“Tak Cantik
Tak apa, asal pandai menjaga diri.
Jangan sampai hanya demi terlihat Cantik engkau rela kehilangan HARGA DIRI.“— Muhammad Fachrul Hidayatullah
Setelah selesai mengajar diniah para Santri kelas empat, Gus Fachrul memutuskan untuk segera kembali ke ndalem. Biasanya, ia akan mampir sebentar di ruangan asatidz, atau di di ruangan pengurus, akan tetapi sekarang dirinya langsung kembali menuju rumah. Malam ini juga, ia memulangkan Santrinya lebih cepat. Tidak sampai bel pulang berbunyi.
Ketika sesampainya di dalam kamar, ia melihat Zahra yang sedang berbaring di atas ranjang dengan mata yang tertutup. Badan wanita itu juga memunggungi dirinya. Dalam batinnya Gus Fachrul seakan-akan bertanya. Akankah wanita itu sudah tidur? Atau hanya berbaring dan menutup mata saja? Tapi tidak tidur?
Dengan hati-hati, Gus Fachrul naik ke atas ranjang. Ia membaringkan tubuhnya disamping istrinya, Zahra. Ia memeluk tubuh istrinya dari belakang. Satu tangannya yang kanan mengelus perut istrinya yang sudah membuncit. Dirinya memang sudah terbiasa melakukan ini disetiap malamnya ketika ingin tidur, ataupun ketika di pagi hari ia akan melakukannya. "Kamu sudah tidur kah?" tanyanya dengan suara pelan. Seakan-akan jika Zahra benar-benar sudah tertidur, tidurnya tidak akan terganggu dengan suaranya.
Tak ada satupun sahutan dari sang empunya. Gus Fachrul bisa memastikan jika wanita itu memang sudah benar-benar tertidur.
Gus Fachrul menarik selimut untuk menutupi tubuh Zahra. Ia memberikan kecupan yang sedikit lama di dahinya Zahra. "Tidur yang nyenyak, sayangku" ucapnya. Sambil menaruh bantal guling di pinggiran ranjangnya.
Ia akan pergi menuju kamarnya Nazwa. Karna memang malam ini adalah jadwalnya ia tidur bersama Nazwa. Ia sebenarnya merasa malas untuk tidur dengan wanita itu, akan tetapi ini sudah peraturannya. Jadi, ia harus tetap melaksanakan nya.
Gus Fachrul membuka pintu kamarnya Ning Nazwa. Baru saja membuka, Gus Fachrul sudah disambut oleh Ning Nazwa yang ternyata ada di depan pintu. Wanita itu melipat kedua tangannya di dada, dengan ekspresi seperti seseorang yang sedang marah?
"Ada apa denganmu?" tanya Gus Fachrul sambil menatap heran pada Ning Nazwa
"Gus kok lama banget sih, datang kesininya? Daritadi aku nungguin tau."
"Lain kali tidak usah menunggu Saya pulang." ujarnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar, dan melewati tubuhnya Ning Nazwa, hingga ia tak sengaja menabrak sedikit bahunya Ning Nazwa.
Ning Nazwa menutup pintu kamarnya. Lalu ikut duduk disamping nya Gus Fachrul. Melihat Ning Nazwa yang duduk di sampingnya, Gus Fachrul langsung sedikit bergeser. Seperti menghindari Ning Nazwa
"Ngapain kamu ikut duduk juga?"
"Lah, Emangnya nggak boleh?"
Gus Fachrul langsung menjawab, "Enggak!"
"Ning pasti sudah mengantuk kan, sekarang? Sudah-sudah sana, Ning tidur saja di ranjang. Biarkan Saya tidur di----eh-eh-eh! Apa-apaan nih?!" Gus Fachrul benar-benar terkejut. Ketika tangannya tiba-tiba ditarik paksa oleh Ning Nazwa.
"Kita sama-sama tidur di ranjang ini, Gus." Ucap Ning Nazwa yang membuat Gus Fachrul melotot. Gus Fachrul juga dipaksa untuk naik ke atas ranjang oleh Ning Nazwa
"Saya bisa tidur di sofa!! Tidak perlu tidur satu ranjang denganmu!"
"Kenapa Gus nggak mau tidur satu ranjang denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS GENDUT MILIK GUS MUDA
RomantikCerita ini, menceritakan seorang perempuan yang bernama Chamelia Zhafira Az-Zahra. yang dimana, perempuan ini slalu dihina hanya karna bentuk tubuhnya yang gendut. namun, tak disangka-sangka Gus muda yang bernama Muhammad Fachrul Hidayatullah ini, k...