"Jadi gimana? Aku ditolak apa diterima ini?"
Biru menahan rasa gemasnya pada perempuannya itu. Alih-alih langsung menjawab, Prilly malah asik makan dulu. Katanya lapar guys. Padahal itu semua orang udah pada excited, udah penasaran jawabannya apa.
Kevlar berdecak, "Pril anjir gak penting banget. Buruan elah. Pake acara makan. Kita nungguin woi." Katanya geleng-geleng kepala. Boleh jitak sepupunya ini gak sih? Menyebalkan sekali dia.
"Bentar sih. Lima menit lagi," sahut Prilly. Sebenarnya dia cuma mau menguji Biru. Sabar gak dia kalau menghadapi sikap Prilly, gampang emosi atau enggak.
"Prilly, kasihan Biru itu nungguin loh nak. Mama juga penasaran jawaban kamu." Mama Tania ikut bersuara. Gemas juga sama anaknya. Bisa-bisanya dia menggantung jawabannya.
Papanya Prilly cuma bagian geleng-geleng kepala. Oiya, Biru memang sudah sempat menemuinya, tanpa ada Prilly. Biru dengan gentle meminta izin untuk melamar dan menikahi Prilly. Awalnya Biru sudah pasti takut dan bingung mau bicara apa, tapi entah dari mana dia mendapatkan pencerahan sehingga lancar untuk mengungkapkan niatnya kepada kedua orang tua Prilly.
"Ngakak banget anjir si Prilly, emosi woi emosi nungguinnya!" Sephora ikut berdecak kesal. Prilly ini benar-benar minta disentil emang jantungnya.
Sementara Prilly cuma cengengesan. Padahal dia juga gugup sebenarnya! Ini cuma salah satu cara dia aja buat menetralkan rasa gugupnya. Semua orang tau itu kok. Raut wajah dan gesture tubuh Prilly tidak bisa bohong.
"Jadi gimana?" Suara serius nan lembut dari Biru terdengar kembali. Dia tau perempuannya cuma berusaha mengulur waktu demi menetralkan rasa gugup yang tentu melanda mereka berdua. Biru pun sama.
Prilly menyelesaikan makannya. Ia menarik napasnya panjang. Sampai akhirnya perempuan ini menatap serius lelaki di hadapannya. "Apapun jawaban aku, kamu terima?"
Biru mengangguk pasti. "Iya. Aku berharap kamu akan jawab iya, tapi kalau memang kamu gak mau, kamu boleh jawab tidak Pril. Aku gak mau paksa kamu. Aku gak mau nanti kamu hidup terpaksa berdua sama aku." Katanya, menggenggam tangan Prilly yang berada di atas meja. "Mungkin ini terlalu cepat buat hubungan kita, but i promise akan selalu memberikan yang terbaik. Aku akan selalu jagain kamu, aku akan selalu buat kamu bahagia. Sejauh ini, cuma kamu yang bisa bikin aku jatuh cinta. Dari pertemuan awal kita yang gak terduga, sampai akhirnya hubungan kita sedekat ini. Aku ulangi ya, will you marry me, Prilly Agatha Zanata?" Lanjutnya sembari menatap Prilly dengan lembut. Biru benar-benar pasrah dan ikhlas dengan jawaban Prilly. Mau ditolak sekalipun, Biru gapapa. Dia tau kalau ini memang terlalu cepat untuk hubungan mereka. Biru jatuh cinta sama Prilly, tapi belum tentu kan Prilly jatuh cinta sama Biru?
Prilly makin gugup. Ditatapnya juga kedua mata Biru. Prilly menemukan kejujuran dan ketulusan di dalam sana. Prilly juga tau Biru adalah salah satu laki-laki baik di bumi ini, Biru pekerja keras, Biru bertanggung jawab, Biru perhatian sama Dia, dan yang paling penting Biru sosok lelaki yang mampu memberikan rasa nyaman dan aman ketika Prilly bersamanya. Jadi apa ada alasan Prilly untuk menolak lelaki ini? Tentu tidak ada.
"Ru, seperti yang kamu bilang, ini terlalu cepat buat kita. Tapi aku akan coba juga untuk menjalin semuanya lebih serius dan lebih baik kedepannya. Xabiru Gafali Rasvano, yes i will. Aku mau menikah dan membangun hubungan yang lebih serius sama kamu. Satu yang aku harap, apapun yang terjadi di depannya, semoga aku dan kamu tetap seperti ini. Sekeras apapun badai yang akan datang, aku harap kita akan tetap bisa satu kepala untuk melewatinya." Balas Prilly serius. Jujur ada rasa lega setelah menjawab ini. Entah datang dari mana. Padahal Prilly gugup banget tadi. Apakah Tuhan ikut merestui hubungan mereka? Tentu saja. Tuhan tidak akan membawa mereka sejauh ini kalau tidak ada hal baik yang akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
XABIRU
FanfictionLelaki berusia dua puluh empat tahun itu disibukkan oleh ocehan sang Ibu yang memintanya untuk cepat-cepat menikah. Hampir setiap hari Ibunya mengoceh mengenai hal yang sama. Lalu langkah apakah yang diambil oleh lelaki itu? Menuruti kemauan Ibunya...