Chapter 12

333 34 14
                                    

Disclaimer: I don't own anything except the plot. Characters belong to the Greatest J.K Rowling.

Harry Potter / Dramione Fanfiction.

Writer notes: Sudah banyak fanfiction dengan ide serupa, namun author ingin membuat cerita tema ini dengan ide sendiri. Mohon Maaf kalau ada kesamaan tema cerita dengan milik author yang lain.

Enjoy!

_________________________________________________________

Hermione masih merasa lemas berkat diagnosa yang diterimanya beberapa hari yang lalu. Perkamen yang diterimanya dari madam Pomfrey ia masukkan kedalam tas, tak pernah lagi ia keluarkan. Rasanya ia tak fokus mengerjakan apapun. Mengajar siswanya pun, ia sangat lemas, tak seperti biasanya sampai murid-muridnya mempertanyakan jika dirinya baik-baik saja. Apalagi dirinya harus menaiki tangga untuk mengecek kuali-kuali besar di Malfoy Inc untuk memeriksa ramuan, lalu berapparate kembali ke Hogwarts karena hari selasa, rabu, kamis, wanita itu mengajar disore hari dan berpatroli dimalam hari.

Bahkan dirinya sudah merasa sedikit mual. Dalam satu atau dua minggu, umumnya ia mungkin akan mengalami mual muntah luar biasa yang biasa disebut orang-orang 'morning sickness'. Bagaimana ia bisa bekerja nantinya, kalau begitu? Padahal ia sudah susah payah untuk tes masuk sebagai profesor dan menerima jabatan untuk menggantikan profesor Snape. Bagaimana jika sebab kehamilannya, posisinya akan digantikan dengan profesor baru? Sia-sia sudah usahanya untuk bisa mencapai titik ini.

Tak ada yang tahu kedatangan Hermione ke rumah sakit dan perkamen diagnosa yang diterimanya malam itu kecuali dirinya dan madam Pomfrey. Entah kapan wanita itu akan mengumumkan kalau ia sedang mengandung Malfoy junior. Pikiran jahatnya berbisik jangan dulu, siapa tahu ia berniat untuk menyudahi kehamilan demi mengejar cita-citanya, lebih baik tak ada satupun yang tahu. Pikiran baiknya menentang keras, didalam hati nuraninya, ia masih mengakui bahwa anak ini adalah kuasa tuhan yang tak bersalah, orangtuanyalah yang membuatnya ada. Dirinya dan Draco.

"Mione, kau baik-baik saja?" kepala Luna tiba-tiba menyembul dipintu kamar Hermione. Sejak berpisah dalam patroli malam beberapa hari lalu, istri dari Ron itu merasa sepertinya sahabatnya sedikit membuat jarak dengan siapapun, termasuk dirinya. Makan dikamar, bahkan beberapa muridnya membicarakan bagaimana Hermione sangat tidak bersemangat didalam kelas. "Aku boleh masuk?"

"Ya, Luna. Masuklah."

"Jadi.. apa yang membuatmu pergi tiba-tiba tempo hari? Ketika kita patroli bersama." Luna menurunkan bokongnya di ranjang Hermione. Menatap wanita itu dengan wajah cemas.

Hermione menggelengkan kepalanya. Egonya masih bertahan untuk tak memberitahu siapapun mengenai berita yang tak ia harapkan itu.

"Mione, kau tahu kan kau bisa cerita apapun padaku?"

Bagai membuka kotak pandora, begitu Luna menaruh tangan diatas tangannya, hatinya tersentuh. Dirinya yang berusaha untuk kuat sendirian, akhirnya runtuh juga. Hermione menangis sesegukan sambil menyodorkan perkamen yang diambilnya dari dalam tas.

Luna membacanya lalu membelalakkan mata, ingin memberikan selamat pada sahabatnya, namun wanita dihadapannya itu alih-alih gembira, malah menangis. "Apakah.. kau tak mengharapkan kehamilan ini, Mione?" Hermione mengangguk, Luna kini paham. Kehamilan Hermione pastilah tak direncanakan. "Apa yang akan kau lakukan sekarang, Mione?"

Hermione mengusap air matanya dengan tangan. "Aku tak tahu, Luna. Aku belum siap untuk mengalami kemunduran.."

"Kemunduran?"

"Posisiku sebagai profesor pasti akan digantikan, belum lagi posisiku di Malfoy Inc. lalu, aku pasti tak akan mampu kursus ramuan untuk mendapatkan lisensi.."

Sempiternal - DramioneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang