Chapter 27 - Spoiler Bab

40 5 0
                                    

🦊🦊🦊

Al mendengar kabar kecelakaan yang menimpa Andin di tempat latihan dari pelatihnya langsung yaitu Brian Orsen.

Al yang saat itu baru selesai dengan mata kuliahnya, memilih membolos di mata pelajaran kuliah terakhirnya. Pergi langsung dengan menggunakan kereta cepat agar bisa sampai ke asrama Andin berada.

Tidak sampai Al membuka pintu ruang kesehatan dan berjalan menghampiri Andin, Andin yang tadinya diam, langsung menangis keras di pelukan lelaki itu.

Al sudah kehabisan akal dari menenangkan Andin yang tersedu-sedu di pelukannya, dari sejak mereka berada di klub figure skating hingga mereka berpamitan pulang, Andin tidak sekalipun mau beranjak dari mengangkangi tubuh lelaki tampan itu. Seperti koala besar yang tidak mau ditinggal induknya, begitulah Andin menurut pendapat teman-temannya.

Al memutar kunci asrama. Beberapa lampu di dalam botol yang berjejer di jendela langsung menyala ketika Al membuka pintu, kemudian dia melangkah masuk ke dalam kamar Andin yang bersih dan rapi. Nuansa biru laut dengan banyak stiker lucu tertempel di dinding berbagai ukuran dan warna memenuhi kamar gadis cantik itu.

Al duduk, menepuk tangan Andin pelan dan kemudian berkata, "Turun, kita sudah sampai.'

"Hemm," Jawab Andin dengan mata setengah terbuka. Tapi tetap melekat di punggung Al tak mau turun.

"Jadilah baik." bujuk Aldebaran lagi. Andin melepaskan pelukan beruangnya pada tubuh Al. Dia duduk dengan linglung sambil menatap Al yang sudah berbalik dan berlutut di depannya.

"Ulurkan kakimu." perintah Al lagi.

Andin menurut, dengan patuh menurunkan kedua kakinya, menjuntai di depan Al.

Al melepas sepatu Andin beserta kaus kakinya, pergi ke kamar mandi mengambil air di dalam ember dan mencuci kaki Andin dengan itu. Setelah selesai, Al duduk di samping tempat tidur.

"Kenapa tidak tidur?" tanya Al tampak bingung.

"Kau belum menciumku seharian ini," ungkap Andin dengan tatapan penuh harap. Wajah dinginnya sepenuhnya mencair bila berduaan saja dengan Aldebaran.

Al menepuk dahinya melihat tingkah Andin yang begini. Kalau itu adalah saat di mana Andin dalam keadaan sepenuhnya sadar, gadis ini hanya akan menendangnya jika dia mengatakan ingin sebuah ciuman dari gadisnya.

Tak berdaya sekaligus merasa senang, Al mengangkat tubuh Andin. Di dudukkannya tubuh Andin di pangkuannya. Al menatap lurus mata hazel Andin yang tak fokus sebab terlalu mengantuk.

"Kau yakin mau?"

Andin mengangguk, "Aku suka saat kau menciumku."

Al tertawa terbahak-bahak mendengar kejujuran langka ini, "Kalau begitu...." ucapnya menggantung yang di sengaja. "... kenapa tidak kau saja yang datang ke sini." tunjuknya pada bibirnya sendiri dengan seringai nakal.

Langsung membuat Andin mengerucutkan bibirnya dengan wajah tertekuk sebal.

🤭

Musimnya Cinta (Season's Of Love Series/SoL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang