18. Kabar pertunangan

31 19 30
                                    

Sejauh ini tidak ada kecurigaan lain dari Dino dan juga Darren terhadap Binar dan Zhou. Mereka begitu khidmat menikmati makan malamnya tanpa banyak mempertanyakan ini-itu lagi. Setelah makan malam selesai Darren tak hentinya berterima kasih kepada Zhou yang sudah begitu baik pada keluarganya. Terlebih lagi sudah menjadi atasan yang begitu baik untuk Binar.

Menjadi akrab dengan mereka tentu membuat Zhou senang. Berhasil membuat calon mertua serta calon adik iparnya terkesan merupakan sebuah kebanggaan baginya. Lampu hijau mengenai hubungannya dengan Binar sudah ia kantongi. Jalan yang membentang mulus untuknya bisa masuk ke keluarga itu.

Zhou boleh saja senang karena mendapatkan restu dari mereka. Tapi terkadang ia lupa bahwa orang yang dikejarnya justru tidak menerimanya di kehidupannya. Binar, gadis itu selalu menjaga jarak darinya. Tidak membiarkannya masuk ke dalam hatinya.

Berbagai cara Zhou lakukan demi bisa mengetuk pintu hati yang keras itu. Demi mencuri secuil perhatian Binar yang walaupun begitu sulit ia dapatkan. Salah satu cara yang dilakukannya untuk semakin dekat dengan Binar adalah dengan bertingkah kekanak-kanakan saat dirinya sakit. Zhou berubah sangat manja. Sengaja membuat Binar repot mengurusnya.

Keberatan hati yang bisa Zhou tangkap dari raut itu. Ia tahu bahwa di pikiran gadis itu dipenuhi berbagai umpatan yang ditujukan untuknya. Umpatan-umpatan yang didasari kebencian yang begitu mendalam. Meski ia tahu apa yang menjadi pikiran Binar, namun alih-alih menghentikan tingkah manjanya itu, Zhou justru semakin sengaja bersikap lebih-lebih menyebalkan.

Apa yang menjadi keyakinannya adalah 'benci bisa berubah menjadi cinta'. Maka dengan sengaja dirinya membuat gadis itu menaruh benci yang luar biasa padanya supaya gadis itu pada akhirnya terjebak dengan rasa bencinya sendiri. Rasa benci yang perlahan bisa berubah menjadi perasaan suka dan terikat. Entah drama mana yang sudah ia tonton hingga pemikirannya konyol seperti itu.

"Ini minumnya, tuan."

Selesai menyuapinya Binar pun menyerahkan gelas minum. Zhou meraih gelas itu lalu menenggak isiannya hingga sisa setengah. Setelahnya lelaki itu kembali membenarkan posisi sandarannya di papan kasur. Tatapannya kembali fokus pada Binar yang menyimpan piring serta gelas di nampan.

"Saya ke bawah dulu, tuan." Tiba saat dirinya pamit Zhou malah menahannya membuatnya kembali berbalik.

"Ya, tuan?"

"Sebelum kamu pergi tolong siapkan baju yang akan saya kenakan hari ini." Titahnya diakhiri batuk kecil. Batuk yang hanya dibuat-buat belaka.

"Dan sebelum saya selesai, kamu jangan kemana-mana. Tinggal dulu di sini." Setelahnya ia bangkit berdiri melangkah menuju kamar mandi.

"Tapi, tuan-"

Klek. Pintu tertutup. Zhou tak mempedulikan protesannya.

Binar memejamkan mata, menahan kekesalan. Apa yang menjadi permintaan Zhou selalu saja memberatkannya. Meski begitu ia menurut saja. Menungguinya hingga selesai.

"Pakaian anda sudah saya siapkan tu-"

Tiba saat pintu kamar mandi terbuka dan ia menghentikan ucapannya. Binar berpaling wajah, terlalu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tuannya itu... dia bertelanjang dada.

Sungguh hal yang memalukan. Biasanya lelaki itu mengenakan bathrobe yang setidaknya menutupi seluruh badannya. Tapi sekarang? Lihat! Zhou melenggang begitu santai di hadapannya hanya dengan handuk putih yang menutupi tubuh bawahnya. Sepertinya lelaki itu sudah tidak punya rasa malu. Dia tidak menghargai dirinya yang berada di sini. Zhou jelas sekali sedang memamerkan tubuhnya.

"Jika tidak ada hal lain lagi yang anda perlukan saya permisi, tuan." Nampan yang ia ambil kembali. Dengan buru-buru ia melangkah menuju pintu. Zhou yang ia tinggalkan dan ia tak hentinya merutuki dirinya dalam diam. Bagaimana bisa tubuh atletis itu terbayang-bayang dengan jelas di pelupuk matanya. Sial. Tuannya itu benar-benar menyebalkan!

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang