Bab 43: Sosok yang Kembali

132 28 6
                                    

Satu-satunya orang yang mampu masuk ke Kota Spiree tanpa harus melepaskan roh dari raganya hanyalah sang peramal sakti, Yuura.

Wanita yang sudah ribuan tahun hidup di Gredam namun masih terlihat cantik itu menjadi pusat perhatian dari para roh yang mengintip dari celah-celah pohon. Mereka semua mulai ketakutan karena berita mengenai Yuura yang selalu saja memberitahukan ramalan buruk setiap dia berada di suatu wilayah tertentu.

Dan sekarang, tiba-tiba saja Yuura berada di Spiree setelah terakhir kali dia ke kota para roh ini ketika dia memberitahukan sebuah ramalan ke Esme. Dia pula lah yang memberi usul ke Esme untuk membunuh bayinya Arabella Wilfredo atau lebih dikenal dengan panggilan Azura, Si Penjaga Pohon Abadi.

"Saya tidak tahu apakah ini suatu kehormatan atau tidak karena melihatmu ada di sini, Yuura."

Yuura hanya tersenyum menanggapi ucapan penuh sarkas dari Spirit, roh yang menjaga Kota Spiree itu berdiri tidak jauh dari tempat Yuura berdiri. Di belakang Spirit, terlihat dua roh yang bisa dikatakan adalah dayang dari Spirit.

Yuura mengerti kenapa Spirit bersifat sedikit waspada ke Yuura karena dia lah yang memberikan saran gila itu ke Esme.

"Saya datang ke sini untuk memberikan sebuah ramalan ke Azura."

Tiba-tiba saja suasana menjadi sedikit tegang karena semua orang tahu, bahwa ramalan Yuura tidak pernah baik.

Semua roh termasuk Spirit mulai gelisah karena mereka tidak mau membayangkan ramalan yang buruk tetapi mereka selalu teringat dengan ramalan Lucius.

Lihatlah! Raja kejam itu benar-benar mati, bukan?

"Ada apa ini, Spirit?"

Mereka semua mengarahkan pandangan mereka ke Azura yang seperti biasa selalu terlihat cantik dan memiliki aura dingin yang luar biasa. Di belakang Azura terdapat Daran yang menatap Yuura penuh selidik.

"Yuura datang untuk memberitahukan sebuah ramalan untukmu."

Azura menatap Yuura yang memberikan senyuman manisnya.

"Ramalan apa?"

***

Ketika dia membuka matanya, yang ia lihat hanyalah gelap. Tidak ada cahaya yang bisa membuatnya mengetahui di mana dia berada.

Setahunya, hal yang terakhir kali ia lakukan adalah melawan seorang gadis remaja berusia 16 tahun yang menggunakan palu sebagai senjatanya.

Tapi, kenapa tiba-tiba dia berada di tempat yang gelap gulita seperti ini?

"Apakah aku sudah mati?" gumamnya.

"Benar, kau memang sudah mati, Barnett Madison."

Barnett terdiam ketika ia mendengar suara gema dari seseorang di tempat gelap tersebut. Namun, yang membuat Barnett tidak bisa berkata-kata adalah ketika dia tahu bahwa dia sudah mati.

Ada gejolak yang aneh di hatinya setelah dia mengetahui bahwa seorang kesatria sepertinya harus kehilangan nyawa setelah melawan seorang remaja labil berusia 16 tahun. Dan, yang membuat Barnett merasa sakit hati adalah, sebuah fakta bahwa dia tidak bisa membantu teman-temannya untuk mengalahkan Chaos.

Dia mengingkari janjinya dengan teman-temannya.

"Chaos membangkitkan Tenebris sehingga mereka yang kau tinggalkan mulai kewalahan menghadapi Chaos dan Tenebris."

[FF NCT DREAM] Helmut: ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang