Seraphina meninggalkan menara, Alaric merasakan kegelisahan yang tak biasa. Rencana yang dia susun selama bertahun-tahun tampak goyah, dan dia tidak bisa membiarkan Seraphina menjauh begitu saja. Obsesinya pada gadis itu kini berubah menjadi kebutuhan yang mendesak; dia harus memastikan Seraphina menjadi miliknya, tidak peduli bagaimana caranya.
Alaric mengurung diri di dalam menara, mulai merapal mantra-mantra kuno yang telah lama dilupakan oleh dunia sihir. Dia memanggil kekuatan gelap yang tersembunyi di sudut-sudut tersembunyi dunia magis, kekuatan yang mampu membelokkan kehendak dan mengikat jiwa. Dengan tekad yang bulat, Alaric menciptakan sebuah artefak sihir: sebuah liontin berlapis emas dengan permata merah darah di tengahnya. Liontin ini memiliki kekuatan untuk mengendalikan pikiran dan perasaan, membuat pemakainya tunduk pada kehendak sang penyihir.
Sementara itu, Seraphina kembali ke desanya dengan pikiran yang berkecamuk. Dia berbicara dengan beberapa orang tua desa yang mengenal sejarah sihir dan mendengar kisah-kisah tentang penyihir yang mencari kekuatan absolut. Mereka memperingatkannya tentang bahaya terlalu dekat dengan kekuatan yang tidak sepenuhnya dia pahami. Seraphina merasa semakin bingung, tetapi dia juga merasakan ikatan yang kuat dengan Alaric, ikatan yang sulit dia jelaskan.
Pada malam ketiga setelah pertemuan mereka di menara, Alaric memutuskan untuk bertindak. Dia menyusup ke desa, menggunakan sihir untuk menyembunyikan kehadirannya. Dia menunggu saat yang tepat untuk mendekati Seraphina tanpa diketahui orang lain. Ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Alaric menemukan Seraphina duduk di tepi danau, merenung sendirian.
"Seraphina," bisiknya lembut, muncul dari bayangan. "Aku datang untuk menunjukkan sesuatu padamu."
Seraphina terkejut tetapi tidak menolak. "Apa yang ingin kau tunjukkan, Alaric?"
Alaric mengulurkan tangan, menunjukkan liontin yang bersinar dalam cahaya bulan. "Ini adalah liontin yang memiliki kekuatan besar. Dengan ini, kau bisa merasakan kekuatan sejati yang bisa kita capai bersama. Aku ingin kau memakainya."
Seraphina menatap liontin itu dengan curiga. "Apa yang akan terjadi jika aku memakainya?"
Alaric tersenyum lembut, meskipun di balik senyumnya tersembunyi niat gelap. "Kau akan merasakan kekuatan kita menyatu. Kau akan melihat dunia melalui mataku dan memahami betapa besar potensi yang kita miliki. Percayalah padaku, Seraphina. Ini adalah jalan kita menuju kejayaan."
Ragu-ragu, Seraphina mengambil liontin itu. Saat dia memasangnya di lehernya, dia merasakan aliran energi yang kuat masuk ke dalam dirinya. Mata Alaric berkilat, mengetahui bahwa liontin itu mulai bekerja. Seraphina merasakan pikirannya semakin kabur, terbungkus dalam kabut yang lembut namun memaksa.
"Alaric... apa yang terjadi?" bisiknya dengan suara yang semakin lemah.
Alaric mendekat, menatap dalam matanya. "Ini adalah bagian dari proses, Seraphina. Kau akan segera melihat kebenaran dan memahami tujuan kita. Bersama, kita akan menguasai segala sesuatu."
Seraphina merasa tubuhnya menjadi ringan, dan pikirannya mulai tertarik ke dalam kegelapan yang dalam. Dia mencoba melawan, tetapi kekuatan liontin itu terlalu kuat. Perlahan, dia merasa kesadarannya memudar, digantikan oleh perasaan tunduk dan ketergantungan pada Alaric.
Melihat Seraphina mulai tunduk pada pengaruh liontin, Alaric merasakan kepuasan yang mendalam. Rencananya berjalan sesuai harapan. Dia mengangkat Seraphina dalam pelukannya dan membawa gadis itu kembali ke menara, memastikan tidak ada yang melihat mereka.
Di dalam menara, Alaric menempatkan Seraphina di ruangan yang nyaman namun terkunci, memastikan bahwa dia tidak bisa pergi ke mana pun. Dengan liontin itu, dia bisa memantau dan mengendalikan setiap pikiran dan tindakan Seraphina.
Hari-hari berlalu, dan Seraphina semakin tenggelam dalam pengaruh liontin itu. Dia menjadi lebih tunduk pada Alaric, pikirannya dibelokkan untuk percaya bahwa hanya bersama Alaric, dia bisa mencapai potensi sejatinya.
Namun, jauh di dalam hatinya, ada percikan kecil dari kesadaran yang tetap bertahan. Seraphina mulai menyadari bahwa dia harus melawan, bahwa dia tidak bisa membiarkan dirinya dikuasai oleh obsesi gelap Alaric. Dengan kekuatan yang tersisa, dia merencanakan cara untuk melepaskan diri dari pengaruh liontin dan menemukan kebebasannya kembali.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyihir apa yang mengintai ku?
FantastikTentang seorang gadis yang tiba-tiba di sukai oleh seorang penyihir dengan tingkat SSR yang terkenal kejam dan dingin.