36. BERITA MENAKUTKAN

169 18 0
                                    

YANG BELUM FOLLOW, FOLLOW DULU
VOTE DULU SEBELUM BACA
________

Mahesta dengan lembut membantu Andara keluar dari mobil setelah mereka tiba di apartemen. Suasana sore itu terasa tenang, angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka, menambah suasana yang hangat dan nyaman setelah Andara diizinkan pulang oleh dokter. Langit yang mulai berwarna jingga mengiringi langkah mereka menuju unit Andara.

Saat mereka membuka pintu, mereka menyadari bahwa suasana apartemen terasa lebih hening dari biasanya. Tak ada tanda-tanda kehadiran Mama Lova di sana.

"Mama dimana?" tanya Andara dengan nada sedikit cemas.

Mahesta mengangkat bahu sambil tersenyum tipis, "Kurang tau, kan dari tadi saya sama kamu," jawabnya, mencoba menenangkan Andara.

Merasa perlu memastikan, Andara mengambil handphone-nya dari dalam tas. Setelah beberapa detik, terdengar suara ibunya dari seberang sana.

"Halo, Andara?"

"Mama dimana?" tanya Andara dengan lembut, meski dalam hatinya ada sedikit kegugupan.

Suara di telepon terdengar penuh kejutan, "Loh, ingatan kamu sudah pulih?" Ada nada kegembiraan yang jelas terdengar.

Andara tersenyum, "Iya, Ma. Mama dimana?"

"Syukurlah kalau ingatan kamu sudah pulih, Mama ikut senang. Sekarang mama masih di mal, lagi belikan kamu baju. Banyak grosiran bagus di sini," jawab ibunya dengan semangat yang menular.

"Kalau gitu pulangnya hati-hati ya, Ma," kata Andara, mencoba menutupi kekhawatirannya. Dia menutup telepon dan menghela napas, lalu duduk di sofa yang terasa begitu familiar. "Mama di mal," ucapnya pada Mahesta yang duduk di sebelahnya.

Mahesta hanya tersenyum sambil mengangguk. "Biarkan saja, lagi pula mama kamu juga perlu waktu untuk dirinya sendiri," katanya dengan lembut, mencoba menenangkan pikiran Andara.

Andara terdiam sejenak, dia menyandarkan kepalanya ke bahu Mahesta, merasakan kenyamanan yang tak tergantikan. Setelah beberapa saat, sebuah pertanyaan yang telah lama membayangi pikirannya akhirnya meluncur keluar, "Kenapa kamu mau sama aku? Aku ini wanita yang tak jauh dari semua masalah."

Suasana hening sejenak, hanya suara napas mereka yang terdengar di ruangan. Mahesta menoleh, menatap Andara dengan penuh kasih. Ia menghela napas dalam, lalu dengan lembut mengelus rambut Andara. Sentuhannya lembut, penuh perhatian, seakan berusaha menenangkan kegelisahan yang melingkupi hati Andara.

"Kenapa saya mau sama kamu?" Mahesta mengulang pertanyaan itu, seakan ingin memastikan dirinya benar-benar mengerti apa yang ingin disampaikan Andara.

"Saya tidak melihatmu hanya sebagai kumpulan masalah, Andara. Kamu lebih dari itu. Setiap orang punya beban, punya masa lalu, punya luka. Tapi, di balik semua itu, saya melihat seseorang yang kuat, yang terus berjuang meskipun dunia terasa berat."

Mahesta berhenti sejenak, memperhatikan bagaimana Andara bereaksi terhadap kata-katanya. Dia kemudian melanjutkan dengan nada yang lebih hangat, "Ketika kamu menyandarkan kepala di bahu saya seperti ini, semua masalah seakan hilang. Saya ingin berada di sini untuk kamu, kita hadapi bersama-sama. Karena di balik semua masalah itu, saya melihat keberanian, dan ketulusan yang kamu miliki."

Sambil terus mengelus rambut Andara, Mahesta tersenyum kecil, "Dan itulah yang membuat saya tidak pernah ragu untuk bersama kamu. Bukan masalah yang saya lihat, tapi kebaikan dan keindahan yang ada dalam diri kamu, Andara."

Mahesta melanjutkan ucapannya dengan penuh kelembutan, namun tak ada jawaban dari Andara. Dia menoleh dan melihat bahwa Andara telah tertidur pulas di bahunya. Mulut Andara sedikit terbuka, dan wajahnya tampak begitu damai. Posisi tidur Andara yang duduk bersandar di sofa, dengan kepala menyandar di bahu Mahesta dan tangan yang menggenggam tangan Mahesta, menciptakan pemandangan yang begitu mengharukan.

FATED ENCHANTMENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang