23. AKHIR TANPA AWAL

218 28 5
                                    

"Kalau hubungan selesai tanpa pernah mengawali, rasanya seperti kehilangan sesuatu yang belum pernah dimiliki"

HAPPY READING

Rahsya memberhentikan langkahnya
saat berada di pinggir lapangan basket yang sudah ramai dipenuhi dengan teman-temannya. Rahsya menoleh ke arah Adara serta menatap wajah Adara yang lebih pendek dibanding dirinya.

"Gua mau latihan basket dulu. Lo tunggu aja di sana ya!" perintah Rasya kepada Adara.

"Lama enggak?" tanya Adara lesu.

"Enggak kok," balas Rahsya dengan memberikan senyuman kecil kepada Adara.

"Okayy, gua kesana. Semangat latihannya, Sya!" ucap Adara dengan sumringah yang mampu membuat Rahsya mengukir senyuman manis di wajahnya.

Dengan sengaja, tangan Rahsya mengelus surai rambut milik Adara sebelum sang empu pergi meninggalkan dirinya dari tengah lapangan. Adara merasa kehangatan dari Rahsya. Namun, Adara masih menganggap Rahsya hanyalah sebatas teman tidak lebih. 

"Seandainya saingan gua bukan teman sendiri," batin Rahsya saat tangannya masih setia mengelus rambut milik Adara.

Setelah itu, Adara berlari kecil menuju kursi kosong yang berada di pinggir lapangan itu yang ditanami dengan pohon yang rindang. Hal itu membuat siapapun yang duduk di sana tidak kepanasan.

Sementara, Rahsya melihat Adara dari tengah lapangan, memastikan Adara sudah duduk di kursi itu. Setelah memastikan Adara aman, Rahsya memulai latihan basket bersama teman-temannya.

⚝⚝⚝

Gibran berjalan menuju parkiran sekolah dengan muka yang sangat kusut. Namun, di saat dirinya berjalan menuju parkiran, matanya tak sengaja melihat sosok Adara yang sedang duduk sendirian seraya bermain handphone di pinggir lapangan. Gibran pun berniat ingin menghampiri Adara dengan mencoba kembali menjelaskan masalah tadi pagi.

"Dara," teriak Gibran dari kejauhan.

Adara sudah menebak jika yang memanggil dirinya adalah Gibran dan ternyata benar. Saat Adara menolehkan kepalanya, Gibran sedang berlari ingin menghampiri dirinya.

"Ngapain lagi sih" batin Adara yang sudah benar-benar kesal dengan Gibran.

Gibran mendekati Adara dan menatap wajah Adara dengan penuh seksama, berharap Adara mau mendengarkan penjelasan dari dirinya.

"Dar, please dengerin penjelasan dari gua dulu," ujar Gibran yang masih membujuk Adara untuk mendengarkan penjelasan darinya.

"GUA HARUS BILANG BERAPA KALI KE LO? KALAU GUA, ENGGAK BUTUH PENJELASAN DARI LO! " gertak Adara dengan menatap tajam Gibran.

Gibran hanya bisa pasrah saat dirinya mendengar ucapan dari Adara. Kali ini Gibran benar-benar sangat kecewa dengan dirinya sendiri.

"Okay, kalau itu memang kemauan lo. Thanks ya atas semuanya," lirih Gibran yang sudah pasrah akan hubungan dirinya dengan Adara.

Gibran membalikkan badannya, lalu pergi meninggalkan Adara dari tempat itu. Sementara, Adara hanya melihat Gibran yang semakin menjauh dari hadapannya.

"Maafin gua ya, Gib. Mungkin ini memang belum waktunya untuk kita bersatu" batin Adara.

⚝⚝⚝

Gibran sampai di parkiran motor dengan tatapan mata yang kosong. Ia segera pergi meninggalkan SMA Academie Brilliance dengan mengendarai motor sport miliknya ke sesuatu tempat yang sering ia kunjungi dan salah satu tempat itu merupakan wishlist yang sudah dirinya cantumkan ketika ia sudah mendapatkan Adara. Namun, kenyataanya pupus sudah harapan Gibran untuk mendapatkan Adara.

Perantara GidaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang