Bertaut {} Sungjake

164 16 4
                                    

Happy reading and enjoy the story
Have a nice day, dear♡









"Sederhana, tentang Sadhan temani cintanya pulang pada peraduan."









Hamparan dedaunan kecoklatan yang berguling nyaman di atas rerumputan hijau, jadikan pemandangan yang tampak asri di penghujung senja. Dengan wangi seduhan kopi juga samar akan aroma manis yang tersapu angin, isi setiap rongga paru-paru dua saudara kembar tengah bersisian nikmati sore.

Diselingi kicauan burung peliharaan ayah, yang tergantung pada atap teras selingi sunyi yang mendominasi keduanya. Warna oranye yang hiasi langit ibu kota, ikut terpantul tak luput sinari dua insan yang dulunya berbagi ruang hangat pada rahim sang bunda, kini telah sama-sama menginjak usia dewasa. Hingga yang lebih muda sesap cairan pekat pada cangkir keramik di tengah keduanya.

“Jay, pas pertama kali mutusin untuk nikahin kak Hansa. Hal apa yang lo pertimbangin? Selain udah mapan,” dirinya bertanya, tatap lekat sang tertua sepuluh menit.

Dahinya berkerut samar tatap sang saudara kembar yang baru saja melempar tanya. Lalu lirik sesaat sosok yang dimaksud di sana, tampak sempat sedikit kewalahan dengan perut yang semakin membesar. Sebelum telisik berahang tegas milik sang adik itu, tampak serius. Tidak ada wajah penuh cengir atau air muka yang biasanya jadi sela bagi Jayendra untuk melempar canda.

“Tiba-tiba banget nih? Kenapa?” alih-alih menjawab, dirinya berbalik lemparkan sebuah tanya.

Sadhan angkat bahunya sesaat, “Ya karena gue mau tau,” ucapnya asal.

Dirinya sugar helai jelaganya, Jayendra tahu betul bahwa adiknya itu tengah menyimpan gusar didalam hati. Buktinya, ia dapat rasakan rasa gelisah yang menyeruak, “Bohong, pasti ada apa-apanya kan? Cerita aja,” tudingnya.

Bahu tegapnya perlahan luruh, bersamaan dengan hembusan nafasnya mengudara, “Hubungan gue sama Jeevan udah jalan lima tahun, dan tahun depan umur dia genap masuk dua puluh enam juga. Gue mulai mikir kalau hubungan ini harus jalan, terlebih lagi tekanan yang mungkin aja bakal didapatin sama dia.”

Sadhan basahi bilah bibir tipisnya sesaat, “Gue cuma ngerasa, gue pengen bangun liat wajah dia. Pengen tidur setelah curhat panjang sama dia. Gue pengen dia masakin bekal gue setiap hari, pengen bantuin dia cuci piring tiap habis makan, pengen dia jadi orang yang nutup dan ngebuka hari gue,” lanjutnya suarakan isi hatinya.

Sesap kopi miliknya, Jayendra layangkan satu pukulan ringan pada bahu tegap sang adik. “Dangdut banget lo, berengsek,” sautnya memaki.

Sepasang manik kopi itu saling bertemu, dengan manik tajam yang tengah memandang tak suka akan ekspresi yang didapat. “Lo tau pasti. Kalau ada batas, yang ngga akan bisa gue sebagai pacar ataupun tunangan. Batas-batas yang pengen gue hapus jauh-jauh, karena udah ngerasa sampe di titik, gue ngga bisa tanpa Jeevan.” 

Helai jelaganya ikut bergerak, bersamaan dengan dirinya mengangguk samar. Memang, gaya pacaran antara dua kakak beradik itu, bisa dikatakan berbeda— jauh berbeda malah. Jayendra, tau kok. Paham betul malah. Bila, sang adik jaga penuh cinta sang kekasih. Dengan segala perjuangan yang dilakukan sosoknya, untuk dapati sosok itu. Lalu dengan berbagai macam batasan yang dirinya buat sendiri, untuk jaga calon adik iparnya itu dan berusaha mati-matian agar tak dirinya langgar setitik pun. Karena Sadhan hargai keputusan yang diutarakan Jeevan kala itu, dan ia juga rasa begitu sayang pada sosoknya. Hingga tak berani lakukan hal yang lebih, dari sekedar sentuh permukaan lembut tangan si manis juga pelukan hangat.

Putuskan untuk berusaha berdamai pada sisi melodramatis Sadhan yang mulai naik pada permukaan. Ingatannya menerawang, kembali memutar pada puluhan bulan yang telah berlalu. Saat putuskan untuk pilih habiskan sisa umurnya bersama sosok manis yang tengah kandung buah hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Belamour - Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang