09. Pelaku Pelanggar HAM

607 135 7
                                    

Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻


Noted; author nya galak, ga usah ada kepikiran buat jiplak😾🫵🏻☆☆☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




☆☆☆☆

Hari itu adalah hari terakhir kiranya pertemuan antara rena dan arsam. Laki-laki yang tak terlalu tinggi tubuhnya, dengan kedua lesung yang ia miliki, serta pemilik ketampanan yang dikagumi banyak wanita, dia seperti menghilang entah kemana dirinya.

Informasi yang rena sampaikan pada hari kenaikkan pangkatnya seolah bak angin lewat yang menerpa dirinya, sunyi hampir tak terdengar oleh telinga. sudah dua hari kiranya rena memikirkan tentang arsam yang berkata akan menggagalkan lamaran yang dilayangkan oleh arka.

Tetapi sampai hari terakhir masa luangnya, rena belum juga mendapatkan kabar tentang arsam, baik itu lewat informasi dari kedua sahabat karib arsam maupun dari seuntaian surat yang ia harapkan selama ini.

”Ren....” sapaan yang begitu lembut.

Rena membenarkan duduknya, lamunannya seketika buyar kala menyadari kedatangan sang ibunda dari arah pintu masuk kamarnya. Gadis itu sedikit membersihkan pipinya dari tetesan airmata meski sedikit tak terlihat.

”eh ibu? Ada apa bu?” titah rena membalikkan badannya, sampai akhirnya terfokus pada sang ibunda.

”Seharusnya ibu yang bertanya kepada mu, kamu kenapa sayang....?” timpal bu sinta yang kini sudah berada tepat duduk disisi kanan ranjang sebelah putrinya.

Bu sinta sedikit memperhatikan rena, putrinya tertunduk seakan menyembunyikan suatu masalah dari dirinya. Tak ada yang angkat bicara, bu dira dalam diam mengusap halus kepala sang putri, dan rena yang terdiam karna kebingungan setengah mati harus menjawab bagimana?

”tidak ada masalah apapun bu, ibu ada apa kemari?” lanjut rena seperti tak memperdulikkan penting atau tidaknya pertanyaan sang ibunda.

Bu sinta ikut terdiam, dirinya semakin dekat dengan sang putri lalu sebentar mengusap punggung putrinya dengan begitu lembut. ”kau pasti memikirkan lamaran besok ya?” kini giliran rena yang tersentak akan sautan ibunya yang tanpa dugaan.

”siapa yang sebenarnya kau cintai ren? Ibu tak mau jika nantinya kau menikah bukan atas dasar cinta” imbuh bu sinta semakin membuat rena takut akan hari esok.

”Surat lamaran sudah dilayangkan, acaranya akan berlangsung besok pagi. Tak ada lagi alasan bagi rena untuk menolaknya. Rena baik-baik saja bu” balas rena kemudian balik menatap sang ibunda.

Dua insan berdarah daging itu kemudian berpelukan, bu sinta sebenarnya tau tentang siapa laki-laki yang telah mengambil hati putrinya. ”ibu hanya memastikan, ibu harap ini benar” sautnya lagi kala pelukkan mereka berhanti dan terlepas.

Before ExpulsionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang