Selamat membaca~
_
_
_
"Kentang .. dari mana aja sih Lu, Anak Lu nangis " titah Sagara sambil menggendong Leo yang sedang terisak.
"Kok bisa nangis ? Lu apain Dia ?"
Bian langsung mengendong Leo dan detik itu juga Leo diam.
"Cup cup cup .. jangan nangis lagi ya Sayang "
"Besar nanti, Pukul orang tua yang gak bertanggung jawab itu ya " ujar Bian menatap Sagara. Leo sepertinya mengerti dengan apa yang di ucapkan Bian, buktinya Dia tersenyum.
"Pinter Lu mendidik anak "
"Siapa suruh Lu bikin Dia nangis. "
"Woy kentang, Baru bangun Dia udah nangis, karena gak ada Lu! Lagian kenapa Lu keluyuran Hah ? Udah punya anak masih aja keluyuran. "
"Gue gak keluyuran, Gue udah ijin tadi mau ke rumah Bokap Gue bentar. Bilang aja Lu gak bisa ngurus anak sendiri. Enak bikin, gak mau ikut ngurus, dasar dominan! " Omel Bian.
"APA Lu bilang?" Tanya Sagara sambil mencubit pipi Bian yang tembem.
"Lepas! Sakit, bangke !"
Hah .. Sagara menghela nafas panjang, menyudahi pertengkaran kecilnya itu, kalau di teruskan gak bakalan selesai-selesai percaya deh.
Tapi anehnya Leo tidak terusik dengan hal itu, dia menikmati pertengkaran orang tuannya.
Ciri-ciri anak nakal. (─.─||)
Karena tidak ada perlawanan dari Sagara, Bian memilih duduk sambil menyusui Leo lewat dot yang di pegangnya.
"Gue laper, bikin sarapan" ujar Bian.
"Ya !" Sagara langsung beranjak pergi ke dapur, menyiapkan makan untuk sang istri.
"Leo tunggu sebentar Ya, " Bian menaruh anaknya yang sudah berusia 6 bulan di atas kasur kecil yang memang untuk bayi.
Bian Meninggalkannya di ruang tamu, dan Ia pergi ke dapur.Sekitar 5 menit, Bian kembali lagi, sambil membawa bubur kesukaan Leo.
"Nah sekarang Leo makan bubur, udah Pian bawain." Bian tersenyum begitu pula dengan Leo yang terlihat senang.
"Ga, nanti setelah ini kita beli pakaian buat Leo ya, Leo cepet gede, baju yang lama udah gak muat lagi." Ucap Bian.
"Ya. Nanti kita pergi. " Jawab Sagara yang tengah sibuk di dapur.
Di rumah itu tidak ada lagi pelayan, hanya tigal mereka bertiga.
Tapi setiap malam rumah itu pasti rame, di karenakan semua keluarga Sagara dan Bian berkumpul hanya untuk melihat cucu pertama mereka.
Sagara ikut duduk lesehan di samping Bian.
"Kentang, makan dulu " sagar menyuapi bian menggunakan tangannya.
Tanpa menolak Bian menuruti ucapan Sagara, Leo yang sedang tiduran di bawah dengan mulut belepotan diam menatap orang tuannya.
Tumben akur,
Mungkin itu yang Leo pikirkan,
"Kenapan gue aja, Lu juga makan ! Gue gak mau gendut. "
"Gendut lebih bagus, apalagi pas berhubungan sex" ucap Sagara.
"Bisa di kontrol gak tuh mulut, ada anak kecil nih. Nanti dia denger dan ngerti gimana ?"
"Bagus, harus seperti itu." Bangga Sagara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bayi Kentang [Sagara]
Teen Fiction"Woi kentang ... " Sagara "Gue bukan kentang ! Gue Bian !" Bian