"Lagi-lagi kau menggunakanku sebagai alasan untuk kabur." Gadis itu mengerucutkan bibi kesal. Melirik ke belakang, melihat pada Jenderal Kerajaan yang telah melangkah pergi ke arah yang berkebalikan dengan mereka. Mendengkus pelan, gadis itu kembali menoleh pada pemuda berpostur tinggi di sebelahnya. "Kau anggap aku ini apa, huh? Kalau begini terus, aku juga bisa merasa kesal padamu."
Odette Livth, putri satu-satunya dari Keluarga Bangsawan Livth itu memiliki fitur wajah yang lembut. Rambut coklatnya lurus dan berkilau. Dia sosok gadis cantik dan imut yang membuat orang lain rasanya ingin melindunginya.
"Aku minta maaf, tapi ke depannya pun aku akan sering menggunakan namamu untuk keluar dari situasi-situasi menyebalkan lainnya." Atharysc terkekeh. Sebelah tangannya terangkat mengelusi kepala gadis yang di matanya terlihat sangat lucu itu.
"Hey, meski pun kau pangeran, kau tetap tidak boleh memanfaatkanku seenaknya." Odette berdecak saat Atharysc justru semakin tergelak. Dia membuang muka, "dasar tidak berperasaan."
"Siapa suruh kau selalu muncul di depanku di saat yang tepat."
"Aku kan datang ke sini untuk menemui Anaryssa, bukan dirimu."
"Jadi kau tidak suka bertemu denganku?"
"Bukan begitu!"
Odette terlihat kesal saat ekspresi Atharysc justru sebaliknya. Dia jengkel, Atharysc selalu saja menggodanya dengan kata-kata yang menjebak. Membuat Odette tanpa sadar menunjukkan perasaannya secara terang-terangan saat hubungan mereka hanya diam di tempat.
"Kau ini sangat menyebalkan, ya."
"Terima kasih atas pujiannya, Nona."
"Ah, sudahlah. Aku sudah sangat terlambat untuk pertemuan dengan Anaryssa dan Cheera." Odette berusaha mengalihkan pembicaraan, sekaligus kembali pada tujuan awal kedatangannya ke istana. "Jenderal sudah pergi, jadi kita tidak perlu berpura-pura lagi."
"Tapi aku ingin menghabiskan waktu denganmu sekarang." Atharysc kini mengambil sebelah tangan Odette. Menatap dalam pada manik biru gelap milik gadis di hadapannya. "Lagipula kita sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama, kan? Tidak bisakah kau bersamaku?"
"Aku sudah janji pada mereka kalau aku akan datang."
"Kau bisa membatalkannya."
"Kalau kau sebegitu inginnya menghabiskan waktu bersamaku, bagaimana kalau kau ikut menemui Anaryssa?" Odette tersenyum guyon, berusaha untuk mengisengi Atharysc juga sebagai balasan untuk yang tadi. "Kita bisa menghabiskan waktu bersama, seperti dulu saat--"
"Odette."
Suara yang memanggil namanya itu terdengar rendah. Melihat pada Atharysc, ekspresi wajah pemuda itu mengeras dengan tatapan yang terlihat dingin.
Odette membeku. Sedikit menyesali ucapannya barusan. Hatinya terasa pahit, melihat Atharysc masih saja keras dan dingin seperti ini selalu membuat hatinya berdenyut.
"Jangan membuatku marah." Ucapan Atharysc penuh dengan penekanan di setiap kata. Pemuda itu langsung melepaskan genggamannya pada Odette. Menelan ludah, Atharysc berucap dengan kejam. "Jangan melewati batasan, Odette."
Odette meringis pelan. "Aku sudah keterlaluan, ya?"
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Atharysc. Dia hanya memberi tatapan tajam dan dingin, seolah sebagai peringatan dan jawaban atas pertanyaan yang Odette sendiri sudah tahu jawabannya.
"Maafkan aku." Odette maju mempertipis jarak diantara mereka. Sedikit berjinjit, dia mengangkat sebelah tangan untuk mengelus pelan pipi Atharysc. Tidak ada penolakan, seperti biasa. "Aku ... yang salah. Maafkan aku, ya? Atharysc?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twin Stars
RomanceAtharysc dan Anaryssa pernah menjadi saudara yang saling mendukung lebih dari apapun. Meski jauh dalam lubuk hati mereka masih saling menyayangi, tapi banyak hal yang terjadi dan membuat hubungan mereka sekarang merenggang. Banyak hal yang berubah d...