Black Clouds over the city☁️

41 1 0
                                    

Wén fèng zi, mereka menyebutnya seperti itu lagi.

Atau akhir-akhir ini orang-orang menyebutkannya demikian.

Meskipun Penguasa lembah hantu itu tidak pernah terlihat lagi setelah kematian pasangan kultivasinya, kematian, ya---meskipun dia sang abadi, belahan jiwanya tidak.
Hanya makhluk fana yang terus bereinkarnasi.

Tapi awan hitam akhir-akhir ini mulai melingkupi kota, seolah terjadinya pertanda.
Meskipun tidak ada yang tahu pasti, berdasarkan ramalan yang di informasikan dari generasi ke generasi, selama seribu tahun lebih belahan jiwa sang penguasa lembah hantu akan kembali.

Entah itu berita baik maupun buruk, tidak ada yang tau bayi siapa yang menjadi tempat singgah Zhiji milik sang penguasa lembah. Mereka hanya menebak-nebak, sayang sekali tebakan mereka hanya dugaan saja.

Zhiji milik Wén fèng zi sendiri tidak tahu dirinya merupakan reinkarnasi dari penguasa lembah hantu, tidak sampai dia berusia cukup untuk mengingat semua itu.

Sementara di luar sedang membahas hal tersebut, pada perkumpulan Jianghu, di sebuah sekte terbaru yang baru saja berdiri selama seratus tahun mereka mendapat murid jenius, seorang gadis cantik dengan nama kehormatan yang sama Baishenqiu. Dia telah menginjak usia dua puluh tiga tahun tahun ini. Bunga yang siap di petik, keluar dari Jianghu untuk mengembara keluar di bawah izin Shizun yang mempersilakannya melakukan perjalanan seorang diri.

"Aku rasa cukup disini," Baishenqiu tidak yakin kapan dia menyadarinya, tetapi sekarang dia tidak bisa berhenti sadar.  Esensi aneh, tidak menakutkan. Hanya ia tidak mengerti, kenapa tidak keluar dan menunjukkan diri?

Saat dia mendekati pintu masuk hutan, diantara dua pohon mahoni besar sosok berkaki dua yang tadinya kabur telah berubah menjadi sosok yang jelas-jelas manusia.

Ia tidak cukup dekat untuk mengenali ciri-ciri wajahnya---orang itu membelakangi mereka---tetapi itu saja tampaknya sudah cukup bagi Baishenqiu. Dia berhenti berjalan sama sekali, menatap ke depan dengan wajah dalam diamnya.

Dia tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. Kipas putih elegan dalam ayunan lembut ke sisi tangan lainnya.

"Sepertinya aku ketahuan kali ini," Dia bersuara. Baishenqiu menatap dengan tenang, pedang disisi pinggang siap di keluarkan untuk menghunus jika pria dihadapannya melakukan sesuatu.

Karena minimal respon dari gadis di hadapannya, pria itu berjalan dengan gerutuan. "Tenang saja, aku tidak mengganggumu."

"Tapi mengikutiku seperti penguntit."

Dia membungkuk dalam tawa dengan anggun, namun matanya tampak jenaka saat terus menatap Baishenqiu. Pria dengan hanfu biru kehijauan itu kembali berbicara. "Saya Wen. Wen Kexing," katanya, matanya tampak hangat dan menimbulkan pertanyaan di benak Baishenqiu karena terlihat familiar. "Seorang kultivator bebas yang tertarik pada xiao mei-mei karena ketangguhannya."

"Mereka terlalu melebih-lebihkan." Ungkap Baishenqiu, mengabaikan bagaimana dia tertarik padanya. Gadis itu berjalan kembali ke dalam hutan untuk perburuannya. "Dan pergilah--berhenti mengikutiku."

"Bagaimana aku bisa pergi sekarang?"

Wen Kexing mengatakan ini sambil memiringkan kepalanya tidak setuju. Baishenqiu menganggap sikap keras kepala itu sedikit menyebalkan. "Kalau saja ada sesuatu yang bisa kutawarkan untuk membantumu."

"Betapa murah hatinya," kata Baishenqiu datar. "Wen Gongzi tidak perlu repot-repot."

"Tidak-tidak, aku memaksa," kenapa kita tidak berkelana bersama saja?"

Baishenqiu mendengus, tidak terhibur. Wen Kexing menikmati reaksi itu, hampir puas dengan dirinya sendiri karena berhasil mengeluarkan reaksi itu darinya.

Keheningan yang berat terus belanjut--kedua orang yang tidak saling mengenal, menilai satu sama lain.

