Vania adalah seorang gadis Chindo yang cantik dan sexy, dia berasal dari Bali dan saat ini bekerja di Jakarta untuk melupakan patah hatinya.
Sebagai seorang Gym-freak, dia hampir setiap hari berolahraga di gym. Namun dia tidak menyangka hobinya bero...
Gym sore itu terasa lebih ramai dari biasanya. Vania sedang berolahraga seperti biasa ketika dia melihat seorang gadis baru yang tampak bingung di dekat alat angkat beban. Gadis itu tampak ragu-ragu, melihat sekeliling sambil mencoba memahami cara menggunakan alat-alat tersebut. Vania, yang memiliki sifat ramah dan murah senyum, tidak bisa mengabaikan kebingungan gadis tersebut. Dia mendekati gadis itu dengan senyum hangat.
"Hai, kamu butuh bantuan?" tanya Vania dengan suara lembut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gambar 3.1. Outfit Vania Sore itu
Gadis itu menoleh dan tersenyum lega. "Hai, iya, sebenarnya aku sedikit bingung bagaimana cara menggunakan alat ini," jawabnya dengan canggung.
"Tenang saja, aku bisa bantu," kata Vania sambil memperkenalkan cara menggunakan alat angkat beban tersebut. Mereka mulai berbincang-bincang sambil Vania membantu memperbaiki posisi gadis itu dan memberi petunjuk tentang cara yang benar.
Setelah membantu gadis itu dengan alat angkat beban, Vania melihat bahwa dia juga kesulitan dengan beberapa peralatan lain. Vania mengajak gadis itu berkeliling gym, menunjukkan cara menggunakan treadmill, elliptical trainer, dan mesin leg press. Setiap kali gadis itu mencoba alat baru, Vania memastikan bahwa posturnya benar dan memberikan saran untuk menghindari cedera.
"Ini treadmill, alat yang bagus untuk cardio," kata Vania sambil menunjukkan cara mengatur kecepatan dan kemiringan. "Kamu bisa mulai dengan berjalan cepat sebelum berlari. Jangan lupa pemanasan dulu ya."
"Terima kasih banyak, Vania. Aku memang butuh pemanasan sebelum mulai latihan berat," jawab gadis itu sambil mencoba treadmill.
Setelah beberapa menit, mereka beralih ke elliptical trainer. "Nah, alat ini bagus untuk low-impact cardio. Kamu bisa bakar banyak kalori tanpa terlalu membebani lutut," jelas Vania sambil menunjukkan cara menggunakannya.
"Wow, alat ini ternyata asyik juga, ya. Aku merasa otot-ototku bekerja semua," kata gadis itu dengan semangat.
Ketika mereka tiba di mesin leg press, Vania menunjukkan cara mengatur beban dan posisi duduk yang benar. "Pastikan punggungmu menempel pada sandaran dan lutut tidak melebihi jari-jari kaki saat kamu menekan."
"Jadi, kamu kerja di mana?" tanya Vania sambil mengatur beban pada alat.
"Aku seorang dokter umum. Aku baru pindah ke sini untuk bekerja. Jadi masih menyesuaikan diri dengan tempat baru," jawab gadis itu sambil mencoba alat tersebut.
"Seru juga jadi dokter, ya? Aku sendiri kerja di perusahaan multinasional di bagian pemasaran. Pindah ke Jakarta juga baru-baru ini," kata Vania dengan antusias.
"Wow, pasti menantang kerja di perusahaan besar. Jadi, apa motivasi kamu untuk gym?" tanya gadis itu sambil tersenyum.
"Awalnya, aku cuma ingin menjaga kesehatan dan bentuk tubuh. Tapi, sekarang ini juga jadi cara aku untuk menghilangkan stres dan tetap fit," jawab Vania sambil tersenyum kembali.
"Aku juga sama. Selain ingin menjaga kesehatan, aku ingin membentuk otot dan meningkatkan stamina, stamina untuk sama pacar hehehe. Kamu punya tips untuk itu?" tanya gadis itu dengan penuh semangat.
Vania yang memang gym-freak dengan senang hati memberikan beberapa tips kepada gadis itu. "Pastikan kamu punya jadwal latihan yang konsisten, fokus pada form yang benar saat latihan, dan jangan lupa asupan nutrisi yang cukup. Oh, dan selalu dengarkan tubuh kamu, jangan terlalu memaksakan diri."
Gadis itu mengangguk sambil tersenyum lebar. "Senang banget nih ketemu ama mentor di gym baru ini," jawabnya dengan riang.
"Kalau ada yang mau kamu tanyakan tentang latihan atau nutrisi, jangan ragu tanya aku ya. Aku suka berbagi tips," tambah Vania sambil memberikan pandangan penuh semangat.
Selama latihan, mereka juga berbagi cerita tentang kehidupan pribadi mereka. Vania menceritakan bagaimana dia pindah ke Jakarta setelah putus dengan mantannya di Bali, dan bagaimana gym menjadi pelarian sekaligus terapi baginya. "Dulu aku punya pacar di Bali, tapi kami putus. Jadi aku pindah ke Jakarta untuk memulai hidup baru dan fokus pada karir serta kesehatan," ungkap Vania.
Della mengangguk sambil mendengarkan dengan penuh perhatian. "Pindah ke tempat baru kadang memang jadi solusi terbaik untuk move on," timpal Della.
Di akhir sesi gym mereka mereka ke kamar mandi untuk mengambil pakaian ganti di loker. Vania menyadari bahwa mereka belum benar-benar berkenalan secara resmi. "Oh iya, kita belum benar-benar berkenalan tadi," kata Vania sambil tertawa. "Aku Vania, kamu?"
"Aku Della," jawab gadis itu sambil tersenyum hangat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gambar 3.2. Outfit Della sore itu
"Senang bertemu denganmu juga, Della. Sepertinya kita bisa jadi teman baik di sini. Aku jarang menemukan cewek yang ramah di sini, kebanyakan jutek mulu," kata Vania dengan gembira.
Mereka pun bertukar nomor telepon dan berjanji untuk sering berolahraga bersama. Vania merasa senang akhirnya menemukan teman cewek yang sefrekuensi di gym ini. Dia begitu menikmati pertemanan barunya dengan Della sampai-sampai dia tidak menyadari bahwa Andi tidak pernah muncul lagi di gym.
Malamnya, setelah pulang dari gym, Vania merasa sangat bersemangat. Dia memutuskan untuk mengirim pesan kepada Della, mengundangnya untuk latihan bersama lagi besok. Della dengan cepat membalas pesan tersebut dan mereka berdua pun merencanakan sesi latihan berikutnya. Della tersenyum sembari bergumam saat membaca ajakan Vania, "she eats the bait."