01

539 82 8
                                    

Hah... hah... hahh...!

Sura deru nafas memburu dari seorang pria yang baru saja tiba di stasiun. Wang Yibo, seorang pria tampan duduk di bangku panjang menunggu kereta menuju luar kota sambil memeluk bayi kecil yang hanya terbungkus kain tipis. Suara tangis bayi itu tak kunjung berhenti karena merasa dingin membuat beberapa orang menatapnya. Namun, saat ini tak ada yang bisa Yibo lakukan selain memeluk putri kecilnya yang masih berusia 1 bulan.

Setitik air mata mengalir di manik tajamnya saat melihat keadaan putrinya. Wajah bayi kecil itu tampak memerah karena hawa dingin yang menyapa. Ia pun berusaha menenangkan sambil mengusap pipi gembul bayi mungil itu kemudian memeluknya erat berusaha memberi kehangatan.

Seorang pria tua datang menghampiri dan menyodorkan sebuah jaket pada Yibo. "Nak, gunakan jaket ini untuk menyelimutinya, dia pasti sangat kedinginan." Ujar pria tua itu sambil menatap bayi mungil yang berada di gendongan Yibo.

"Terima kasih," Yibo mengambil jaket tersebut kemudian memeluk putrinya dan tak lama bayi mungil itu terlelap dengan nyaman. Berkali-kali Yibo mengucapkan terima kasih pada pria itu sebagai bentuk rasa syukurnya.

Tak lama kereta yang akan Ia tumpangi tiba dan ternyata satu kota dengan kakek yang tadi memberinya jaket. Keduanya memasuki kereta bersama dan Kakek Sean menawari agar Yibo tinggal bersama dirinya di desa.

Meski merasa tidak enak, akhirnya Yibo menerima karena untuk beberapa waktu Ia pasti akan membutuhkan tempat tinggal sebelum Ia bisa menyewa rumah atau kontrakan.

.

.

.

Di tempat yang berbeda, tampak seorang wanita bernama Xuanyi terdiam dengan pandangan kosong. Air mata tak hentinya mengalir setelah mendapat kabar bahwa sang suami pergi dengan membawa bayi kecil mereka.

Wang Yibo, suaminya pergi meninggalkan dirinya. Selama ini ia berpikir Yibo benar-benar sangat mencintainya. Namun, nyatanya itu semua omong kosong. Kini pria itu pergi dengan membawa sejumlah uang hasil curian dari brankas milik keluarganya. Yibo memang bukan berasal dari keluarga kaya, pekerjaannya pun hanya sebagai pengantar makanan dan terkadang sebagai seorang pegulat. Namun, ia tak pernah menduga kalau Yibo akan berani melakukan semacam itu.

Awalnya ia tak ingin percaya, tetapi setelah melihat rekaman yang di berikan oleh sang ayah membuktikan bahwa pria itu memasuki ruang penting milik sang ayah. "Aku membencimu Wang Yibo, aku sangat membencimu dan kini kau bahkan membawa putriku." Bisik Xuanyi dengan nada sedih dan marah di saat yang bersamaan. Wanita 25 tahun itu meluk lututnya dan menangis dalam diam. Ia bahkan tak menyadari keberadaan sang ayah yang sejak tadi memperhatikan dirinya dengan tawa penuh kemenangan.

"Bagus, rencanaku berhasil dan aku berharap para pesuruhku berhasil meleyapkan Wang Yibo dan anaknya yang sialan itu." Ucap Tuan Wu Jianlian sambil melirik salah satu bawahannya yang berdiri di sebelahnya.

"Pergi dan cari keberadaan Wang Yibo, segera lenyapkan dirinya dan juga bayi sialan itu." Perintahnya tegas yang langsung di patuhi oleh sang bawahan.

*****

Sekitar 5 jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di rumah Kakek Sean. Dengan senang hati kakek Sean membawa Yibo memasuki rumah. "Kau bisa membaringkan putrimu di kamar sebelah yang pintunya warna hitam, pintu yang berwarna pink itu kamar cucuku, tapi sepertinya dia belum pulang dari kebun." Ucap Kakek Sean.

Yibo mengangguk kemudian berjalan menuju kamar yang di tunjuk oleh Kakek Sean. Sejenak ia berdiri dan menoleh ke arah pintu berwarna pink dengan beberapa sticker kelinci yang menempel di sana. "Kurasa dia seorang gadis kecil," Gumam YiboYibo kemudian membuka pintu dan membaringkan sang putri di tempat tidur.

first or last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang