56. Ketika Semesta Berhendak?

4.4K 283 46
                                    

Bulan berganti tahun. Banyak suka duka yang telah dilewati di SMA rajawali. Akila memang kembali ke sana saat dia pulang dari Belanda.

Saat ini sekolah di dekorasi secantik mungkin untuk upacara perpisahan kelas XII, dan murid lainnya diminta untuk membantu seperti mendirikan pentas seni dan menghias gerbang serta kelas dengan beragam warna balon.

Perpustakaan masih menjadi tempat favorit Akila untuk melepas penat usai membantu teman-teman di kelas. Ia duduk bersandar sambil bermain ponsel.

“Capek? Nih, buat Bayi kesayangan gue.”

Akila mendongak saat Langit berdiri di hadapannya dengan sebotol susu strawberry. Ia tampilkan cengiran dan meraih minuman kesukaannya itu.

“Makasih, Kak Langit.”

Langit merunduk lalu berbisik, “Sama-sama, Sayang.” Kemudian duduk di samping Akila.

Akila mengulum senyum. Sebenarnya ia malu sekaligus salah tingkah setiap Langit memanggilnya dengan panggilan super manis seperti itu. Kedepannya, akan ia biasakan diri agar tak lagi menjadi Reog dan kepiting rebus.

“Kak Langit dari ruang musik?”

Langit membenarkan sambil membalik halaman novel yang ada di depannya. “Punya Bayik?” tanyanya setelah menyadari buku di hadapannya adalah kisah romance.

“Punya Tarzan, tadi Akila pinjem. Kak Langit coba baca di bagian ini. Akila suka sikap Acia yang terus berjuang sampai hati Kak Sagara jadi luluh. Kak Sagara itu suami Acia. Mereka menikah karena wasiat,” kata Akila menjelaskan.

“Karena wasiat? Wasiat dari siapa?”

“Wasiat dari Papi Acia yang udah meninggal. Mami Acia juga udah meninggal pas lahirin Acia. Akila suka endingnya karena Kak Sagara sayang banget sama istrinya. Acia jadi Bocil kesayangan Ketos ganteng itu.” Akila terkekeh setelah menyeruput susu strawberry.

Langit bersandar.

“Acia Bocil kesayangan Sagara kalau Rubiana Akila Bayik kesayangan Langit Arshaka.”

Akila tertawa. “Kak Langit bisa aja.”

Langit menaruh novel ke samping Akila lalu menopang dagu, menatap wajah kekasihnya dengan lekat.

“Gue seneng semua angkatan lulus seratus persen tapi di sisi lain gue sedih karena nggak bisa nemenin Bayik setahun kedepannya.”

Akila menaruh minuman ke meja. “Gapapa Kak Langit. Masih ada Tarzan bareng Akila. Kak Langit mulai hari ini harus pikirin mau kuliah di mana terus jurusannya apa,” ujar Akila.

Langit menaruh kepala ke meja. “Nanti gue pikirin terus sambil rundingin sama Papa. Niat gue sedari awal kalo udah lulus, gue mau kuliah sambil bantu Papa di kantor. Kasian Papa, Papa capek kerja tiap hari. Jadi gue mau bantu.”

Akila mengulas senyum. Langit memang sesayang itu pada Daniel. Langit juga bukan anak nakal yang suka membuat Daniel berada dalam masalah. Langit selalu memikirkan tentang kesehatan Papanya hingga setiap hari.

“Apa pun keputusan Kak Langit, Akila terus kasih dukungan. Tapi satu hal yang Akila nggak mau dan takut, Kak Langit milih kuliah jauh.”

“Kenapa? Bayik takut LDR?”

Bibir Akila tertekuk sambil mengangguk.

“Akila nggak mau jauh dari Kak Langit. Nggak masalah kalau Akila nggak liat Kak Langit di sekolah ini karena udah lulus, seenggaknya Akila bisa temui Kak Langit pas pulang sekolah.”

Langit tertawa karena raut Akila sangat lucu. Sepertinya kekasihnya ini tak menyukai hubungan jarak jauh lagi. Memang, jarak seberat itu. Beruntung saat itu mereka bisa atasi bersama.

I'm Not A Narsis Baby (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang