17 tahun kemudian ...
Musik dalam ruangan itu bergema memekikkan telinga. Para manusia tak takut dosa semuanya berkumpul menjadi satu. Mereka saling mengumpat dan berkata kasar, ada pula yang berjoget mengikuti dentuman musik ditemani lawan jenisnya, sebagian lainnya hanya mengamati sembari meminum minuman haram.
Di antara banyaknya manusia itu, Wain terlihat santai meneguk wine yang entah sudah berapa gelas. Ia tidak tertarik dengan yang lainnya selain membuat dirinya bisa menghilangkan penat dalam pikirannya. Bahkan beberapa wanita dengan make up tebal menawarinya untuk berdansa, tetapi ia tolak.
"Wen, udah, deh, gue enggak mau ditelpon bokap lo lagi," ucap Bari sembari mengambil gelas berisi wine dari tangan Wain yang langsung ditepis cowok yang hampir teler itu.
"Apaan, sih, lo? Gue masih mau minum."
"Tapi ini udah berlebihan, Wain!" Bari kembali merampas gelasnya dan menjauhkannya dari Wain. Sementara cowok bersuara berat itu terhuyung hingga kepalanya terjatuh di atas meja.
"Kan. Kalo gini gue yang repot, Goblok!" umpat Bari tertahan. Lagi dan lagi ia harus membawa pulang tubuh besar Wain ke rumahnya.
Baru saja ia ingin membawa Wain untuk pergi dari tempat itu, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama 'Om Hendra' tertera jelas di sana membuat Bari otomatis mengumpat kesal.
"Kan. Apa gue bilang? Bokap lo nelpon, Bego! Alasan apalagi gue, hah?" Bari berbicara pada sosok Wain yang tak sadar lalu mengangkat sambungan telepon itu.
Sementara saat Bari sibuk menelepon, Wain kembali sadar dan bangkit dari duduknya. Ia merasakan mual di dalam perutnya dan berjalan mencari toilet dengan terhuyung-huyung.
Sebelum sampai ke pintu toilet, Wain menabrak seseorang membuat ia jatuh ke lantai.
Matanya samar-samar menatap sosok di depannya yang terlihat panik sembari mencoba menyadarkannya.
"Mas. Hei, jangan pingsan, dong," ucap gadis itu panik.
Di tengah kepanikan itu, Bari datang tepat waktu dan segera menuju tempat Wain terbaring.
"Kenapa dia?"
"Enggak tau, Mas. Tadi dia nabrak saya terus pingsan," jawab gadis itu. Bari hanya menghela nafas lelah.
"Mbak, bisa tolong angkat teman saya ini ke mobil?"
Gadis itu mengangguk. Lalu keduanya membawa tubuh bongsor Wain bersama-sama menuju parkiran.
"Sumpah, ya, Wen, besok pokoknya lo harus traktir gue sepuasnya!" gerutu Bari.
"Teman Mas nya mabuk, ya?"
"Iya, dan selalu nyusahin gue!"
Gadis itu mengangguk mengerti sebab ia sudah sering menemui manusia mabuk dan tak sadarkan diri seperti ini.
Tubuh Wain menggeliat risih saat di masukan ke dalam mobil dengan mata yang masih terpejam. Sementara Bari dan gadis itu tampak kelelahan membawa tubuh bongsor Wain.
"Thanks, ya, udah bantuin gue," ucap Bari tulus. Sebab jarang sekali ada manusia yang mau menolong manusia mabuk seperti Wain.
"Sama-sama, Mas," jawab gadis itu sembari menyeka keringat di dahinya.
"Lo kerja di sini?" Bari bukannya kepo, hanya saja ia melihat seragam gadis itu yang sama dengan pelayan Bar.
"Iya, Mas."
"Kok bisa?" Semua orang juga pasti bakal bertanya seperti Bari saat melihat gadis yang masih seperti bocah, bekerja di tempat penuh kejahatan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fratello • Wain Xodiac
FanfictionE-book project X-BLISS' author by [SOVELY-GLOW 𝜗𝜚˚⋆ ©SongCover8] A Park Sehoon fanfiction. [A. Romance Brother ship] ִֶָ𓂃 ࣪˖ ִֶָ་༘࿐ Wain sangat membenci yang namanya Raka. Sejak pertama kali anak itu menginjakkan kakinya di rumah, ia sama sekali...