Author POV
Udara malam itu terasa menusuk, dingin yang merayap perlahan-lahan membuat Luxi terbangun. Ketika ia membuka matanya, hal pertama yang dirasakannya adalah udara dingin yang mengalir dari jendela yang terbuka. Perlahan, Luxi mengalihkan pandangannya ke sebelah, tempat Haley dan Giselle tidur dengan damai.
Namun, pemandangan yang ia lihat membuatnya berhenti sejenak. Haley dan Giselle tidur hanya dengan mengenakan celana dalam, tanpa bra, membiarkan kulit mereka terpapar dingin. Luxi tahu alasannya—itu memudahkan mereka untuk menyusui Mavis dan Lizelle kapan saja. Namun, tidak bisa diabaikan betapa menggoda dan indahnya mereka berdua tampak dalam keadaan seperti itu.
Aku bangkit dari tempat tidur, berjalan menuju ranjang bayi Mavis dan Lizelle, yang terlelap dengan tenang. aku menyelimuti mereka dengan hati-hati, memastikan kehangatan menyelimuti tubuh mungil mereka.
Begitu Luxi merebahkan dirinya di tempat tidur, sebuah perasaan tak nyaman segera menyelimuti dirinya, seolah ada sesuatu yang mengintai di kejauhan. Di sampingnya, Giselle dan Haley yang tadinya tertidur pulas juga tersentak bangun. Mereka bisa merasakan hal yang sama—sebuah ancaman yang mendekat dengan cepat. Giselle langsung duduk, tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan.
"Kalian merasakannya juga?" ucap Luxi dengan suara rendah namun tegas.
Giselle mengangguk, matanya masih memindai sekeliling kamar dengan teliti. Sedangkan Haley tampak cemas, pandangannya beralih ke tempat tidur di mana Mavis dan Lizelle tidur nyenyak.
"Kalian tetap di sini, jaga anak-anak. Aku akan memeriksa di luar dengan yang lain." ucap Luxi menatap mereka dengan tegas.
"Hati-hati sayang." Ucap Giselle terlihat enggan, namun ia tahu bahwa menjaga anak-anak adalah prioritas utama mereka.
Sesampainya di koridor, aku berhenti sejenak. lalu mengangkat salah satu jariku dan dengan konsentrasi tinggi, aku mulai memanipulasi darahku. Darah, yang selama ini menjadi sumber kekuatan dan senjata, kini berubah menjadi jarum-jarum kecil yang sangat tajam. Jarum-jarum ini diciptakan dengan keahlian khusus, tidak terlihat oleh mata telanjang namun siap melindungi ku jika diperlukan.
Jarum-jarum darah ini tersebar di sekitarku, terbungkus dalam lapisan tipis yang hampir tidak terlihat. Mereka tersebar di area sekitar, siap untuk menanggapi ancaman yang mendekat tanpa mengeluarkan suara atau sinar yang mencolok.
"Luxi, undead-undead itu datang dari berbagai arah. Saking banyaknya, aku tak bisa memperkirakan jumlahnya," ucap Gabriel matanya terbuka lebar dengan ekspresi serius. Luxi menatap ke arah yang ditunjukkan Gabriel, menyadari betapa parahnya situasinya. Undead-undead muncul dari segala penjuru, seolah-olah terlahir dari kegelapan itu sendiri.
"Aku akan melindungi pengungsi-pengungsi ini," ucap Lascrea, dengan keputusan yang cepat dan berani.
"Lascrea, tunggu!!" ucap Violet berteriak, mencoba mengejar Lascrea untuk membantunya.
"Bell, kau ikut dengan mereka" ucap Luxi.
"Long time no see hahahaha..." ucap Guill, Dengan senyuman sinis, Guill yang muncul di pojok ruangan mengangkat pistolnya. sambil melepaskan tembakan dengan presisi ke arah undead-undead yang mendekat, setiap peluru menghancurkan targetnya dengan efektif. Dengan senyuman sinis, Guill yang muncul di pojok ruangan mengangkat pistolnya.
Sementara itu, Luxi merasakan lonjakan energi yang penuh tekanan. Menyadari jumlah undead yang terlalu banyak, dia memutuskan untuk mengerahkan kemampuannya secara maksimal. Ia mulai memanipulasi darahnya dengan penuh konsentrasi, mengubahnya menjadi sebuah pedang besar yang bersinar dengan warna merah pekat. Pedang itu begitu besar dan berat, mencerminkan kekuatan penuh dari darah Luxi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Life In A World Of The Undead
Fantasywarning 21+!!!! adult content * * * girl x girl