Suara kertas yang keluar dari mesin printer kecil dan bel pesanan terus menerus berbunyi, orang-orang terus berdatangan ke cafe walau hari sudah tidak seterang beberapa waktu lalu saat ia melihat jendela kaca yang mengelilingi cafe itu. Tak terasa karena ramai dan riuh tawa membuatya merasa waktu itu terlalu cepat berlalu. Senja adalah periode indah, yang mengundang decak kagum, saat matahari terbenam dan saat malam dimulai. Terkadang, kau akan melihat cahaya lembut di langit atau rona oranye yang cemerlang. Berulang kali ia melihat jam tangannya 'Kenapa belum datang juga?' tanyanya dalam hati. Hari ini harusnya sang pujaan sudah datang menemuinya, mengingat hari ini adalah jadwal sang tuan libur dan biasanya akan datang mengunjunginya di cafe. Bibirnya mengerucut manakala matanya terus saja menangkap pasangan-pasangan yang tampak romantis di meja masing-masing, gadis-gadis datang dari tempat jauh pun dekat hanya untuk menemui kekasihnya yang tengah melakukan wajib militer di camp pelatihan.
Ia melihat senja yang masih tampak dibalik kaca, namun saat itu juga cahaya oranye yang menembus pintu kaca itu dihalangi oleh seseorang yang baru saja datang memasuki cafe yang akan tutup sebentar lagi. Nari tampak kesulitan melihatnya, sampai langkah itu semakin dekat dan sudut bibirnya tertarik melengkung ke atas kala matanya sudah bisa menangkap siapa gerangan yang datang.
"Sayang!!!!!" pekiknya melompat-lompat sambil bertepuk tangan heboh sendiri memanggil sang pujaan yang baru saja tiba, binar matanya tak bohong kalau ia senang sekali.
Ia keluar dari meja kasir dan berlari kearah sang pria yang sudah terkekeh melihat kelakuan wanitanya, ia rentangkan kedua tangannya untuk menyambut sang wanita yang sudah menunggunya entah sejak kapan.
"Aku rindu!" ia mengakui dengan antusias.
"Aku juga sayang" jawabnya memeluk semakin erat bahkan berulang kali mengecup pucuk rambut sang puan yang tingginya lebih rendah darinya. Kedua sejoli ini mengabaikan sekelilingnya yang tengah memperhatikan kegiatan keduanya.
"Kenapa lama sekali?" tanyanya mendongak.
Pria itu melihat ke bawah "Aku harus membereskan sesuatu, lebih baik aku selesaikan daripada kepala pelatih menelponku dan menyuruhku kembali saat bersamamu. Jadi aku selesaikan lebih awal agar aku punya waktu libur tambahan, bukan hanya hari ini saja!"
"Benarkah?"
"Iya sayang, jadi akan ku obati rindunya ya" ucapnya lembut bahkan lesung pipi manisnya masih terlihat.
"Yeayyyy" wanita itu memekik senang membuat pria itu terus tertawa gemas dengan tingkahnya.
"Cafenya mau tutup kan?" tanya si pria mengelus surai panjang yang diikat rapi.
"Hmm" jawabnya mengangguk enggan melepas pelukannya.
"Ya sudah aku bantu tutup dulu, setelah ini kita pulang. Aku akan peluk lagi dirumah nanti"
"Peluknya yang lama?"
"Iya sayang, yang lama. Selama apapun kau ingin peluk, selagi aku belum kembali bekerja tidak masalah" jelasnya lembut dan barulah Nari mau melepas pelukan itu. Dengan cekatan ia membersihkan meja-meja yang sudah tidak ditempati oleh pelanggannya. Begitu juga dengan seorang pria berpakaian seragam militer, dilehernya bertengger military dog tag yang tampak menyembul keluar menampilkan nama Jeong Ho-Seok disana turut membantu membereskan cafe itu menjelang tutup. Pria yang sudah lima tahun ini bersamanya, suami Nari.
Hoseok sengaja memilih camp pelatihan yang satu ini agar bisa dekat dengan sang istri. Walau tidak bisa selalu bertemu, tapi Hoseok bisa memanfaatkan waktu kosongnya untuk mereka bertemu. Bahkan rekan-rekan pria itu pun sudah hafal sekali dengannya yang terlihat sering berada di cafe itu. Mereka tau, pemiliknya adalah istrinya.
Sesuai dengan janjinya, Nari boleh memeluk Hoseok sebanyak dan selama yang ia mau. Sedikit menyesal karena istrinya yang manja bersikap diluar prediksinya.
"Sayang turun dulu, ini nanti kena air panasnya" jelas Hoseok lembut pada sang puan yang tengah bergelantungan memeluk lehernya dengan kaki melingkar dipinggangnya sudah sejak mereka tiba diparkiran basemen. Pasalnya pria itu tengah memanaskan air untuk memasak ramyeon.
"Tidak mau!" jawabnya sembari menggelengkan kepala semakin erat memeluk sang suami.
Hoseok yang takut istrinya jatuh itu pun sesekali menahan bokongnya agar tidak jatuh.
"Turun dulu ya, nanti aku gendong lagi, aku peluk lagi"
"Tidak mau!!!" tegasnya lagi walau ia juga tak nyaman jika begini terus tapi ia memang suka menempel pada Hoseok.
"Bisa terlambat makan malam kalau begini, sayang" Hoseok masih berusaha memberi pengertian dengan lembut.
"Tidak usah masak"
"Lalu?" tanya Hoseok yang reflek kembali menahan bokong Nari dengan kedua tangannya manakala wanita itu memundurkan tubuhnya untuk melihat suaminya itu.
Netra keduanya bertemu.
"Makan aku saja!" Katanya dengan nada sensual pun matanya mengedip genit.
Nari nakal!
#tbc
Hope adalah cerita yang aku tulis untuk Hobi yang sebentar lagi pulang!!!!!!
Jadi mohon disukai dan disayangi sepenuh hati ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope | J-Hope
FantasyOrang-orang mungkin akan mengatakannya wanita gila, karena poros hidupnya penuh ia pusat kan pada satu pria yang sudah bertahun-tahun ini bersamanya, suaminya Jung Ho-Seok. Bukankah cinta memang begitu? Apa salah mencintai pria yang berstatus suamin...