23. Binary Dawn

702 91 13
                                    

Hujan di Senin pagi membuat beberapa orang yang mempunyai aktifitas rutin merasa terganggu. Jalanan jadi becek. Belum lagi macet di beberapa ruas jalan. Namun banyak juga dari mereka yang merasa bersyukur dan menikmati setiap rintik yang jatuh ke tanah. Seperti Jungwon pagi ini. Ia terus bersenandung saat menyiapkan dua kotak bekal di meja makan.

Hal tersebut membuat mama menatap bingung. "Bahagia banget nih pagi-pagi? Padahal di luar mendung gitu."

"Enggak." Tanpa Jungwon sadari, ia menjawab dengan senyum di bibir. Mama tertawa dibuatnya.

"Itu banyak banget bawa bekel? Emang habis?" Mama melirik dua kotak nasi yang masing-masing sudah beisikan nasi dan lauk-pauk.

"Satunya buat Kak Jay."

"Jay? Tumben banget? Katanya dia nginep di rumah papanya?"

"Iya, siiih. Tapi kan gak ada orang di rumahnya. Mamanya baru pulang besok. Jadinya gak ada yang ngebuatin dia makan siang."

Mama tambah menyerngit bingung. "Loh, biasanya kan gitu? Kok kamu baru perhatiannya sekarang?"

"Kan sekarang beda, Ma ...."

"Beda apanya?"

Jungwon terdiam. Ia lirik mamanya. Hampir saja ia keceplosan. "Ya ... beda aja. Kasian kalo diliat-liat. Emang Mama gak kasian sama Kak Jay?"

"Kasian, sih. Maksud Mama tuh-"

BEEP! Suara klakson motor terdengar. Ucapan mama Jungwon jadi terpotong. Karena sudah tau siapa yang ada di depan rumah, Jungwon segera menaruh kotak bekalnya ke dalam tas kecil.

"Ma, Jungwon berangkat, ya."

"Loh, gak bareng papa?"

"Gak usah. Jungwon bareng Kak Jay."

"Hmm, kalo gitu hati-hati ya, Dek. Kalo masih hujan jangan dipaksain jalan. Tunggu ujannya reda."

"Iya, Ma. Nanti tolong bilangin papa kalo Jungwon udah berangkat."

"Oke deh."

Jungwon bergegas memakai sepatu. Hujan di luar sudah mulai berhenti. Menyisakan rintik yang tidak berarti. Dengan senyum yang sudah tampak manis dari tadi, Jungwon membuka pagar dan melihat Jay yang berdiri di samping motornya. Cowok itu pun tersenyum lebar melihat Jungwon.

"Katanya tadi agak lama siap-siapnya. Gak jadi?"

Jungwon menggeleng. "Nggak. Ternyata cepet."

Diam-diam Jay memperhatikan Jungwon dari atas hingga bawah. Hari ini tetangganya itu menggunakan kardigan rajut berwarna abu-abu yang lengannya hampir menenggelamkan seluruh jari-jarinya. Sinar matahari yang perlahan muncul dengan lembut pun menyoroti ujung rambut Jungwon. Jay berdeham, menghentikan lamunannya.

"Gak ada yang ketinggalan, kan? Yuk?"

Jungwon mengangguk. Jok motor yang basah karena hujan seketika menjadi kering saat Jay menyekanya dengan tangan. Jay naik ke motornya, diikuti Jungwon di boncengan.

Di jalan, motor itu melaju pelan. Tidak seperti biasanya. Saat Jay mengambil jalur yang lebih jauh, baru lah Jungwon menyadarinya.

"Kok lewat sini?"

"Pengen aja."

"Mau mampir dulu atau gimana?"

"Enggak." Lalu Jay melirik spion motornya. "Biar bisa lama-lama aja sama lo."

Dengan ekspresi sedikit terkejut, Jungwon pun melihat spion itu dan menemukan sepasang mata yang sedang menatapnya.

"Gimana semalem tidurnya? Nyenyak?" tanya Jay.

The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang