Pria muda kurus itu melemparkan kertas-kertas yang baru saja diberikan oleh juniornya. "Kau bisa jamin data ini valid?"
"Sebenarnya, tidak terlalu sih Detektif Jung." ParkJimin si detektif junior merapikan rambut coklatnya yang sedikit sudah terlalu panjang dengan tegang. Ia tahu seniornya yang ceria ini bisa menjadi sangat menyeramkan apabila berhubungan dengan tugas. "Dia masuk ke circle sosialita buat membongkar jaringan penjual tas mewah palsu. Tapi lalu dia mendengar kabar ini."
Pandangan mata setajam silet menatapnya. "Detektif Park, kau tahu kalaupun ini benar tidak ada yang bisa kita lakukan." Jemari Detektif senior JungHoseok berderap di mejanya. "Ini terjadi di kota lain. Jadi..."
"Ini terjadi di beberapa kota lainnya juga." Jimin cepat-cepat meletakkan beberapa lembar kertas lainnya di hadapan Hoseok. "Pencurian di rumah keluarga kaya. Tidak pernah ada laporan ke polisi. Hening beberapa bulan, lalu terjadi di kota lain."
Kening Hoseok berkerut. Kini ia tertarik.
Jimin pelan-pelan merapikan laporan pertama yang berserak berantakan. "Laporan yang pertama ini kasus terbaru. Terjadi tiga bulan lalu." Ia kembali menyodorkan kertas itu pada Hoseok yang kali ini menerimanya dengan antusias. "Dan aku tidak tahu apakah ini berguna, tapi menurut info yang beredar di circle itu juga, beberapa penghuni rumah yang kecurian ini sekarang sedang dalam proses perceraian."
"Huh?"
Jimin mengangguk-angguk, merasa lega kerja kerasnya kini mendapat perhatian.
"Apa ada perempuan terlibat? Selingkuhan yang bekerja sama dengan perampok bukan hal baru."
"Menurut informan ini, tidak ada omongan tentang perempuan. Padahal, biasanya ibu-ibu sosialita sangat terbuka mengenai simpanan, karena perempuan macam itu biasa berpindah dari laki-laki di circle yang sama."
"Jadi, ini sesuatu yang merupakan aib luar biasa sampai mereka tidak mau membicarakannya. Tapi juga sesuatu yang sangat fatal sampai menggugat cerai."
Hoseok menyusun kertas itu dalam tumpukan rapi berdasarkan kota. "Empat kota. Tiga sampai empat kasus dalam satu kota. Perampokan barang mewah, tanpa kerusakan di pintu dan jendela. Juga semuanya tidak ada yang melapor.
Keningnya berkerut, dan jarinya kembali berderap.
Cepat-cepat Jimin memberikan map lain yang sedari tadi dipeluknya. Ia tidak bolah membiarkan atasannya ini kembali kehilangan minat, ini bisa menjadi kasus terbesarnya yang akan memberinya peluang naik pangkat. "Sebenarnya kita punya tersangka."
Hoseok bersiul saat membuka map itu. Yang pertama dilihatnya adalah foto-foto dari CCTV. Dua sosok pria yang tetap terlihat gagah dan menarik walaupun dalam kualitas gambar yang rendah. Mereka tampak sedang berjalan kaki, berbelanja, membeli sesuatu di vending machine, segala hal yang biasa dilakukan orang kebanyakan.
Mata Hoseok melebar, meneliti setiap detail foto. Baginya, gestur kedua orang ini terlihat berbeda kedekatannya. Mungkin mereka adalah sahabat, atau mungkin lebih dari itu.
"Ada apa dengan mereka?" Hoseok bertanya, ingin menggali lebih jauh.
"Mereka ada di setiap kota di saat pencurian terjadi."
"Bagaimana mereka bisa ketahuan ada disana?"
"Laki-laki yang badannya lebih besar itu, dia baru dibebaskan dari penjara." Jimin menunjuk. "Dia mendapat remisi karena berkelakuan baik, tapi dia sebenarnya dalam pengawasan karena dia salah satu dari sangat sedikit orang yang berhasil menscam beberapa kasino di luar negeri."
"Tidak mungkin. Bagaimana mungkin ada yang bisa mengalahkan sistem kasino?"
"Kalau melihat pendidikannya, saya yakin dia bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow
FanfictionSeokjin si pelayan restoran dan Namjoon si mantan narapidana bertemu di bagian tergelap kota. Dua jiwa kesepian dengan luka masa lalu, hubungan mereka terbangun diatas keinginan untuk lepas dari neraka dunia. Tapi, masih adakah hari esok untuk merek...