Kara berusaha terlihat setenang mungkin. Di antara kerumunan, ia berusaha mencari batang hidung orang yang dia kenal. Setidaknya orang yang tahu bahwa dia adalah Kara.
"Beb!"
"GIA!" ucapnya berteriak heboh, tak lupa dengan gerakan tangan yang menarik lengan perempuan di depan.
"Lama amat, Haikal mana? Ga bareng dia?"
"Bareng dia kok, tapi tadi pamit ke toilet dulu. Bye the way, gue baru ngeuh kalau temen seangkatan kita seramai ini, gelo aing mah di buatnya"
Mendengarnya Gia terkekeh, "ramai karena pada bawa pasangan, udah ah santai aja"
"Aduh gak bisa santai gue,"
"Bisa kalau sama gue ah. Anak-anak yang lain pada nanyain lo mulu, mereka seneng karena akhirnya lo bisa dateng juga di acara reuni." Gia menatap ke sekeliling, seperti mencari seseorang di antara kerumunan. "Haikal, sini!" Ucap Gia sembari mengangkat tangan.
Dari arah kerumunan Haikal mendekat, ia menerobos hingga bisa sampai di depan Kara dan Gia.
"Udah dapet meja belum?' Kata Haikal, membuat Kara menatap Gia untuk memberikan jawaban.
"Belum." Gia tersenyum kecut, "tadi udah dapet di pojok sana, tapi jangan deh males banget mojokin diri"
"Eum, kebetulan Kai ngajakin gabung di meja dia. Ikut gak?" Ucap Haikal sembari menatap Kara dan Gia secara bergantian.
"Sialan, lo sengaja 'kan." Kara melotot ke arah Haikal.
"Engga, astaga. Anak-anak osis pada kumpul di sana, kebetulan meja yang Kai tempati masih bisa nampung tiga orang. Cukup buat kita bertiga" terang Haikal,
Kara menghela, maniknya bergerak gelisah.
"Engga deh, gue di pojok aja gapapa" ucap Kara,
"Hilangin gengsi lo," balas Kai.
"Gak ada yang gengsi, gue emang gak mau gabung sama mereka, bisa gak stop mojokin gue kayak gitu". Intonasi suara Kara meninggi.
"Dih, siapa yang mojokin lo"
"Itu kalau bukan mojokin terus namanya apa? Persentasi? Atau sidang skripsi?"
"Apaan sih kalian berdua, liat sikon dong kalau mau debat!" Sela Gia, perempuan itu memutar mata malas.
"Salahin tuh si bangsat. Sengaja banget tuh mukanya mojokin gue kayak gini" kata Kara sembari bergerak menjauh.
Gia yang melihatnya menghela berat, "mau kemana? Mencar nih jadinya,"
"Gelo" gerutu Haikal. Tak tinggal diam, dia menguntit dari belakang mengikuti langkah Kara, setelah itu Gia juga bergerak dengan malas.
Mereka bertiga akhirnya duduk di meja yang Gia sebutkan. Memang terletak di bagian sudut ruangan, jika tidak terlalu di perhatikan, mungkin orang-orang tidak akan sadar bahwa ada meja di sana.
"Menu nya ada apa aja nih, laper" interupsi Haikal
"Gak tau,di sini sistemnya ngambil makan sendiri" balas Gia,
"Ya udah gue ambil makan dulu, lo berdua mau apa biar gue sekalian ambilin" tawar Haikal,
"Gue sesuai selera lo aja deh, kalau ada air putih ambilin satu ya!" Celetuk Kara semangat, senyumnya merekah setelah perdebatan kecil tadi.
"Lo?" Tanya Haikal, beralih ke arah Gia.
"Apa yang ada aja, tapi non kuah ya"
Haikal membalas dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMA MEMUDAR
Nouvellesjust hit this story. Lengkara Swastamita; perempuan yang di paksa untuk berhenti mencintai oleh orang yang dia cintai. Tapi ia merasa tidak akan pernah bisa berhenti, oleh karena itu daripada semakin menyakiti orang yang dia cintai, Kara memilih un...