Kamu sedang mencari calon istri bukan musuh!

1.6K 130 5
                                    

Namun soemitro tentu saja sangat memahami kenakalan-kenakalan yang dilakukan prabowo itu sebagai tindakan dari jiwa mudanya. Tapi bukan berarti lantas soemitro akan membenarkan tindakan-tindakan buruk seperti itu, oleh sebab itu ia membiarkan prabowo tinggal setahun lagi disekolahnnya agar lebih berhati-hati dikemudian hari dalam melakukan sesuatu. Prabowo yang sudah sangat hafal betulsikap papinya itu sudah mengerti betul apapun yang ia lakukan tidak akan membuat papinya bergeming lantaran memang hal itu adalah kesalahannya. Maka yang ia bisa lakukan hanya menerima keputusan yang diberikan oleh papinya itu.
Hubungan prabowo dan kakeknya begitu dekat bahkan saat bertugas ditimor-timor prabowo lebih suka mengirim surat untuk sang kakek daripada kedua orangtuanya. Maka dari itu prabowo sangat bersedih saat sang kakek meninggal pada tahun 1978. Beruntung saat itu dibulan juli ia memang sedang ada dijakarta dan bisa meminta izin cuti untuk menghadiri pemakaman kakeknya itu.

Dua tahun berlalu. . .
Kembali didalam hutan kapten prabowo sedang menyusun srategi penyergapan musuh bersama komandan dan timnya.
"ini misi terakhir kalian sebelum kembali kejakarta. Saya tau tim yang berada dibawah kepemimpinanmu belum pernah gagal bowo, tapi jangan lengah dan lakukan yang terbaik" tegas komandannya itu.

"siap, laksanakan perintah" jawaban tegas prabowo menggema didalam tenda malam itu.

Selesai rapat itu prabowo mengobrol dengan temannya sjafrie. mereka sudah berteman sejak masih sama-sama mengenyam pendidikan di AKMIL.
"Kalau pulang mari kita pergi bersama. Makan ditempat yang enak" tutur prabowo mengalungkan satu tangannya dipundak sjafrie.

"ah tidak! Disini saya sudah bertemu terus denganmu, kalau pulang nanti saya akan menghabiskan waktu dengan keluarga" sjafrie menolak lantang.

"itu juga. Namun setelah itu kita jalan-jalan" goda prabowo lagi.

"tidak! Saya sudah menikah" jelas sjafrie lagi. "cepatlah kamu menikah juga agar berhenti keluyuran"

Prabowo menyengir saja mendengar ucapan sjafrie itu, "saya belum ketemu yang pas"

"yang pas bagaimana? Kamu cari yang bagaimana?"

"yang bagaimana yaa. . . ah kamu tidak akan mengerti" jawab prabowo lantang meninggalkan sjafrie yang masih duduk dengan membersihkan senjatanya. Sjafrie memang adalah sosok yang tinggi semampai dan pria yang tidak banyak bicara melihat kepergian prabowo ia tidak mengentikannya.

Pada dini hari prabowo bersama keempat rekannya kembali memasuki hutan lebih dalam, terjadi tembak menembak antara tim yang dipimpinnya dengan musuh. Dibalik pohon itu prabowo mengisi peluru senjatanya kembali, ia menghela nafas panjang mengingat tuhan didalam hatinya dan siap mati untuk negara saat itu juga. Prabowo kembali melesatkan tembakannya, ia melihat salah seorang rekannya terluka dibagian bahu terkena tembakan musuh. Ia memberikan arahan kepada yang lain untuk melakukan tembakan agar ia dapat menarik rakannya itu ketempat yang lebih aman. Ditengah hujanan balasan peluru prabowo berhasil membawa rekannya kebalik pohon besar dan membalut lukanya. "jika keadaan memburuk, tinggalkan saja saya" pintanya pada prabowo.

"kami tak akan meninggalkanmu, karna keadaan tak akan memburuk" hardik prabowo kembali mengambil senjatanya. Sekitar 30 menit terjadi tembak-menembak disana hingga akhirnya tidak ada lagi tembakan dari musuh yang mereka terima. Dua dari mereka bergerak mendekat mendapati 2 orang musuh sudah tergeletak tidak bernyawa sementara yang lainnya sudah kabur pulang kesrangnya. Sekali lagi prabowo dan rekan-rekannya berhasil memperlebah tanah bangsa dalam kekuasaan mereka.
Misi selesai.

Hari itu prabowo pulang kerumahnya disambut hangat oleh keluarga. Ibunya memelukknya dengan erat. Bahagia penuh haru bertebaran disudut rumah soemitro hari itu. Selesai makan prabowo duduk dengan sang ayah membahas soal pekerjaannya, mereka bertukar informasi mengenai pekerjaan masing-masing, prabowo yang juga sebenarnya suka membaca juga memahami banyak hal soal negara. Tak lama terdengar suara mobil datang, terlihat kakak perempuan tertuanya bianti datang bersama suaminya. Bianti sangat senang melihat kepulangan adiknya itu yang sudah hampir dua bulan lamanya tidak pulang kerumah. Begitu juga terlihat raut wajah gembira dari wandono melihat adik iparnya itu. Sindiran demi sindiran kerap diperoleh prabowo dari sanak keluarga yang datang berkunjung saat tau kepulangannya namun prabowo hanya tersenyum saja. Sebagai seorang prajurit ia tidak terlalu banyak bicara dan terkesan kaku dalam perbincangan keluarga wajar saja ia juga harus menjunjung tinggi pekerjaan dan nama institusi yang diemban dipundaknya. Selesai makan malam keluarga prabowo tak segan membantu kakaknya merapikan meja makan.
"mba pengennya dibantuin istrimu" goda bianti pada adiknya itu.

KESETIAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang