Happy reading gessss
🐺💙🦋
.
.
.
.Dari kejauhan, mentari muncul memancar kan sinarnya yang menyilaukan. Cahaya emasnya merayap perlahan mengisi langit yang nampak cerah hari ini, sinarnya yang menyilaukan itu berhasil menganggu tidur banyak orang di muka bumi termasuk kedua anak adam yang masih menutup matanya itu.
Punggung sempit itu terasa berat dan juga hangat, matanya yang baru saja terbuka sepenuhnya itu kian mengernyit saat melihat tangan besar melingkar apik di atas perutnya yang rata, hembusan nafas hangat juga terasa sangat jelas menerpa leher belakang nya.
Sedikit demi sedikit dia membalik tubuhnya untuk menghadap kepada pemilik tangan besar itu, mata hazel nya itu langsung di suguhkan oleh pahatan tampan dan juga rupawan yang mampu memikat bagi siapapun orang yang melihatnya saat dia tertidur damai seperti saat ini.
Mata hazel itu tak kunjung lepas dari pahatan sempurna yang tepat berhadapan dengannya, dadanya lagi-lagi berdetak tak karuan.
Dia bingung, entah kenapa setiap kali dia sedekat ini dengan pria di hadapannya, dia selalu saja gugup, darahnya terasa berdesir dan detak jantung nya pun selalu saja bergemuruh.
Dan setiap kali di dekat nya. Rasa nyaman, tenang dan aman itu selalu menghinggapi dirinya. Dia tak pernah ragu untuk melakukan apapun jika itu bersamanya, sekali pun itu hal sulit dan nekat ia akan tetap melakukannya selama pria ini di dekat nya. Entah kenapa, ia begitu yakin jika pria ini pasti akan selalu melindunginya kapanpun itu.
"Iya tau gue ganteng, tapi nggak usah di tatap sedalam itu juga kali" ucap pria itu yang kini sudah membuka matanya dan langsung di pertemukan dengan mata hazel itu.
Si manis yang larut dalam pemikirannya sembari menatap dalam pahatan rupawan pria itu pun tak menyadari bahwa sedari tadi lelaki Permana itu sudah terbangun.
"Apaansi! geer banget" ketusnya sembari melepaskan tangan besar itu dari perutnya dengan wajah merengut kesal.
Ia hendak merubah posisi tidur nya untuk menjadi terlentang. Namun, tertahan saat tangan besar itu kembali mengais tubuh ringkih nya untuk menghadap pada dirinya dan mengsejajarkan posisi mereka.
"Je, lepasin gue!" pintanya dengan berusaha melepaskan tangan besar itu.
"Kalo gue nggak mau gimana?" tanya lelaki Permana itu dengan maksud bercanda.
"Gua, tendang lu!"
"Berani nendang gua, gua cium bibir lu sampe bengkak" ancamnya dengan cengiran kuda yang nampak sangat menyebalkan bagi siapapun yang melihatnya.
"Sialan lu! Lu, salah minum obat apa gimana sih?? Dan lagi, ngapain lu tidur disini hah? Lepasin gue!" Ketusnya dengan berusaha melepaskan tangan besar yang memeluk tubuhnya ini.
"Gua nggak sakit ya dan nggak minum obat, dan terserah gua donk mau tidur dimana kan ini rumah gua" bukanya melepaskan, lelaki Permana ini malah semakin mengikis jarak di antara mereka.
Hal itu berhasil membuat Havis semakin gugup, pipi gembil putih itu kini berubah sepenuhnya menjadi merah muda.
"Kenapa wajahnya merah kayak gitu hmm?" Tanya Andra bermaksud untuk menggoda.
"Apaan! Nggak dih" ketusnya dengan memalingkan wajah nya malu.
"Kenapa nggak bangunin gue pas malam? Mana tidur nggak bersih - bersih dulu sama ganti baju"
Semalam saat di perjalanan, Havis memang tertidur. Dia sudah meminta Andra untuk membangunkannya saat sudah sampai, tapi pria itu tidak melakukannya. Alhasil saat ini mereka tidur dengan setelan yang mereka pakai tadi malam, hanya jas Andra saja yang menghilang entah di simpan dimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Teen FictionBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...