43. I'm not cheating

7.4K 476 130
                                    

Riuh-rendah insan berbicara, gelak-tawa dengan keanggunan atau wibawa. Bercanda bersama kawan, atau mengejek permalukan lawan. Ladies berlomba-lomba di segi penampilan, sementara separuh pria sibuk mencari peluang bisnis atau membahas politik dengan pria lain yang ditemui dalam pesta.

Kesenjangan antar mereka menjadi harmoni pengiring musik romantic-classic yang mengalun, menjadi sudut pandang umum yang biasa terjadi saat pesta digelar. Beberapa memilih tidak pisah dari pasangan, seperti halnya Serge Walter. Duduk diam di sebelah istrinya yang bercanda bersama gadis lain. Denting gelas bersulang menyelinap di antara kemeriahan.

Dalam merayakan pesta ulang tahun kerajaan, masuknya pasangan Stark merebut atensi hadirin, termasuk Letitia dan suaminya.

"Istri si Pembantai?" bisik seseorang, langsung disahut temannya.

Mempesona, satu kata itu diakui mereka. Masih belia, namun tampilan sekarang mendorong kesan lebih dewasa. Kedua sisi rambut dikepang kecil, lantas disatukan ke belakang pada sanggul. Menyisakan helaian-helaian pendek di tengkuk, atau bagian depan yang berperan membingkai wajah manisnya.

"Dia gadis kuat," puji lainnya berbisik. "Padahal ... terlihat rapuh."

"Lihat gaun itu." Seorang wanita menyeletuk, kipas merah berbulu yang dipegangnya dipakai menghalang mulut. "Model gaun satin yang baru kulihat, mengkilap dengan kerlipan serbuk bintang yang jarang. Mewah dan elegant!"

Satu setel bersama setelan suaminya, gaun Delmora hijau jamrud dikombinasikan warna hitam, mempertegas warna kulit serta rambutnya yang cerah. Pita hitam besar di atas panggul kanan dengan dua untaian mutiara putih bergelayut di bawahnya. Sepatu hitam corak berlian yang tertutup rok gaun, sarung tangan hitam sebatas pergelangan, dan lengan gaun keluar dari bahu memamerkan dua tanda merah kehitaman di sekitar tulang selangka. Bekas kecupan baru.

"Dia sangat kaya, bisa mendapatkan apa yang dimau semudah menjentikkan jari." Yang lain menimpal dengan nada cibiran.

Dylan meremat pinggang Delmora, memberi ulasan senyum ketika perempuan itu menengadah dengan tatapan bertanya. "Kau sangat cantik, Sayang."

Bersemu kemerahan di kedua pipi, tersenyum malu dengan sejuta kupu-kupu di perut. Pujiannya sederhana, tetapi reaksi tubuh berkata jikalau itu istimewa. Tentu saja, pemandangan tersebut mengundang gejolak iri dari pemuda di samping Letitia. Namun dia hanya bisa pasrah merelakan cinta.

Di kala pasangan tersebut duduk, keriuhan kembali dimulai seperti sebelumnya. Sampai pria setengah abad karismatik yang diketahui sebagai raja pun tiba, menciptakan hening, amat hening yang bahkan musik berhenti. Beliau memberi sambutan, menyebut beberapa gelar bangsawan, ucapan bersuka cita mengenai acara yang dilaksanakan beserta sedikit pembahasan sejarah, hingga menutup dengan mempersilahkan menikmati acara.

Gelak-tawa terulang, sebagian berdansa. Jauh di sudut sana, di antara perkumpulan kepala keluarga yang berdiri seraya berbicara memegang segelas minuman, Esmond Targaryen memperhatikan putri keduanya. Tidak jauh dari posisinya, Zerlina Targaryen sesekali melirik lantas kembali bercengkrama dengan para nyonya. Sementara Letitia di belakang Delmora, mengamati sambil menyahuti kawannya.

Tidak perlu Letitia menyesali jalan yang dipilih terkait pendamping hidup, ini keputusannya sejak awal. Hanya saja benak selalu berpikir, 'kenapa bisa?'

'Kenapa dia lebih beruntung meski di kandang singa?'

"Bagaimana bisa pria seperti itu tahan pada istrinya? Aku bahkan ragu suamiku yang seperti bayi itu bisa sesabar Duke Utara."

"Oh, mungkinkah dia belajar dari kesalahan karena menyesal membunuh orang tuanya? Dia memperlakukan orang yang dianggap berharga selagi ada." Lady rambut merah berasumsi. Wanita lain yang tertarik akan isi percakapan pun secara naluriah menghampiri tanpa diundang.

Your Grace, Kill Me NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang