08 • Ciuman yang Dirindukan

6.2K 434 17
                                    

┌───── •✧✧• ─────┐
𝐇𝐚𝐩𝐩𝐲 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐢𝐧𝐠
└───── •✧✧• ─────┘

Tubuh yang terbaring itu sontak langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Emma terbangun dengan keringat dan napas yang berderu hebat, rasa sesak di dadanya begitu nyata.

Sial! Mimpi itu begitu nyata.

Emma bangun dari duduknya dan langsung menuju dapur untuk mencari air supaya bisa melepas dahaganya, tenggorokan Emma seolah kering. Beberapa kali Emma menarik napas karena mimpi itu. Bagi Emma itu adalah mimpi buruk yang begitu menyakitkan dan menakutkan.

Hati Emma sakit melihat hidupnya yang dulu. Bagaimana bisa kamu bertahan dengan orang seperti Deon, Emma?

Tidak mau merusak paginya hanya karena mimpi buruk itu, Emma berusaha menenangkan dirinya kemudian pergi ke kamar mandi. Ia perlu mandi untuk menyegarkan otaknya.

Emma tidak peduli apakah Deon sudah ada di rumah atau belum pulang sama sekali. Sejak acara makan siang mereka itu membuat keduanya hanya terdiam tanpa ada yang mau membuka suara.

Ketika Emma telah sampai ke dalam kamar, ia menghubungi karyawannya melalui pesan singkat di grup untuk mengatakan bahwa toko hari ini tidak buka.

"Kita hari ini tutup dulu, saya ada urusan."

Karena atasan mereka sendiri yang bilang seperti itu, para karyawan yang telah setia bersama Emma hanya menyetujui dan menganggap bahwa hari ini adalah hari bonus mereka untuk berlibur.

Emma tidak bisa bekerja kalau keadaan otaknya kacau begini. Paling tidak ia ingin berjalan-jalan mencari udara dan menikmati waktunya untuk bersantai.

Benar. Emma harus melakukan itu agar mimpi buruk itu menghilang tanpa jejak.

Di tengah dirinya yang telah siap dan ingin berangkat, dering ponsel menyita perhatian Emma. Satu pesan yang berhasil ia buka dan membukanya membeku seketika.

Detak jantungnya berpacu lebih cepat. Hanya satu pesan itu saja dan berhasil membuatnya menjadi takut, Emma yakin perasaan Emma yang dulu masih begitu lekat hingga ia dapat merasakannya.

"Datang ke rumah untuk makan siang."

Pesan itu adalah pesan dari sang ayah. Moris.

❁❁❁❁❁

Di sisi lain kedua pria dewasa yang baru saja terbangun dengan menikmati pagi bersama secangkir kopi, kini saling pandang satu sama lain menatap sahabatnya yang masih setia dengan minuman yang ada di tangannya.

"Udahlah, masih pagi ngapain mabuk?" Protes Abian yang tak dihiraukan oleh Deon.

Terlihat beberapa kali Deon menghela napas. Deon menyandarkan tubuhnya di sofa, dirinya tampak begitu lemas. Kedua sahabatnya yang bersamanya hanya menggeleng pelan.

"Bangun komunikasi, goblok!" Geram Owen melihat Deon yang tak melakukan apapun.

"Gue juga heran ama temen lo," timpal Abian. "Jelasin kek hubungan lo ama itu cewek gimana, malah diem aja gimana Emma nggak salah paham! Contoh sekarang, lo dari kemaren habis selesai kerja bukannya pulang malah sama kita." Abian kembali menggeleng pelan.

"Apa gue masih punya harapan?"

"Masih!!!" Ucap Owen dan Abian serempak. Mereka gemas sendiri melihat Deon yang pasrah tanpa melakukan apapun.

"Gue bukan bilang Johan lebih baik dari kita, tapi kayaknya sekarang dia bisa bangun komunikasi sama istrinya. Belajar dari dia sono!" Ucap Owen.

"Tau nih, Johan aja ninggalin kita buat Dina tadi malam." Abian setuju dengan ucapan Owen itu.

I BECAME THE SUGAR MOMMY (TELAH TERBIT✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang