Susah payah Maria memulihkan sakit mentalnya, dan susah payah Maria menata kehidupannya kembali untuk memulihkan kehidupannya dari kesakitan yang telah Ben lakukan kepadanya.
Tapi sialnya... Kini Benard Madoff, pria itu telah datang lagi dan menghancurkan kembali kehidupan Maria yang telah Maria susun rapih dengan sangat susah payah. Maria bahkan sangat yakin jika Benjamin Carday, ayahnyalah yang telah membuat pria itu lepas begitu saja dari dalam penjara yang telah menjeratnya.
Maria mungkin terlihat normal, namun sebenarnya, Maria begitu merasa miris dengan hidupnya sendiri. Karna sudah hampir satu tahun ini, Maria selalu berusaha mengobati sakit mentalnya dengan mengikuti beberapa Comunity mental health di kota Florida untuk penyintas orang-orang sepertinya di beberapa rumah sakit dan juga di sebuah gereja yang selalu dia datangi setiap minggunya.
Dada Maria bergerak cepat, ketika rasanya dia sudah tidak bisa lagi untuk mengendalikan emosinya yang tidak stabil itu. Matanya terasa lelah karena terlalu banyak menangis dan meraung tidak berdaya di hadapan pria itu semalaman.
Dan sekali lagi Maria memberanikan diri untuk menatap wajah pria yang kini tengah berada di hadapannya itu, kenapa ada manusia setampan Benard namun perlakuannya bak iblis di dalam neraka? Pertanyaan itu bahkan tidak pernah bisa Maria temukan jawabannya sedari dulu.
Dan kenapa wajahnya terlihat begitu tenang ketika pria itu tengah tertidur? Maria tidak tahu kenapa dia justru mematai Ben yang tengah tertidur lelap, menonton wajah tenang pria itu setelah Ben benar-benar menghantam psikis juga mentalnya secara habis-habisan.
Maria tersadar dan dia langsung bergerak perlahan untuk bangun dari tidurnya, wanita itu bahkan bergerak sangat hati-hati untuk tidak menimbulkan suara lalu dengan sigap Maria pun segera memakai kembali underwear miliknya yang tergeletak di atas lantai. Tidak lupa, dia juga meraih kemeja milik Ben yang tersampir di kepala sofa dan mengambilnya dengan sangat perlahan lalu segera memakainya.
Maria, wanita itu kini dengan liciknya bergerak pelan untuk mencari-cari keberadaan borgol yang Ben pakai untuk menjerat pergelangan tangannya semalam.
Dan tidak butuh waktu lama akhirnya Maria menemukan borgol itu. Borgol yang tergeletak di atas lantai tidak jauh dari meja yang berada di ruangan itu, lalu segera menyangkutkan sisi borgol itu pada sela-sela kayu sisi sofa dengan satu sisi borgolnya yang dia kaitkan pada tangan Benard yang tengah tertidur lelap. Maria bahkan mmelakukannya dengan sangat hati-hati tanpa menimbulkan suara, wanita itu berharap jika borgol tersebut cukup kuat untuk menahan tangan Benard. Tapi, mengingat dia sudah merasakannya sendiri, Maria yakin jika borgol itu cukup kuat untuk menjerat tangan pria itu.
Entah energi dan juga keberanian dari mana Maria mencoba memberanikan diri untuk mengambil pistol yang tergeletak tepat di sebelah tubuh pria itu. Dan demi apapun, kedua tangan Maria bahkan bergetar hebat ketika dia menggenggam pistol milik Ben saat ini.
Tapi Maria harus cepat pergi sebelum pria itu benar-benar kembali bangun, dan bisa saja mengikis kembali nyalinya ketika dia terbangun dari tidur dan juga mimpi indahnya itu.
Dengan sisa keberanian yang Maria miliki, dengan cepat dia segera berbalik dan melangkah untuk pergi dari ruangan gelap itu.
" Mau kemana? " Sontak Maria menghentikan langkahnya lalu kembali menoleh ke arah belakang.
" Sial!!! "
Kedua bola matanya melebar ketika dia melihat sebuah pergerakan kecil dari pria yang hendak membuka mata tertahan itu.
"Shit! "
Benard menarik-narik pergelangan tangannya, raut wajah dari pria itu langsung meringis sebelum kedua matanya berubah menatap tajam kearah Maria yang tengah menelan ludah paksa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANCE OF DARKNESS VENDETTA
Romance⚠️Warning⚠️ • Mature, 21+ • Cerita ini berlatar belakang kehidupan para Gengster atau para Mafia besar juga kejam yang menjurus dengan kekerasan, bahasa kasar, dan juga seksual bebas. • ROMANCE OF DARKNESS VENDETTA• Genre dari cerita ini akan memba...