Luxi POV
Setelah tiga bulan berlatih keras, aku masih merasa kekuatanku sulit dikendalikan. Setiap kali aku mencoba menggunakannya, tubuhku merespon dengan rasa lelah yang luar biasa, seolah-olah energi hidupku terkuras lebih cepat dari yang bisa kuantisipasi. Aku tahu bahwa kemampuan ini hanya akan efektif dalam jangka pendek, dan jika dipaksakan, tubuhku bisa tumbang di tengah pertempuran. Itu adalah risiko yang terlalu besar.
Aku memutuskan untuk berhenti sejenak, mengumpulkan napas dan tenagaku sebelum kembali ke kamar. Tubuhku terasa berat, tapi setidaknya aku masih bisa bergerak dengan baik. Saat tiba di kamar, aku mendengar suara tawa kecil yang sangat kurindukan.
"Baby, kamu kok belum bobok? Betah ya melek terus..." ucap Giselle sedang berbincang manis dengan Mavis, wajahnya penuh cinta dan kelembutan.
"she's really cute..." ucap ku tersenyum melihat pemandangan itu.
"of course she's cute... turun nya dari siapa dulu hehe..." ucap Giselle menoleh ke arahku, wajahnya berseri-seri.
(knock...knock...knock)
"Luxi, Giselle! Haley sedang kontraksi, tampaknya ia akan segera melahirkan!" ucap Bell yang tiba-tiba muncul dengan ekspresi yang tidak biasa.
Kegelisahan langsung menyelimuti ruangan. Aku menatap Giselle, merasakan ketegangan yang sama. Kami semua tahu betapa berbahayanya situasi ini. Giselle pernah hampir kehilangan Mavis setelah proses persalinan yang sulit, dan pikiran itu seketika menghantui kami.
"Luxi, kau jaga Mavis. Aku yang akan membantu Haley. Aku tahu apa yang harus dilakukan kali ini, dan aku tidak akan membiarkan kejadian kemarin terulang kembali." Ucap Giselle dengan cepat bangkit keberaniannya terpancar dalam setiap gerakannya. Dia berjalan ke arahku, menyerahkan Mavis dengan hati-hati.
"semoga semuanya baik-baik saja" batin ku memeluk Mavis dengan erat.
Di kamar yang kini sunyi, aku menatap Mavis yang tampak tidak menyadari kegentingan yang terjadi. Matanya yang besar dan ceria menatapku, seolah memberi kekuatan yang aku butuhkan untuk tetap tenang. Aku menggendongnya dengan lembut, berjalan pelan-pelan mengelilingi ruangan untuk menenangkannya dan diriku sendiri.
"Everything will be fine, Mavis," bisikku, lebih kepada diriku sendiri daripada Mavis. Bayi kecil itu tampak nyaman di pelukanku, dan senyum kecilnya membuatku merasa sedikit lega. Aku tahu bahwa Giselle akan melakukan yang terbaik, dan aku hanya bisa berharap serta menunggu kabar baik.
Waktu berlalu dengan lambat. Setiap detik terasa seperti menit, dan setiap menit terasa seperti jam. Aku berusaha fokus pada Mavis, menghiburnya dengan suara lembut dan sentuhan hangat, tetapi pikiranku tetap melayang ke Haley dan Giselle. Kekhawatiran terus menggulung di dalam dada, tetapi aku tahu bahwa aku harus tetap kuat untuk Mavis.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Aku melihat pintu terbuka perlahan, dan Giselle masuk dengan senyum lelah namun penuh kemenangan di wajahnya.
"Luxi, semuanya baik-baik saja. Haley melahirkan dengan selamat, dan dia melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat." Ucap Giselle dengan senyum lelah namun penuh kemenangan di wajahnya.
"Thank God" ucapku, perasaan lega mengalir deras. Giselle menghampiri kami, mencium kening Mavis sebelum beralih padaku.
"go for her Luxi she need you..." ucap Giselle.
"Kau luar biasa, Giselle. Aku tahu kau bisa melakukannya." Ucap ku menatap Giselle dengan penuh rasa syukur. Giselle tersenyum kecil, keletihan terlihat di matanya, tetapi juga ada kebahagiaan yang terpancar jelas.
Ketika aku masuk ke ruang persalinan, pandanganku langsung tertuju pada Haley yang sedang menggendong bayi kecil kami. Wajahnya masih tampak lelah, tetapi senyumnya tak bisa disembunyikan. Aku merasa hatiku meleleh melihat mereka berdua—mereka adalah segalanya bagiku. Giselle telah menitipkan Mavis kepada Violet dan Lascrea, memastikan bahwa kami bisa menikmati momen ini tanpa gangguan.
"Kau luar biasa, Haley. Aku bangga padamu," bisikku, suaraku hampir tak terdengar karena emosi yang meluap-luap. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mendekat dan memeluk Haley, mencium keningnya dengan penuh rasa syukur
"Aku tak bisa melakukannya tanpa Giselle," Haley tersenyum lemah, tapi matanya berbinar-binar penuh kebahagiaan.
Giselle menggunakan kekuatannya untuk mengurangi rasa sakit Haley dan menutup kembali luka-luka setelah persalinan. Tanpa Giselle, mungkin segalanya tak akan sebaik ini.
"Ini semua adalah hasil kerja keras kita bersama." Ucap Giselle mengelus kepala bayi kami yang mungil.
Aku kembali fokus pada bayi yang ada di gendongan Haley. Matanya yang biru tajam, seperti milikku, menatap dunia dengan rasa ingin tahu yang polos. Rambutnya yang pirang halus mengingatkanku pada Haley. Dia terlahir normal, seperti perempuan pada umumnya, namun di balik penampilan mungilnya, aku tahu ada kekuatan luar biasa yang diwarisinya dari kami.
"Haley, setelah kau menyusuinya, kau harus istirahat ya... biar aku yang menjaganya, selagi Mavis gak rewel," ucap Giselle lembut, tangannya mengelus punggung Haley dengan penuh kasih.
"Terima kasih, Giselle. Aku merasa tubuhku masih sangat lelah, tapi aku ingin memastikan dia baik-baik saja" ucap Haley tersenyum lelah.
"Aku akan menjaga dia, jangan khawatir. Kau telah melakukan yang terbaik, sekarang giliranmu untuk beristirahat dan pulih." Ucap Giselle mengangguk mengerti, matanya menatap bayi kecil itu dengan penuh cinta.
"Terima kasih, Giselle. Aku percaya padamu," ucap Haley
Setelah beberapa saat, Haley meletakkan bayi yang sudah tertidur lelap itu ke pelukan Giselle. sebelum merebahkan dirinya di ranjang, membiarkan kelelahan mengambil alih tubuhnya.
"aku akan menemanimu disini Haley jadi beristirahatlah dulu.." ucap ku berbaring di sampingnya.
"aku Cuma butuh tidur sayang lagipula Giselle sudah menutup lukaku I'll be fine in a few minute.." ucap Haley tersenyum dalam dekapan ku.
jangan lupa di vote okayyyy!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Life In A World Of The Undead
Fantasíawarning 21+!!!! adult content * * * girl x girl