Satu minggu telah berlalu sejak Cassie mencoba melarikan diri. Kini, dia kembali dikurung di kamar yang sama, namun ruang lingkupnya terasa lebih kecil dari sebelumnya. Cassie tak lagi bisa menjelajahi penthouse besar milik Leo. Sekarang, ia hanya bisa berkeliaran di kamar, pergi ke kamar mandi, dan berganti pakaian di walk-in closet.
Tiga hari berturut-turut setelah kejadian itu, Cassie selalu tertidur karena kelelahan menangis, dengan Leo yang tetap berada di atasnya. Bahkan ketika matahari terbit, Leo masih berada di atasnya, enggan melepaskan miliknya. Setelah itu, Cassie hanya bisa melihat Leo di pagi hari dan saat malam tiba ketika ia terbangun di tengah malam. Tak seperti sebelumnya, kini ia ditemani oleh seorang pelayan yang datang setiap malam untuk memberikannya makan malam.
Cassie sempat berpikir, apakah pria bajingan itu sibuk? Atau mungkin, Leo telah melupakannya? Pikiran terakhir itu membuatnya merasa sedikit lega.
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan pintu terdengar, disusul dengan seorang pelayan yang masuk membawa troli makanan. "Permisi, Nona," katanya sembari mendekatkan troli makanan itu padanya. Pelayan itu terlihat terburu-buru, seolah tak ingin berlama-lama di ruangan yang sama.
Cassie segera mencegah pelayan itu. "Hey! Tunggu, bisakah kau mendekat sedikit? Ada sesuatu yang aku perlukan."
Pelayan itu, dengan tubuh yang gemetar ketakutan, mendekat perlahan. Cassie mendekatkan bibirnya ke telinga pelayan itu. "Bisakah kau membelikanku pil pencegah hamil?"
"Tidak," jawab sebuah suara tegas dari belakang pelayan.
Keduanya menegang, dengan perasaan yang berbeda. Pelayan itu takut dimarahi oleh tuannya karena melanggar perintah untuk tidak berkomunikasi dengan Cassie. Sementara itu, Cassie merasa terperangkap karena tertangkap basah.
"KELUAR!" teriak Leo menggelegar di dalam kamar.
Pelayan itu segera keluar dengan terbirit-birit. Leo kemudian menarik tangan Cassie sehingga ia berdiri sejajar dengannya. Brak! Cassie terdorong hingga menabrak dinding, punggungnya terasa ngilu, namun ia hanya bisa menatap mata tajam Leo dengan diam.
"Akh!" Leo mencekik lehernya dengan kuat menggunakan satu tangan, sementara tangan lainnya mengelus perutnya. "Aku ingin kau mengandung anakku, Cassie," desisnya.
Cassie merasakan napasnya tercekik, matanya mulai berkunang-kunang. Namun, dalam hatinya, ia menolak untuk tunduk. Leo semakin mengeratkan cekikannya dan saat Cassie akan kehabisan napasnya barulah dilepaskan.
Napasnya langsung terengah begitu Leo melepaskan cekikannya, Cassie memegang lehernya sendiri. Kemudian berusaha untuk mengambil napas sebanyak mungkin.
"Kau bebas hari ini, karena aku masih ada urusan." Katanya. Leo menarik Cassie untuk keluar kamar dan menuju ke arah elevator. Saat sampai di lobby apartement Cassie segera di bawa masuk ke dalam mobil yang telah terdapat supir.
Leo duduk di belakang bersamanya, ia menyatukan tangan Cassie di depan dan memborgolnya. Kemudian ia menyimpan kuncinya, "Aku akan pergi ke Milan selama beberapa hari dengan Miguel. Jadi, untuk sementara kau akan tinggal bersama dengan Anastasia di mansion Miguel. Jangan mencoba untuk kabur atau kau akan kulumpuhkan selama sebulan penuh."
Cassie bergidik ngeri membayangkan tubuhnya akan kaku selama satu bulan penuh. Sehingga, mungkin ia akan menikmati waktunya bersama dengan Anastasia saja untuk sementara. Dia membutuhkan rencana yang lebih matang dan bantuan dari orang lain yang kekuatannya menyetarai mereka untuk kabur.
Leo menariknya mendekat hingga tubuh mereka bersentuhan. "Bukalah mulutmu." Katanya sembari menyondorkan sendok. Dia memang selalu memperhatikan makanan Cassie, selama bersamanya ia tak pernah melewatkan makanannya kembali. Bahkan, sepertinya berat badannya naik.
Tepat saat makanan habis, mereka telah sampai di mansion megah milik Miguel. Sebelum keluar, Leo membuka borgolnya. Kemudian telah ada pengawal yang membukakan pintu mobil. Mereka keluar bersama, saat sampai di ruang tengah telah ada Miguel dan Anastasia duduk bersama seperti menunggu mereka.
Anastasia berlari menghampiri Cassie dan segera memeluknya dengan erat. Cassie pun membalas pelukannya tak kalah erat, sedangkan Miguel hanya dapat menatap mereka tajam. Menyadari tatapan tajam tuannya, Leo segera menarik Cassie yang langsung diberi delikan kesal dari Cassie.
"Aku akan menunjukkan kamarmu." Tariknya menuju ke arah elevator yang berada di dalam mansion itu. Saat sampai di depan pintu dengan label nama LEONARDO BIANCHI yang tertempel di pintu itu. Menandakan posisinya yang tinggi dan keberadaannya yang diakui di mansion ini.
"Semua pakaianmu berada di sana, jangan menggunakan pakaian yang terbuka." Leo menunjuk ke walk in closet yang berada di kamar itu. Ia menuntun Cassie menuju ranjang, menyuruhnya untuk berbaring dan menaikkan selimutnya. "Tidurlah, aku akan pergi sekarang." Katanya sembari mengecup dahinya lama.
"Tapi aku masih ingin menemui Ana, Leo." Rengeknya.
"Kau masih bisa menemuinya besok, sekarang tidurlah. Pasti dia juga sudah tidur." Katanya lalu mengelus lembut rambut Cassie sebelum pergi meninggalkannya sendiri.
Cassie terbaring di ranjang, memandang langit-langit dengan hati yang penuh keresahan. Ia mendengar langkah kaki Leo yang semakin menjauh dan pintu yang tertutup dengan lembut. Napasnya mulai tenang, namun pikirannya masih berputar mencari cara untuk keluar dari situasi ini.
Setelah beberapa saat, Cassie bangkit dari ranjang dan menuju walk-in closet. Dia membuka lemari pakaian dan melihat berbagai pilihan baju yang tertata rapi. Memilih gaun tidur sederhana, ia mengenakannya dan kembali ke tempat tidur. Namun, matanya sulit terpejam.
Seolah-olah ada yang kurang, atau mungkinkah ia merindukan dekapan Leo yang hangat. Karena selama tinggal bersamanya, ketika ia tidur di malam hari Leo akan selalu memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prigioniera
ChickLitKarena berani menolong sahabatnya yang kabur dari cengkeraman mafia, Cassandra Clark harus menanggung akibatnya. Gadis pemberani ini kini terjebak di bawah kekuasaan Leonardo Bianchi, tangan kanan mafia yang kejam.