Tandai kalau typo!
Selamat membaca 📖 🌻.
.
.
••••
Sepulang sekolah, Fazlan memilih duduk di pinggiran jembatan. Menatap air yang mengalir dengan deras dibawah.
Orang-orang yang melihatnya langsung memintanya jangan gegabah, mereka pikir Fazlan akan melompat padahal tidak.
Sudah hampir satu jam dia disana, dan alam juga sudah mau gelap namun Fazlan sama sekali tidak ada niatan untuk beranjak dari sana.
"Lo mau loncat? "
Fazlan mendecih pelan, lalu menatap awan yang perlahan dimunculi bintang. "Ga lah, kalau gue loncat lagi ga ada yang tau kalau kita ga bakal hidup lagi. " jawab asal Fazlan mendapatkan kekehan kecil dari Arlan.
"Iya sih, tapi kayaknya bakal hidup lagi."
Alis Fazlan menukik tajam, merasa heran dengan ucapan Arlan. "Kenapa gitu? " tanya nya.
"Iyalah, kita aja belum seminggu didunia novel dan raga si bocah berandal itu bakal tetap hidup karena raganya di masuki jiwa monster. "
Jawaban yang cukup membuat Fazlan berdecak kesal, siapa yang Arlan maksud monster? Dia atau siapa?
Tapi dia tidak merasa monster loh.
"Maksud lo apa'an sialan! "
"Maksud gue, raga tuh bocah sengklek dimasuki jiwa monster. Nah, monster yang gue maksud adalah lo dan gue. "
"Kenapa juga gitu? "
"Lo ngk sadar diri apa gimana? Sikap lo aja udah kek monster kalau berhadapan sama musuh keluarga, "
"Beda anj. "
"Ga menurut gue sama aja. Mau dunia nyata atau novel, lo tetap monster dan gue kawanan lo. "
Jelas, ucapan terakhir Arlan membuat Fazlan terkekeh sinis. "Harusnya lo juga sadar bangke, kalau lo juga tuh iblis berkedok manusia tolol. " ucap sinis Fazlan. "Mana ada lo kawanan gue? Bahkan lo lebih parah, dibanding gue. "Sambungnya.
"Hm."
Fazlan tertawa keras mendengar balasan singkat dari Arlan, ternyata pria yang lebih tua dari Fazlan maupun Fazlan asli kalah.
Tapi itu memang benar. Keduanya tak jauh beda dari monster.
Fazlan beranjak, tidak ada lagi yang harus dia lakukan disana. Memakai helm nya, Fazlan menyipitkan matanya saat melihat seorang wanita tua sedang duduk tak jauh darinya.
"Mau bantu? "
Fazlan berjalan kearah wanita tua itu. "Hm." jawabnya singkat. Saat jarak keduanya hampir dekat, Fazlan berhenti dan mengamati penampilan wanita itu.
"Perasaan gue ga enak, Fal. "
"Gue juga anj, tapi kasian kalau gue ga nolong. "Fazlan ragu, ingin menolong tapi perasaannya tidak enak. Belum lagi di sekitar mereka sudah mulai sepi, tidak ada lagi kendaraan yang berlalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅 𝐀 𝐙 𝐋 𝐀 𝐍 : 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐎𝐟𝐟𝐢𝐜𝐞 𝐁𝐨𝐲
Teen Fiction[ERA BROMANCE AND BROTHERSHIP! NOT BL/HOMO!!] Bagaimana jadinya jika pemuda Office Boy ber-transmigrasi kedalam novel dan menempati raga seorang remaja SMA yang berperan sebagai antagonis? ••• 📍Cerita hasil otak yang gabut mikir. 📍No plagiat! 📍...