Jebakan

19.2K 59 1
                                    

Dengan berat hati Kira melangkah menuju kamarnya, alias kamarnya dengan suaminya, Regan.

Kira terpaksa harus satu kamar dengan Regan karena hari ini tiba-tiba saja orang tua Kira ingin menginap di rumah mereka. Alasannya karena ingin bertemu anak perempuannya, kangen.

Kira tidak begitu dekat dengan sang suami karena mereka menikah tidak didasari dengan rasa suka. Mereka menikah hanya untuk urusan bisnis.

Untuk orang-orang yang di luaran sana, hal seperti ini jangan ditiru ya ..

Pintu terbuka, menampakkan sosok perempuan cantik dengan rambut terurai. Tangannya membawa benda asing yang mirip seperti lidi.

Regan membiarkan sang istri berkutik sendiri dengan benda itu.

"Apa itu?" Tanya Regan.

"Kata bunda sih dupa. Tapi dupanya ngeluarin aroma wangi. Tadi juga disuruh buat ditaruh di kamar. Boleh 'kan?"

Regan berdehem, ia kembali fokus pada laptop di depannya.

Setelah mendapat persetujuan dari Regan, perempuan itu menyalakan dupa dengan korek api yang dibawanya.

Ujung mata Regan menangkap gerak-gerik sang istri yang seperti kebingungan. Ia menepuk pelan sisi kasur yang kosong, "duduk aja di sini."

Kira berjalan dengan canggung. Ia menaiki ranjang dengan di sebelahnya terdapat sang suami yang sibuk dengan urusannya sendiri.

Karena Kira belum mengantuk, ia membuka handphone-nya, membaca cerita dari aplikasi oren.

Setelah beberapa menit, Regan merasa tubuhnya panas. Ia bergerak-gerak tak nyaman. Fokusnya hilang.

Tak hanya Regan, Kira pun merasa tubuhnya manjadi panas. Padahal suhu AC sama seperti hari-hari sebelumnya.

Mengapa hari ini berbeda? Batin Kira.

Ia mencoba mengatur napasnya, namun itu pun tak berhasil. Ia kepanasan, sangat panas.

Kira terkejut karena tangannya ditarik secara tiba-tiba oleh seseorang disampingnya.

"Kira, ini bukan dupa pada umumnya. Ini dupa afrodisiak, Kira." Tegas Regan.

Kira mengerutkan keningnya, ia tahu sedikit mengenai dupa afrodisiak. Ternyata orang tuanya membohongi Kira.

Regan menutup cepat laptopnya, ditaruhnya laptop itu di nakas di sampingnya.

"Kira, lebih baik kamu keluar."

Kira tidak mendengarkan perkataan sang suami. Ia tak beranjak dari ranjangnya.

"Sekali lagi ku kasih tahu, lebih baik kamu keluar, Kira."

Lagi-lagi Kira tak mendengarkan perkataan Regan. Ia dilanda kebingungan. Ia tahu jika tak baik kalau menahan rasa itu.

"Kira ka-" dengan tekad kuat ia menyambar bibir Regan. Ia melumat pelan.

Regan memisahkan tautan bibir mereka. "Kira, kamu jangan gila. Sadar. Kamu yang bilang sendiri kalau engga mau."

Awalnya Kira memang bilang kalau dia belum siap jika harus tidur dengan Regan. Ia takut jika akhirnya Regan tak pernah mencintai dirinya.

Namun, belakang ini Kira merasa bahwa Regan bukan seperti itu. Walaupun ini pernikahan atas nama bisnis, Regan memperlakukan Kira dengan baik. Hal itu membuat hati Kira luluh.

Untuk malam ini, Kira ingin mendapat sentuhan dari sang suami. Tubuhnya panas, dan dia ingin itu.

Kira kembali melumat bibir Regan. Tapi, lagi dan lagi Regan melepaskan tautan bibir mereka.

ONESHOT 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang