Alaric dan Livia masih berada di rooftop hotel yang menawarkan pemandangan kota yang memukau. Lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti bintang, menciptakan atmosfer romantis yang sempurna. Meja kecil dengan lilin yang menyala di tengahnya, serta alunan musik jazz lembut yang mengalun dari speaker tersembunyi, menambah kesan elegan pada malam itu.
"Livia," kata Alaric dengan suara lembut namun tegas, "aku ingin kau tahu betapa berartinya dirimu bagi hidupku dan Prince. Sejak kau datang, semuanya berubah menjadi lebih baik."
Livia merasa pipinya memerah dan hatinya berdebar lebih kencang. Ia mencoba untuk berkata sesuatu, tetapi Alaric sudah melanjutkan. Dari saku jasnya, Alaric mengeluarkan sebuah kotak kecil yang indah. Ia membuka kotak itu, memperlihatkan cincin yang berkilauan di bawah cahaya lilin.
"Livia, ini hanya cincin sementara," kata Alaric sambil mengambil cincin tersebut dari kotaknya. "Saat kita menikah, aku akan memberikan cincin yang lebih mewah untukmu."
Livia melihat cincin itu dengan mata yang berbinar. Cincin itu memang sangat indah, dengan batu berlian yang memancarkan cahaya dari setiap sudutnya. Ia merasa terharu dan bahagia, seolah-olah mimpi indah yang selama ini ia impikan akhirnya menjadi kenyataan.
"Ini sudah sangat mewah, Alaric," kata Livia dengan suara yang bergetar. "Kamu tidak perlu menggantinya. Cincin ini sudah lebih dari cukup bagi diriku."
Alaric tersenyum lembut, kemudian perlahan menyematkan cincin itu di jari manis Livia. "Aku ingin yang terbaik untukmu, Livia. Kamu berhak mendapatkan segalanya."
Mata Livia mulai berkaca-kaca. Ia menatap Alaric dengan penuh cinta dan berkata, "Terima kasih, Alaric. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini."
Alaric mendekatkan wajahnya, memberikan kecupan lembut di dahi Livia. "Aku akan selalu ada untukmu dan Prince. Kita akan membangun keluarga yang bahagia bersama."
***
Semua orang menoleh ke arah dua insan yang baru saja memasuki ballroom. Mereka bukan tamu yang terlambat hadir ke pesta, melainkan sepasang kekasih yang baru saja menjalin hubungan. Pandangan para tamu kembali ke mereka, mengagumi pemandangan yang tak bisa diabaikan. Gadis itu sebelumnya sudah menarik perhatian karena aura kecantikannya, dan saat ini ia kembali menarik atensi orang-orang saat ia datang bersama pemilik pesta, yang tidak lain adalah Alaric Malvin Karta.
Mereka berjalan beriringan dengan langkah yang penuh percaya diri, menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka adalah pasangan yang serasi. Alaric, dengan lembut, menuntun Livia menuju pusat ballroom. Beberapa tamu berbisik-bisik, mengagumi kecantikan Livia dan ketampanan Alaric.
Namun di balik senyumannya, Alaric menyimpan keinginan yang belum diutarakan. Sebenarnya, malam itu ia ingin mengumumkan bahwa Livia adalah calon istrinya dan mereka akan segera menikah. Namun, Livia melarangnya untuk melakukan itu. Livia ingin mendapat restu dari orang tuanya dan orang tua Alaric terlebih dahulu sebelum mengumumkan berita besar tersebut kepada semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT DI TENGAH KITA (END)
RomanceAlaric Malvin Karta adalah seorang CEO sukses yang merawat keponakannya, Arkana Prince Karta, yang berusia lima tahun setelah kecelakaan tragis merenggut nyawa kedua orang tuanya. Kecelakaan tersebut membuat Prince yang ceria menjadi murung dan pend...