2. Two

32 4 0
                                    

Hari kedua masuk kelas baru di kelas 12. Tidak ada bedanya, sama kayak hari-hari biasa masuk sekolah. Maira, Hadijah dan Aiza berkenalan dengan orang lain. Tapi yang lain hanya tersenyum dan membalas sapaan mereka bertiga. Tidak dengan mengajak main. Mata Aiza menangkap seorang perempuan yang terlihat sendirian, perempuan itu bernama Dalilah.

Aiza nyamperin Dalilah, mengajak Dalilah salaman.

"Hai nama aku Aiza, nama kamu siapa?" tanya Aiza dengan senyumnya yang manis. Banyak cowok yang terpikat dengan Aiza karena gadis itu cantik, baik, murah senyum, tetapi sayangnya Aiza tidak ingin berpacaran. Aiza tidak ingin menyalahi aturan agama.

"Aku Dalilah, salam kenal ya Aiza." balas Dalilah seraya mengembangkan senyumnya.

"Dalilah, kamu duduk bareng kita bertiga aja yuk, gabung sama kita." ajak Aiza. Dalilah tampak menimang, tak lama mengangguk.

Mereka berempat sekarang satu circle. Satu circle yang isinya Hadijah, Aiza, Dalilah, dan Maira memang biasanya duduknya paling depan. Sebenarnya Maira gak suka duduk paling depan apalagi kalau gurunya galak. Tapi ya Maira ikut teman-temannya aja.

"Hei hei, aku di sini ya. Duduknya. Nggak apa-apa, kan?" tanya seorang perempuan yang tiba-tiba duduk disebelah Aiza. Kursi sebelah Aiza masih kosong soalnya.

"Eh kamu Syipa, ya udah boleh kok duduk aja sebelah aku," balas Aiza. Oh iya, Syifa ini teman satu organisasi Aiza dulu yang sekarang satu kelas sama Aiza.

"Nama kalian siapa? gue Eldan," cowok yang bernama Eldan yang duduknya di depan barisan geng nya Hadijah dan Syifa menoleh. Eldan ini duduknya berdua sama Azam. Cowok di kelas ini ada 6 orang saja. Nah, Eldan duduknya berdua sama Azam di paling depan. Geng nya Hadijah kedua paling depan.

"Gue Syifa."

"Gue Aiza."

"Gue Hadijah."

"Aku Dalilah."

"Gue Maira."

Sekedar informasi, Dalilah emang tidak pernah pakai bahasa gue-lo, dia selalu aku-kamu ke semua orang, mau cewek atau cowok.

"Kira-kira guru sejarah kita galak gak ya?" tanya Eldan random. Azam disebelahnya hanya senyum.

"Waduh mana gue tau kalau soal itu. Lo liat aja nanti sendiri," balas Syifa.

"Hm, oke deh. Oh iya nama lo Hadijah, kan? itu di pipi lo ada bekas nasi nempel," ujar Eldan blak-blakan.

Hadijah yang mendengarnya segera mengambil nasi yang ada di pipinya. Menunduk malu. Di lain sisi, si Maira udah menahan diri untuk tidak tertawa sekeras kerasnya. Emang bocah receh, ketawa mulu kerjaannya.

"Sori Hadi, lo malu ya gue bilang begitu?" tanya Eldan.

Pffttt

Maira sudah tidak bisa menahan tawanya, begitu pun Syifa yang sama recehnya.

"HUAHAHAHA," tawa Maira dan Syifa kompak.

"Eldan lo bener-bener, baru kenal udah ngomong kayak gitu. Cape banget." ucap Syifa.

"Ngik ngik gue yaampun, Hadijah kamu yang sabar ya." tawa Maira.

"Ngg-nggak apa-apa kok gue, Dan. Makasih ya udah ingetin." senyum Hadijah.

"Ngomong-ngomong kok bisa sih ada nasi di pipi lo? Pas makan nggak lo bersihin apa gimana?" tanya Eldan.

Maira makin tidak kuat untuk meledakkan ketawanya. Perutnya sudah tergelitik untuk tertawa lagi.

"Mmm, mungkin tadi pagi pas sarapan sebelum berangkat sekolah, gue nggak ngecek lagi udah bersih atau belum." jawab Hadijah.

"Udah Dan, kasihan tuh si Hadijah lo tanyain begitu." ujar Azam menyikut lengan Eldan.

"Emangnya kenapa?" tanya Eldan.

Pake nanya..

"Ya iyalah gimana sih lo, anak orang baru kenal udah lo tanya-tanya begitu. Untung Hadijah baik," Azam memutar bola matanya.

"Nggak apa-apa kok gue," seru Hadijah biar Eldan dan Azam tidak berdebat.

"Maaf ya Hadijah, gue cuma ngasih tau lo doang niatnya," Eldan meminta maaf. Daripada dipelototin sama Azam.

"Iya, nggak apa-apa."

TBC

hahahah aneh ya

The Journey of Eldan & HadijahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang