Episode 12

456 70 6
                                    

Marsha masih menangis sesenggukan setelah Indah mengkonfrontasinya dengan tes pack yang ada di toilet. Marsha belum bercerita sedikitpun masih saja menangis.

"Bilang sama aku Sha siapa ini bener? Jangan nangis aja? Siapa bapaknya?" Tanya Indah sambil terus mengelus rambut Marsha yang memeluknya sejak tadi.

"A..aku takut kak," Kata Marsha terbata-bata.

"Tenang dulu, terus cerita sama aku," kata Indah.

"I.. ini anaknya Tian, tapi dia gak mau ngakuin, dia bahkan mau batalin pernikahan kami," kata Marsha ketakutan.

"Lah kenapa? Bukannya lebih cepet nikah lebih baik," kata Indah.

"Tian gak percaya ini anaknya, terus Tian gak mau punya anak, menurut dia akan ngerusak karirnya," kata Marsha.

"Dih egois banget, mama udah tau?" Tanya Indah. Marsha hanya menggeleng.

"Udah kedokter?" Tanya Indah lagi. Marsha mengangguk.

"Udah sama Tian, Tian bahkan minta gugurin kandungannya disana," kata Marsha.

"Udah berapa bulan?" Tanya Indah.

"Udah mau 2 bulan kak, kak aku takut, mama mulai curiga," kata Marsha kembali nangis.

"Menurut aku sih kamu mending jujur sama mama, biar antar keluarga yang ngomong," kata Indah.

"Aku gak berani kak, kakak kan tau mama gimana," kata Marsha dengan mimik takut.

"Ini gak mungkin disembunyiin sayang," kata Indah ikutan bingung.

"Misi mba Marsha, ada tamu di bawah," kata mba ART nya dari depan kamar.

"Siapa lagi?" Kata Indah kesal, gak tau apa lagi begini.

Marsha berjalan keluar kamar dibantu Indah. Mereka menuju ruang tamu, disana duduk seorang wanita cantik, berambut di kepang, dengan wajah mirip Momo Twice dan perut yang membuncit lebih besar dari Marsha.

"Ada apa ya mba?" Tanya Marsha menyapa gadis tersebut.

"Marsha ya? Kenalin, aku Mutiara, panggil aja Muthe, aku pacarnya Tian, lagi hamil 7 bulan anaknya Tian," kata Gadis itu senyum. Marsha dan Indah sama-sama Shock mendengarnya.

"Heh gak usah gila lu!" Protes Indah emosi. Marsha udah lemes dan terduduk di sofa ruang tamu. Jiwanya terasa lepas dari badannya.

"Nih, buktinya," kata Muthe menyerahkan hpnya yang di memiliki background wallpaper dirinya bersama Tian memegang hasil USG.

"Tian udah cerita sama aku, kalo dia dipaksa orang tuanya buat tunangan, dia bakal ninggalin kamu cepat atau lambat, jadi aku cuman mau mempercepat aja, kamu bisa bilang sama keluargamu gak usah ngejar Tian lagi, Tian udah punya aku, dan anakku akan hidup sama bapaknya," kata Muthe senyum sinis.

"Heh, mending lu ngomong sama si bajingan itu, daripada sibuk tanam benih sana-sini urusin aja pacar songongnya!" Protes Indah emosi.

"Sori, anda siapa ya? Saya gak ada urusan sama anda," kata Muthe membalas Indah.

Sementata Marsha udah gak punya tenaga, habis dia sehabis-habisnya. Dia gak tau harus bagaimana lagi sekarang.

Muthe pergi begitu saja setelah puas menghina Marsha, Indah mau melawan namun kepikiran Marsha.

Dan benar saja, selepas Muthe pergi, Marsha pingsan. Indah langsung menelpon Oniel untuk menyusul mereka ke runah sakit.

Marsha perlahan membuka kembali matanya, berusaha menyesuaikan dengan cahaya putih disekitarnya. Perlahan memperhatikan sekitarnya.

Disana semua sahabatnya berkumpul. Mamanya sedang menangis sambil Indah memeluknya. Marsha berusaha mengingat kejadian sebelumnya.

Dia hanya mengingat Muthe kerumah dan ngomel-ngomel, kenapa sekarang dia disini, pikirnya.

"Sha, ada yang sakit?" Tanya Jessi yang duduk disebelahnya.

"I..ini dimana?" Tanya Marsha berusaha memperhatikan sekitar.

"Dirumah sakit sayang, tadi lu pingsan, untuk ada Indah," kata Jessi.

"Mama kecewa sama kamu! Bikin malu!" Kata mamanya terus pergi keluar dari kamarnya.

"Ma....," Marsha mau bangun mengejar namun badannya tidak cukup kuat.

"Udah, mama biarin dulu aja," kata Indah mendekat pada Marsha.

"Mama... tau?" Tanya Marsha pada Indah. Indah hanya mengangguk.

"Sha, gue ma Olla balik dulu ya, kalo lu butuh apa-apa kabarin gue ya," kata Jessi. Marsha hanya mengangguk lemah.

"Sha gue balik dulu ya, gue ada urusan soalnya," kata Oniel pamit pada Marsha dan mencium kening Indah sebelum beranjak pergi.

"Fre sama Fio tadi pamit duluan karena mereka ada urusan," kata Indah. Dirinya kemudian duduk di sebelah Marsha.

"Tadi pas kamu pingsan langsung ku bawa kesini, dokternya gak sengaja ngasih tau mama dan mamanya Tian kalo kamu hamil, mamanya Tian marah sama mama, aku dah coba jelasin tapi mama gak mau denger," kata Indah menjelaskan kejadian yang terjadi selama Marsha pingsan. Marsha kembali menangis.

"Aku gak mau hidup, aku mau mati aja," kata Marsha ditengah tangisnya. Indah hanya bisa memeluknya untuk menenangkannya.

**************************************

Njir Tian dah buntingin 2 cewe aja
Gimana selanjutnya
Akankah Fre jadi korbannya?

Happy reading

Cerita Cinta Fre-Fio (Perjodohan Tuhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang