Karena banyak yang minta setiap hari jadi Kay bakal up tiap hari.
Tapi kalian harus janji ama Kay buat selalu VOTE dan KOMEN ya.
Jika hari ini Vote nya gak mencapai 30 Vote maka besok Kay gak jadi Up.
Kita balik ke update setiap 2 kali seminggu.
Vote dulu baru baca 🗡🗡🗡🗡🗡
Jangan lupa guys follow gue ya agar bisa tau ada cerita baru atau ngak nantinya.
Terima kasih.
Sebelum nya....
Alenka hanya mengangguk dan menatap kepergian Varel Mahardhika abang sulung Alenka, satu² nya abang yang sangat peduli dengan Alenka.
Alenka yang selesai makan kini sedang tertidur dengan memeluk tubuh seorang pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah abang nya.
Keduanya tertidur saling berpelukan sampai dimana kaki Alenka tak sengaja menindih Ular piton milik sang abang.
"Shh... " desahan Varel bisa Alenka dengar dan dengan jailnya ia malah menggesek-gesek tuh ular piton yang mana makin lama makin bangun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Varel Foto by Pin
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alenka Foto By Pin
"Eungh,,, abang kenapa? " tanya Alenka dengan wajah bantalnya.
"Gak papa, adek tidur lagi ya" perkataan Varel membuat Alenka makin membenamkan wajahnya ke ceruk leher Varel.
Dan hembusan nafas Alenka membuat Varel makin merasa sesak. Dia itu laki-laki yang sama sensitif nya apalagi dia paling sensitif di bagian leher jadi saat Alenka berhembus di lehernya otomatis ia akan merasa terangsang.
Sekarang.....
Setelah tidur panjang dan penuh siksaan buat Varel kini Alenka sudah pulang bersama Varel ke sebuah apartemen mewah.
Di apartemen itu hanya ada mereka berdua karena kejadian waktu itu akhirnya Varel membawa Alenka buat tinggal bersama dengan nya agar tak mendapatkan kekerasan dari sang daddy.
"Abang.... disini kita hanya berdua saja" tanya Alenka menatap polos ke sang abang.
"Kenapa? " tanya Varel menatap sang adek yang tampak menggemaskan untuk nya.
"Gak papa, cuma Enka kangen sama daddy abang" perkataan Alenka membuat wajah Varel datar.
"Gak usah pikirkan tua bangka itu dek, sekarang adek pergi ke kamar. Istirahat dan jangan keluar dari apartemen" perkataan sang abang terdengar mutlak.
"Baik abang" jawaban yang di berikan oleh Alenka membuat Varese mengangguk puas.
Mengecup kening Alenka dan segera pergi untuk ke kantor karena tugasnya sudah menumpuk.
Demi bisa menghidupi Alenka, Varel bekerja keras sampai ia bisa mendirikan sebuah perusahaan yang setara dengan kepemilikan sang daddy, oleh sebab itulah saat semuanya sudah stabil Varese bisa membawa adeknya pulang.
Namun sayangnya saat sudah sebulan bersama sang adek, daddy nya berulah dan mengakibatkan adeknya harus mengalami kecelakaan dan berakhir terbaring di rumah sakit.
Dan tanpa Varel tau jika saat keadaan Alenka stabil dan esoknya sudah boleh pulang adeknya lebih dulu di bunuh oleh seseorang. Oleh sebab itulah kini Veron lah yang menempati tubuh Alenka.
Oke next ke cerita.
Saat Alenka sedang mengambil cemilan di kulkas ada yang mengetuk pintu apartemen, Alenka pun berjalan mendekati pintu dan saat di buka tiba-tiba tubuh Alenka terdorong ke belakang.
"Akh... sakit... " suara lirih Alenka saat terjatuh.
Masuklah seorang pria paruh baya dengan wajah datar dan dingin berjalan angkuh mendekati Alenka setelah pintu tertutup.
"Siapa? " tanya Alenka karena Alenka tak mendapatkan ingatan tentang pria paruh baya itu.
"Ternyata kau sembunyi disini boy" suara deep voice nya membuat Alenka merinding disco.
Dan entah kenapa tubuh Alenka tiba-tiba saja merasa ketakutan saat mendengar suara itu.
Sekelebatan ingatan membuat Alenka memegang kepalanya yang berdenyut sakit dan tanpa Alenka sadari si pria paruh baya yang kelewat tampan itu menyuntikkan sesuatu ke lengan Alenka.
Tak berselang lama Alenka pingsan, tubuhnya pun di gendong oleh si pria paruh baya dan pergi meninggalkan apartemen milik Varel.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
