Marsha memandangi tubuhnya sendiri di depan cermin. Ini sudah hari ketiga ia berada di pulau, sekaligus malam terakhirnya bersama Adel. Marsha harus bisa menggoda Adel, setidaknya membuat gadis itu bisa menyentuhnya malam ini. Semua cara sudah Marsha lakukan, tetapi Adel masih bisa menahannnya.
Azizi sudah memberikannya janji untuk memutuskan hubungannya dengan Ashel, tetapi Marsha masih ragu dengan perasaannya sendiri. Marsha takut setelah ia mengorbankan banyak perasaan, justru pada akhirnya bukan Azizi jawaban dari semua pertanyaannya selama ini.
Azizi selalu membayangi kehidupannya selama setahun lebih, mengganggu waktu tidur dan aktivitasnya. Seharusnya sekarang perasaan Marsha jadi lega setelah ia mengetahui Azizi akan kembali ke pelukannya, tetapi ternyata semuanya tetap tidak semudah yang ia bayangkan. Ada suara di hatinya yang tidak bisa ia dengar, dadanya mendetakan sebuah nama yang masih samar. Jika berada di bawah sentuhan Azizi ia bisa mendapatkan sedikit jawaban, semua pertanyaannya akan terjawab jika malam ini ia berhasil mengundang Adel untuk menyentuhnya.
Mata Marsha terpejam sesaat, ia berada dalam dilema yang sangat besar, jika ia keluar dengan pakaian seperti ini dan akhirnya ia gagal, harga dirinya akan jatuh selamanya di depan Adel. Namun, jika ia berhasil, apa yang terjadi setelahnya? Bagaimana jawabannya tetap Azizi? Marsha menunduk, masih berusaha berpikir apa yang harus ia lakukan.
Marsha takut kehilangan Adel, jika ia belum segera mencari tau jawabannya, ia akan kehilangan keduanya. Marsha membuka mata, memandangi pantulan tubuhnya sendiri di cermin. Marsha memakai kimono set berwarna putih, menyatu dengan kulitnya yang sangat cerah.
Setelah menyiapkan mentalnya, Marsha membuka pintu kamar, melenggang anggun mendekati Adel yang tengah duduk bersandar di ranjang, Adel hanya memakai piyama tidur berukuran panjang.
Adel yang sebelumnya fokus pada ponsel jadi tertarik melihat Marsha yang berdiri tak jauh darinya, untuk beberapa detik, Adel tidak berkedip sama sekali. Pakaian Marsha memang cukup tertutup, tetapi rambut panjangnya, tatapan serta kulit putihnya membuat Adel terpana. Adel sampai kehilangan nafas sepersekian detik saat Marsha menurunkan kimononya, tubuhnya memang masih tertutup, tetapi sangat transparan, ia bisa melihat lekuk tubuh Marsha dengan sangat jelas.
Ludah Adel tertelan begitu saja, dadanya berdebar, darah yang mengalir di tubuhnya memanas. Ponsel yang Adel pegang terlepas begitu saja dari genggamannya. Adel melupakan semua tubuh perempuan seksi yang pernah ia lihat, untuk pertama kalinya, ia melihat sisi lain dari Marsha.
"Belum tidur?" Marsha berusaha bersikap biasa saja meski dadanya nyaris pecah melihat tatapan Adel yang liar, ia tidak pernah melihat tatapan itu sebelumnya.
Adel menggeleng, masih kehilangan suara bahkan nafasnya apalagi sekarang Marsha bergerak mendekatinya. Sekali lagi, ludahnya tertelan saat Marsha duduk di pangkuannya. Apa yang akan Marsha lakukan? Apa Marsha sedang menggodanya? Tidak cukup dua malam kemarin Marsha membuatnya kesulitan tidur?
"Nanti matanya perih." Marsha menutup kelopak mata Adel menggunakan satu tangannya, ia mendekatkan wajahnya sambil ikut menutup mata, merasakan nafas Adel mulai panas.
Marsha menurunkan tangannya seraya membuka mata, menatap Adel dari jarak yang sangat dekat, nafas keduanya beradu, getar dalam dadanya bersahutan dalam ritme yang sama.
Sepasang tangan Adel terayun begitu saja, mengusap pipi Marsha, membelai leher dan tengkuknya, gerakan lembut itu membuat mata Marsha terpejam, menikmati sentuhan singkatnya. Marsha secara reflek mencium telapak tangan Adel, sentuhan Adel membuat tubuh Marsha merinding, rasa geli menyebar ke seluruh tubuhnya.
Dari tatapan Marsha, Adel tau apa yang Marsha inginkan. Haruskah ia menyentuh sahabatnya sendiri tanpa ikatan? Adel menggeleng sambil menurunkan kembali tangannya, ia tidak bisa menyentuh Marsha meski hasratnya sudah sangat tinggi sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA
FanfictionApa yang lebih sulit selain menjalin hubungan dengan seseorang yang masih terikat oleh masa lalunya?