"Jadi bagaimana? Apakah xiao mei-mei mau--

"Baishenqiu," tukasnya di sela. Wen Kexing tertawa, di bawah bayang-bayang cahaya bulan malam yang meninggi. "Baiklah, Qiu-mei-mei."

"Mari kita berkelana bersama," Ajaknya lagi mengambil kesempatan. Seringainya menari-nari di bibir Wen Kexing.

Baishenqiu menggeleng kecil-Membiarkan.

.

Membiarkan  yang berlangsung lama. Sungguh keajaiban, meskipun sifat mereka bertolak belakang.

Satu hari, dua kemudian berhari-hari. Mereka terus berkelana dari desa ke desa. Kali ini mereka akan rehat sejenak dari duniawi. Mereka berjalan hingga ke dalam tengah hutan, sebuah gubuk kecil berdiri di samping pohon bunga plum, satu-satunya gubuk berdiri tegak tak tergoyahkan di ujung penglihatan mereka.

Menyadari tidak ada siapapun pemilik di gubuk itu. Baishenqiu memilih untuk beristirahat dan kembali pergi besok pagi. Wen Kexing menatap dari samping, seperti anjing dalam penantian. Lucunya terlihat menggemaskan.

"Wen Gongzi, aku tidak tahu niatmu yang sebenarnya. Tapi mari kita membagi tugas, terutama waktu istirahat. Anda bisa mengambil waktu untuk tidur terlebih dahulu kemudian aku selanjutnya." Meski sudah berjalan cukup lama, Baishenqiu selalu melakukan pencegahan. Biasanya mereka singgah di rumah desa yang di siapkan, kamar terpisah.

"Kenapa kita tidak saling menjaga satu sama lain di dalam? Lagipula kita sudah saling mengenal satu sama lain?"

"Seorang wanita dan pria yang tidak terikat, tidak bisa tinggal dalam satu atap rumah."

Wen Kexing tertawa. Bergumam sesuatu dengan dengungan lembut, "Tapi kita---

Baishenqiu yang sedang berjalan telah menjauh untuk mengambil beberapa kayu kering, menoleh kebelakang. "Apa kau berbicara sesuatu?"

"Tidak," kata Wen Kexing dengan mata bersinar geli. Memasuki gubuk, memindai matanya ke dalam. Menyalakan lampu dalam peraduan menggunakan talisman. Wen Kexing kembali dalam beberapa detik lama, "Hei..."

"Mm?" Baishenqiu yang sedang membawa kayu menoleh. "Apa?" Dia sedikit kesal karena gangguan itu.

"Tempatnya lebih luas dari dugaanku, kita bisa masuk berdua dan saling menjaga punggung."

Dia mengangkat jari tangannya keatas, mengeringai tanpa dosa."Aku berjanji tidak akan melakukan apapun," sumpahnya. "Tidak perlu khawatir."

Baishenqiu skeptis, namun dia melihat ke dalam dan menemukan bahwa gubuk itu cukup luas untuk mereka berdua. Mereka saling berdiam diri di masing-masing sudut kamar, Wen Kexing melihat punggungnya di antara lampu yang berpijar di tengah mereka.

"Jadi kemana sebenarnya tujuanmu?" Tanya Wen Kexing tiba-tiba. Mengisi keheningan malam.

Baishenqiu menoleh, "Hanya berkelana."

"Hanya berkelana? Seorang diri?"

"Tidak, sejak awal kau mengikutiku."

Sebelum ini, ya. Wen Kexing tertawa, "Dan kau membiarkannya begitu saja? Bukankah itu terlalu gegabah Nona cantik?"

Alis Baishenqiu terangkat, merasa lucu panggilan mei-mei kecil menjadi Nona.
"Setidaknya kau bukan seorang cabul."

Ia ingat beberapa kali esensi Wen Kexing menghilang saat dia akan mandi.  Seminggu terakhir, mereka juga saling melindungi saat bertarung.

Api di tengah mereka merekah, menjentikkan bunga api keatas. Butuh waktu bagi Baishenqiu untuk melihat bahwa pria di depannya tersipu, atau mungkin itu hanya karena pancaran cahaya yang membuatnya seperti itu.

"Tentu saja."

Wen Kexing jelas memerah. "Sekarang jelas bahwa aku bukan orang jahat setidaknya," katanya lagi. "Aku hanya ingin mengikutimu."

"Kenapa?"

Wen Kexing menatap, "Kau tahu alasannya."

TBC.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wen Kexing X Author Where stories live. Discover now