Huru hara di kantor

181 35 9
                                    

.
.
.
.
-----[Batas Awal]-----
.
.
.
.

Sejujurnya,

Entah ini hanya perasaan mereka saja, atau memang menurut Chan, Hyunjin, Seungmin dan beberapa karyawan lain merasa kalau suasana rapat kali ini terasa sedikit-banyak-berbeda dari biasanya.

Maksudnya, seolah-olah ada hawa panas bak perseteruan antara dua orang di dalam rapat ini.

Sesekali Hyunjin akan mencuri pandang kearah Minho yang duduk tak jauh darinya. Sang direktur nampak menunjukkan ekspresi tak mengenakan selama rapat yang berjalan kali ini.

Dan jangan lupakan aura membunuh yang seolah menguar dari tubuh tegapnya. Sontak saja hal itu membuat Hyunjin bergidik ngeri.

Ia sungguh tak tau apa yang membuat atasan sekaligus temannya seperti itu. Sepertinya ini ia rasakan sejak putra dari direktur Yang itu hadir beberapa menit lalu dalam rapat.

"Pssst!—oy, Chan! Lo ngerasain juga gak?" Hyunjin menyenggol lengan Chan yang duduk tepat di sebelah nya, sembari berbisik ia pun bertanya.

"Hm? Ngerasain apa?"

"Ck, gak peka—itu lhoooo~auranya Minho~! Lo gak ngerasain ada hawa-hawa gak enak dari dia?"

Chan diam sejenak, lelaki campuran bule itu sedikit melirik kearah Minho, lalu kembali menoleh kearah Hyunjin. "Sebenernya sih ngerasain, tapi gue diem aja. Takut kena damprat gue..."

"Tuh kan... Kira-kira Minho kenapa ya? Badmood apa ya karna anaknya direktur Yang dateng telat tadi? Soalnya dia kan gampang banget badmood gitu kayak cewek."

"Jin, kata gue lo diem sekarang. Kita masih rapat btw, kalo mau ngajak gibah bisa nanti abis rapat ini selesai. Gue takut di pecahin kepala nya sama Minho, asli..."

Seketika Hyunjin langsung mengagumkan mulutnya rapat-rapat.

Dalam hati ia membenarkan ucapan Chan. Karna, Minho dengan suasana hati yang buruk akan terlihat lebih mengerikan dari sosok iblis sendiri.

Buru-buru Hyunjin langsung kembali duduk tenang di kursinya sembari menyimak rapat kali ini. Meskipun perasaannya masih tak enak, tapi demi keselamatan nyawa ia kembali diam.

Dalam hati ia terus merapalkan doa, berharap agar rapat dengan suasana yang mengerikan ini bisa segera berakhir.

Karna demi apapun, Hyunjin benar-benar merasa tertekan sekali..

Ya ampun..

❣︎❣︎❣︎❣︎

"Lix, gue balik dulu ya?" Ucap Jisung, setelah dirinya menidurkan putri kecilnya itu.

"Loh? Balik? Gue kira lo mau nemenin gue disini jagain Anna bareng."

"Iya, sorry ya? Gue mau bikin bekel makan siang dulu buat kak Minho. Tadi pagi dia cuman sarapan dikit doang, soalnya Buru-buru ke kantor. Jadi, yaaa~ gitu deh~ Hehe." Jelas Jisung dengan ekspresi salah tingkahnya.

"Iya iya tau, dasar pasangan baru-" Cibir Felix bergurau. "Yaudah, lo balik aja gih. Urusan Anna biar sama gue. Lo urusin aja dulu bayi besar lo tuh~"

Mendengar kalimat Felix yang terkesan menyindir Minho itu, Jisung hanya bisa terkekeh pelan menanggapinya. "Thanks ya Lix, balik dari kampus nanti gue bawain dimsum kesukaan lo."

"Loh? Sekalian mau ngampus juga lo?"tanya Felix yang mana langsung diangguki cepat oleh Jisung.

"Ngumpulin tugas doang sih, abis itu balik kok."

"Hhhh... Sibuk bener lo, Ji. Udah mah harus kuliah, jagain Anna di tambah ngurus kak Minho juga. Cocok deh jadi istri pekerja keras.."

"Apaan sih, gue belum cocok kok jadi istrinya kak Minho." Elak Jisung.

Mr. Workaholic || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang