Menjadi yang pertama belum tentu menjadi yang terakhir, ya, itu yang dirasakan Amanda. Meskipun statusnya jelas sebagai istri sah namun nyatanya di hati sang suami dirinya hanya seorang perempuan yang dijodohkan. Perempuan bodoh yang terlalu naif jika pernikahan ini akan menciptakan kebahagiaan.
Dimana tidak ada keistimewaan yang di bawa Amanda. Terkesan kejam, namun itu memang kenyatannya.
"Mas mau kemana?"
"Pergi."
Pertanyaan yang setiap hari Amanda katakan. Ya, suaminya pergi bukan kemana-mana tapi pergi ke rumah sang istri muda. Setelah satu bulan menikahinya, ternyata Rendra memutuskan menikahi pacarnya, Viola meskipun hanya pernikahan siri.
Amanda jelas kecewa tapi dirinya tidak bisa langsung pergi dari hubungan ini. Karena sejak awal dirinya yang salah.
Di setiap malam Amanda hanya bisa menatap langit kamar tidur yang begitu gelap layaknya hati Rendra. Amanda tidak ingin banyak menuntut karena ia sadar posisi. Bagaimana dirinya orang luar yang masuk ke dalam hubungan keduanya, kan?
Yang sekarang harus Amanda lakukan adalah bertahan, namun entah sampai kapan.
"Mas mau sarapan apa?" Amanda menyapa Rendra yang baru saja masuk ke dalam rumah. Rendra hanya menatap sekilas sebelum masuk ke dalam kamar tidurnya.
Sedangakan Amanda yang mendapatkan perlakuan itu hanya bisa menghela napas panjang dan mengusap dadanya. Sebisa mungkin dirinya bersabar. Amanda memilih untuk bangkit dan berjalan ke dapur memasak untuk dirinya sendiri.
Hingga tak berselang lama Rendra keluar kembali dengan tampilan yang jauh lebih segar. "Kamu masak apa?"
"Masak nasi goreng. Mas mau?"
Rendra memilih untuk duduk dan menyantap sisa nasi goreng yang masih ada di wajan. Menikmati rasa yang tercipta dari masakan Amanda.
"Enak."
"Nambah Mas."
"Iya." Tanpa menunggu lama Rendra menyuapkan kembali nasi goreng ke dalam mulut. Kejadian seperti membuat Amanda bahagia, setidaknya Rendra mau mencicipi masakannya.
"Nanti jangan tunggu saya."
"Kenapa Mas?"
"Saya tidur di rumah Viola." Sebenarnya tanpa diberitahu Amanda sudah tahu. Dan sekarang saat Rendra mengatakan dengan jelas membuat Amanda sadar akan posisinya.
Semuanya memang di luar kuasa Amanda tapi jika bisa Amanda ingin lepas dari hubungan ini.
"Kuat Da, kuat." Amanda tidak salah, dan sebisanya dirinya akan bertahan.
Namun saat sang istri kedua datang dengan kondisi berbeda apa yang harus Amanda lakukan?
"Mulai hari ini Viola tinggal di rumah ini. " Amanda bisa melihat beberapa luka di sekujur tubuh Viola bahkan sepertinya Viola tidak bisa berjalan karena satu kakinya di gip. Menurut Rendra, Viola mengalami kecelakaan beberapa hari lalu.
"Di kota ini Viola sendirian, jadi saya mohon kamu bantu saya untuk merawatnya."
Amanda tidak bisa menolak karena sejak awal ini rumah Rendra, yang bisa Amanda lakukan sekarang hanya menebalkan telinga dan hati. Karena setelah kedatangannya di setiap sudut di rumah ini berubah menjadi neraka untuk Amanda.
Suara tawa di ruang televisi, suara rayuan yang biasa Rendra lakukan, dan suara aneh yang datang saat malam hari membuat Amanda lelah.
"Mas."
"Hmm."
"Apa boleh aku minta sesuatu?"
"Apa?"
"Boleh gak kalau Mas melakukannya gak usah berisik."
"Maksud kamu?"
"HB, Mas kalau HB jangan berisik bisa? Sebenarnya aku sadar kalian suami istri tapi aku juga ada disini. Tolong mengertilah." Seketika raut wajah Rendra berubah memerah menahan malu.
"Akan saya usahakan." Amanda bisa lega, tapi itu hanya bertahan dua minggu. Dimana setelah kejadian itu intensitas bercinta Rendra dan Viola meningkat membuat suara itu nyata di otak Amanda.
Amanda mencoba menulikan telinga, namun sayang semua itu sia-sia. Hingga rasanya Amanda lelah.
"Mas, boleh gak kalau aku izin keluar dari rumah. Sungguh aku tidak nyaman disini." Kantung mata yang tercetak begitu ketara membuat Rendra sedikit iba. "Baiklah."
Dan di titik ini Amanda mulai menata hidupnya kembali, berbekalkan uang yang selalu Rendra berikan Amanda mencari beberapa alternatif usaha yang bisa ia lakukan. Hingga Amanda menyibukan dirinya dengan usaha kue, sedikit banyak Amanda bisa mengolah kue karena saat ada di desa dirinya pernah mengikuti keterampilan membuat kue.
Di mulai dari sistem PO di media sosialnya kue Amanda dikenal beberapa orang hingga setiap harinya Amanda harus membuat kurang lebih sepuluh kue. Hingga beberapa bulan berjalan Amanda mampu mengembangkan usahanya, kesibukannya disini nyatanya mampu melupakan rasa sakit di hatinya.
Hingga suatu malam Rendra datang dengan kondisi yang membuat Amanda iba. Ya, Rendra datang dengan keadaan kacau.
"Ada apa Mas?" Tanya Amanda saat Rendra sudah tenang di kamar kosnya. "Nggak papa."
"Terus kenapa kesini?" Setelah kepergiannya Rendra tidak pernah menjenguk Amanda, dimana Rendra hanya mengontak Amanda melalui telepon. "Aku bertengkar dengan Viola."
Amanda diam. "Dia menuntutku banyak, padahal selama ini hidupku hanya untuknya, aku lelah."
"Bukankah itu pilihan Mas."
"Saya tahu, tapi lelah." Rendra kembali menyesap teh hangat yang dibuatkan Amanda. "Lebih baik Mas pulang kasihan Mba Viola."
Sudah cukup kenangan itu, dimana Amanda tidak mau jatuh kembali. "Bolehkah saya menginap disini semalam?"
"Mas.... "
"Kamu juga masih istri saya." Tekan Rendra yang membuat Amanda akhirnya mengiyakan ucapan Rendra. Dimana untuk pertama kalinya Amanda dan Rendra berada di atas satu ranjang yang sama.
"Bolehkan aku meminta hak saya?" Ucap Rendra saat kamar sempit itu hanya diisi oleh helaan napas keduanya.
"Maaf Mas aku gak bisa."
"Kenapa?"
"Aku gak bisa."
"Bukankah kamu masih istri saya?"
Iya, tapi hanya istri sah yang tidak pernah terlihat batin Amanda. Rendra mencoba membalikan tubuh Amanda yang membelakanginya, mencoba melihat wajah istri sahnya untuk pertama kali. "Aku gak bisa Mas.""Saya masih suami kamu, dan kamu wajib mengabulkannya." Terkesan memaksa namun Amanda tidak bisa menolak karena status keduanya masih sah secara negara dan agama ditambah wajah memohonnya. Dimana untuk kali pertama keduanya bercinta, ah lebih tepatnya menuntaskan nafsu karena Rendra melakukannya dengan begitu kasar seolah tidak pernah melakukannya.
"Pelan-pelan Mas."
"Maaf tapi saya gak bisa." Diperlakukan seperti ini membuat Amanda sadar bahwa dirinya hanya pelampiasan. Ditambah saat esok hari Amanda tidak melihat Rendra di sisinya, dimana Amanda merasa seperti pelacur untuk seorang Rendra.
Seketika hati Amanda membeku, dirinya merasa tidak pernah dihargai oleh suaminya sendiri. Amanda juga semakin yakin untuk lekas berpisah dengan pria itu.
Namun saat tekad dan usahanya untuk melegalkan perpisahan Amanda harus menerima jika tubuhnya tengah berbadan dua. Dimana kali ini Amanda bertekad untuk tidak pernah memberitahu Rendra.
Apalagi di media sosial Viola, perempuan itu selalu memamerkan kemesraannya dengan Rendra seolah mengejek posisinya.
Amanda sudah sabar selama ini, dan mungkin sekarang waktunya untuk dirinya melepaskan semuanya. Mencoba untuk bangkit setelah takdir yang membuat dirinya layaknya badut untuk kisah cinta sempurna antara Rendra dan Viola.
Tbc
Kelanjutannya ada di Karyakarsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story II (Karyakarsa)
ContoSemua cerita lengkapnya bisa di baca di Karyakarsa